Inspiring Hijaber: Instruktur Yoga dan Pilates Lisa Namuri

28 Mei 2019 16:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lisa Namuri, Instruktur Olahraga. Foto: Helmi Afani Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Lisa Namuri, Instruktur Olahraga. Foto: Helmi Afani Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Nama Lisa Namuri memang sudah dikenal luas sebagai pakar di bidang fitnes hingga instruktur yoga dan pilates. Lisa, panggilan akrabnya, kerap menjadi instruktur privat yang dipercaya oleh jajaran sosialita dan selebriti Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Coba saja tanyakan nama Lisa Namuri kepada Annisa Pohan Yudhoyono, Aliya Rajasa Yudhoyono, Adinda Bakrie, Ike Bakrie, Okke Hatta Rajasa, Maudy Koesnaedi, Marcella Zalianty atau Syahrini. Deretan pesohor ini pasti seragam menjawab bahwa mereka mengenal Lisa sebagai instruktur privat mereka.
Sebagai instruktur yoga dan pilates yang memiliki jam terbang tinggi, sudah sewajarnya jika Lisa mengantongi berbagai sertifikasi atas profesinya, mulai dari ActivCore and Neurac Norwegia (2010), STOTT Pilates Canada (2007), Aerobic Fitness American Association (2004), Fitness Institute Australia (2003) hingga Reebok University (2001).
Perjalanan Lisa Namuri sebagai instruktur olahraga yang dipercaya oleh banyak pesohor Tanah Air tentu bukanlah sesuatu yang instan. Penolakan merupakan hal yang biasa baginya saat merintis karier sebagai instruktur yoga. Selama 18 tahun sudah, Lisa jatuh bangun meniti karier sebagai instruktur olahraga. Kemudian sekitar dua tahun terakhir ini, Lisa pun tengah menekuni dunia kuliner dan tengah mengembangkan usahanya, Namuri Culinary.
ADVERTISEMENT
Kepada kumparanWOMAN, Lisa menceritakan perjalanan kariernya sebagai instruktur olahraga hingga menekuni dunia kuliner saat ini serta bagaimana cerita di balik keputusannya mengenakan hijab. Simak wawancara kami bersama Lisa Namuri selengkapnya,
Anda dikenal sebagai instruktur olahraga privat. Bisa diceritakan bagaimana awal proses karier Anda tersebut? dan Apa yang membuat Anda tertarik berprofesi sebagai instruktur olahraga?
Jadi sebenarnya ini sudah menjadi semacam panggilan natural, karena sejak kecil saya sudah suka bergerak dan tertarik dengan physical improvement. Saya sangat suka menganalisa gerakan. Alhasil saya sangat mudah menerima gerakan dan olahraga apapun. Sejak dini pun saya sudah menjadi seorang atlet. Saat menginjak bangku kuliah saya juga sudah menjadi atlet junior softball dan sempat ingin melaju ke Pekan Olahraga Nasional (PON). Namun sayang saya tidak lolos, sempat kecewa juga saat itu. Kemudian kakak saya mendatangkan guru body language ke rumah.
ADVERTISEMENT
Karena pada dasarnya saya terbiasa dengan aktivitas olahraga yang berat. Awal perkenalan saya dengan body language saat itu sungguh tidak ada apa-apanya dengan olahraga yang sebelumnya. Namun guru body language saya memiliki tubuh yang kuat dan lentur, saya pun ditawari sebagai asistennya. Saat menjadi asisten beliau, sejak usia 19 tahun saya mulai menekuni dunia sebagai instruktur privat khususnya pilates dan yoga secara aktif.
Lisa Namuri Instruktur Yoga dan Pilates Foto: dok.Instagram @lisanamuri
Perjalanan saya sebagai instruktur privat memang dimulai dengan belajar dari satu sanggar ke sanggar lain. Saya pun sempat merasakan penghasilan sebagai instruktur olahraga dengan bayaran Rp 150 ribu perbulan.
