IFDC Meriahkan Festival Mode JF3 dengan Koleksi Busana Berkonsep Sustainability

30 Juli 2024 19:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Indonesian Fashion Designer Council (IFDC) meriahkan gelaran JF3 2024 dengan menampilkan busana karya lima desainer lokal bertema Kain Negeri. Foto: JF3
zoom-in-whitePerbesar
Indonesian Fashion Designer Council (IFDC) meriahkan gelaran JF3 2024 dengan menampilkan busana karya lima desainer lokal bertema Kain Negeri. Foto: JF3
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesian Fashion Designer Council (IFDC) turut memeriahkan festival mode JF3 yang digelar di Gafoy, Summarecon Mall Kelapa Gading, pada 25-28 Juli 2024 lalu. Lima desainer berbakat Indonesia, yakni Ria Miranda, Wilsen Willim, Adeline Esther, Rama Dauhan, dan Yosafat Dwi Kurniawan menampilkan koleksi busana mereka dengan tema Kain Negeri.
ADVERTISEMENT
Bersama IFDC, kelima desainer menampilkan inovasi wastra dalam bentuk busana kontemporer di runway JF3 2024. Mereka berkreasi dengan ciri khas masing-masing untuk menghidupkan kembali wastra lewat sentuhan modern yang fashionable.
Tak sampai di sana, para desainer juga mengusung konsep sustainability pada koleksi terbaru mereka yang ditampilkan di ajang JF3 kali ini, lho. Lantas, seperti apa koleksi busana Kain Negeri dari IFDC tahun ini?

Ria Miranda - Tenun Garut “Kama”

Koleksi busana Tenun Garut Ria Miranda di JF3 2024. Foto: JF3
Desainer Ria Miranda membawa koleksi busana dengan detail Tenun Garut bertajuk Kama yang bermakna cinta. Ria menggabungkan identitas brand RiaMiranda dengan kain tenun menggunakan sentuhan warna pastel pada koleksinya.
Busana dengan delapan looks itu terdiri dari top, one set, dan o. Warna-warna putih, peach, soft blue, dan hijau dipilih Ria untuk menonjolkan kesan romantis pada koleksi terbarunya. Aksen Tenun Garut tampak pada bawahan yang dibuat seperti kain lilit dan top dengan berbagai motif. Ria juga menambahkan sentuhan modern dengan aksen bib collar pada atasan Kama.
ADVERTISEMENT
Menerapkan konsep sustainability, Ria mengaku berusaha tidak menyisakan potongan kain tenun terlalu banyak dari pola yang dibuatnya. Semua sisa potongan itu nantinya juga akan digunakan kembali untuk membuat detail pada koleksi lainnya.

Wilsen Willim - Lintas Waktu

Koleksi Lintas Waktu karya Wilsen Willim yang dipamerkan di runway JF3. Foto: JF3
Wilsen Willim berkolaborasi dengan kolektor dan pemerhati wastra, Chandra Satria untuk mengangkat karya Maestro Tenun Sutera, Simon Lenan Setijoko yang dikreasikan menjadi koleksi bertajuk Lintas Waktu. Wilsen merancang delapan busana kontemporer siap pakai dari bahan Tenun Sutera Liar.
Tenun jenis ini terbuat dari kepompong ulat sutera liar di hutan yang tidak diternak, sehingga menciptakan warna-warna hangat yang alami seperti krem kekuningan. Kain tenun dikombinasikan dengan bahan konvensional seperti wol, tulle, dan polyblend kemudian menghasilkan top, outer, dan long dress yang wearable.
ADVERTISEMENT
Zero waist sudah menjadi pondasi Wilsen Willim sejak terjun ke dunia mode. Karenanya, sisa-sisa sutera yang digunakan untuk koleksi ini akan didaur ulang untuk membuat kreasi selanjutnya.

Adeline Esther - Keong Mas

Koleksi terbaru Adeline Esther bertajuk Keong Mas berkolaborasi dengan IFDC yang ditampilkan di JF3. Foto: JF3
Desainer Muda Adeline Esther membawa koleksi bertajuk Keong Mas yang merupakan perpaduan dari Batik Pekalongan dengan material konvensional berkualitas. Perempuan yang kerap disapa Esther itu ingin menampilkan gaya putri Jawa Kuno, namun dengan sentuhan gaya masa kini pada koleksi busananya.
Empat belas looks dari koleksi Keong Mas itu terdiri dari crop top, long dress, rok dan celana batik, serta korset. Ada juga blazer yang dengan model beskap crop sehingga visualnya mirip dengan kebaya janggan yang belum lama ini jadi tren fesyen generasi muda.
ADVERTISEMENT

Rama Dauhan - Gelora

Koleksi Gelora kolaborasi Rama Dauhan dan IFDC untuk festival mode JF3. Foto: JF3
Bila desainer sebelumnya membawa koleksi busana dengan konsep lebih feminin, Rama Dauhan justru mempersembahkan Gelora yang hadir dengan konsep androgini style. Rama berkolaborasi dengan Rumah Batik Cempaka, yakni produsen batik Surakarta untuk menghasilkan koleksi yang lekat dengan budaya.
Busana yang terdiri dari outer, blazer, dan celana bermotif batik itu dibuat dengan model lebih maskulin yang inovatif. Warna-warna netral seperti cokelat, silver, dan hitam jadi pilihan Rama untuk koleksi Gelora.

Yosafat Dwi Kurniawan - Cantik Manis

Koleksi Yosafat Dwi Kurniawan bertajuk Cantik Manis untuk JF3. Foto: JF3
Yosafat Dwi Kurniawan menampilkan keanggunan kain tradisional asal kampung halamannya, yaitu Batik Cap Pekalongan yang dipadukan dengan kemilau benang perak songket untuk koleksi bertajuk Cantik Manis.
Meski palet busananya didominasi dengan warna silver, tapi Yosafat memberikan sentuhan motif bunga sakura dan tribal untuk menciptakan kesan cantik dan manis yang sesuai dengan nama koleksinya. Karya terbaru Yosafat ini terdiri dari atasan berlengan pendek, mini dress, dan one set batik.
ADVERTISEMENT