Namun seiring berjalannya waktu, saya melakukan riset di internet ternyata pekerjaan sebagai instruktur fitnes merupakan hal yang umum dan telah menjadi industri di luar negeri. Di situ saya mulai sadar, ini dapat menjadi suatu profesi. Jadi begitu saya lulus kuliah dari ITB, di tahun 2003 saya pun ambil pendidikan Fitness Institute di Australia.
ADVERTISEMENT
Dari pekerjaan yang saya geluti ini saya juga makin berpikir bahwa melalui hal yang saya lakukan ini bisa lho membuat orang lain senang sama tubuh mereka sendiri. Setidaknya mereka dapat beraktivitas karena merasa nyaman dengan tubuhnya, hal tersebut menjadi suatu kepuasan tersendiri buat saya.
Klien Anda berasal dari kalangan pesohor dan selebriti terkenal. Kira-kira apa yang membuat mereka memilih Anda dan akhirnya mempercayakan latihan olahraganya kepada Anda? Apa strategi Anda untuk memenangkan kepercayaan mereka?
Saya rasa itulah yang membedakan orang yang melakukan sesuatu hal berdasarkan passion dibanding dengan yang semata-mata berorientasi pada uang. Jadi itu akan sangat berbeda hasilnya. Saya suka sekali mengamati tubuh manusia. Misalnya begini, saya suka bertanya-tanya kenapa ya dia sampe sakit pinggang? kenapa ya dia sampai sakit punggung? So i handle my client with care, I'm saying this honestly.
ADVERTISEMENT
Membentuk tubuh klien kita itu harus disesuaikan dengan kepribadian mereka, sukanya gerakan apa. Jumping, beat atau slow, karena olahraga itu kuncinya kan jangan sampai bosan. Soalnya kalau sudah bosan, si orang ini akan meninggalkan olahraga tersebut. Nah saya sebagai instruktur olahraga harus mengemas olahraga ini agar tetap menyenangkan dan juga harus memutar otak agar progress klien tidak datar, jadi harus ada achievement di setiap sesinya. Oleh karena itu klien-klien saya banyak yang sudah lama banget mempercayakan tubuhnya dengan saya, bahkan ada yang latihan bersama saya selama 10 tahun. Misalnya seperti Bu Ike Bakrie (istrinya Nirwan Bakrie) sekarang usia beliau sudah 68 tahun, dia udah 9 tahun sama saya. Selain passion, kita juga harus pandai menjaga hubungan baik, jadi saya rasa itu sih yang membuat mereka percaya dengan saya.
ADVERTISEMENT
Saat ini masih jarang instruktur Yoga yang mengenakan hijab, sejak kapan Anda memakai hijab?
Saya sendiri memakai hijab sejak usia 17 tahun. Karena di usia tersebut saya sudah menyadari memakai jilbab itu hukumnya wajib sama seperti sholat dan puasa. Jadi kalau saya tidak pakai hijab saya merasa setiap detiknya saya nabung dosa gitu, jadi karena hal perhitungan tersebut saya mantap memakai hijab.
Apa tantangan yang Anda hadapi sebagai instruktur olahraga yang mengenakan hijab? Pernahkah Anda mengalami diskriminasi karena hijab?
Jadi saat mengambil pendidikan di Australia saya juga sembari mengajar pilates dan yoga di sana. Menariknya justru di negara yang notabene muslimnya sedikit tidak pernah mempermasalahkan perihal saya yang memakai hijab. Pokoknya tidak ada sama sekali penolakan, bahkan saat saya sholat di ruangan latihan murid saya tidak masalah.
Lisa Namuri Instruktur Yoga dan Pilates Foto: dok.Instagram @lisanamuri
Justru saat pulang ke Indonesia, saya mendaftar untuk mengajar di studio-studio yang besar di Jakarta responnya kurang baik. Di sekitar tahun 2003-2004 kan memang belum banyak orang berjilbab seperti sekarang ini ya. Bahkan pernah waktu saya apply di salah satu studio kebugaran dan tinggal audisi saja, namun karena melihat saya berjilbab saya disuruh pulang tanpa diberi kesempatan ikut audisi. Perlakuan diskriminasi lainnya juga sempat datang dari seorang manajer salah satu studio besar yang menolak mewawancarai saya karena saya berhijab. Karena berbagai pengalaman tersebutlah akhirnya saya masuk jalur privat.
ADVERTISEMENT
Selain sebagai instruktur olahraga Anda juga disibukkan dengan aktivitas sebagai chef dan memiliki bisnis dibidang kuliner. Bisa diceritakan mengapa Anda menggeluti profesi Anda yang baru ini?
Memasuki usia 35 - 36 tahun, saya merasa perlu menambah value dan ilmu baru. Akhirnya di 2017 saya memutuskan ke London untuk mengambil pendidikan chef diploma. Di sana saya mengambil kelas chef selama satu tahun dan sempat magang di beberapa restoran, kemudian kembali ke Indonesia.
Lisa Namuri, Instruktur Olahraga. Foto: Helmi Afani Abdullah/kumparan
Waktu pulang ke Indonesia, banyak klien yang 'nodong' juga sebenarnya untuk latihan yoga dan pilates lagi. Tapi saya merasa perlu menyalurkan keahlian yang telah saya dapat dari pendidikan sebagai chef. Kemudian saya menjadikan ini pekerjaan sambilan di tengah kesibukan sebagai instruktur olahraga. Bisnis kuliner ini saya mulai dengan open PO class di Instagram, responnya bagus dan berkembang untuk buat cooking class untuk anak-anak.
ADVERTISEMENT
Saya pun membuat cooking class yang sesuai dengan gaya dan apa yang saya pelajari di UK. Sistemnya seperti master chef, jadi setiap anak bertanggung jawab dengan olahan yang mereka pegang. Alhamdulillah animonya juga banyak, tercatat sejak Desember kemarin sudah ada sekitar 20-30 kelas cooking class yang saya buka. Selain itu setiap Jumat kami juga membuat cooking class charity, yang hasil makanannya kami salurkan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Jika disuruh memilih, Anda lebih menyukai berprofesi sebagai instruktur olahraga atau chef (entrepreneur)?
Sepertinya profesi sebagai instruktur olahraga tidak mungkin bisa lepas begitu saja ya, karena itu sudah terlalu mendarah daging buat saya. Dan profesi sebagai chef saya memaknainya sebagai suatu amal jariyah buat saya, karena itu adalah life skill yang tidak hanya perempuan saja yang harus bisa tapi laki-laki juga. Karena untuk siapapun, memasak itu menjadi kebutuhan primer.
ADVERTISEMENT
Di tengah berbagai kesibukan yang Anda lakukan, Bagaimana cara Anda mengatur waktu antara pekerjaan dan tanggung jawab ke keluarga ?
Menurut saya keseimbangan dalam mengatur segala hal itu akan terjadi jika kita punya kontrol untuk mengaturnya dengan baik. Jadi harus tahu kapan harus berhenti dan tidak.
Misalnya melalui Namuri Culinary ini (cooking class) yang sedang menjadi fokus saya. Mau tidak mau, saya harus membagi waktu dengan pekerjaan saya sebagai instruktur olahraga dengan mengurangi klien kelas yoga dan pilates. Karena kalau tidak, hal-hal lain seperti mengurus anak-anak akan terbengkalai.
Lisa Namuri menekuni dunia memasak Foto: dok. Instagram @lisanamuri
Anak-anak saya ini kan sudah di rentang usia yang tidak bisa lagi didoktrin ya, memasuki pre-teenager. Mereka ini sedang tumbuh di usia yang memang membutuhkan diskusi aktif dengan orang tuanya, sehingga waktu saya ke mereka juga harus lebih intens lagi. Jadi memang harus pintar-pintar atur waktu dengan pekerjaan lainnya. Saya juga mengalokasikan hari Sabtu Minggu buat anak-anak di rumah. Meskipun ada cooking class tiap Minggu, kelas ini juga digelar di studio yang ada di rumah. Jadi anak-anak juga suka ikut dan happy. Jadi tidak ada masalah, hal tersebut juga yang menjadi alasan saya buka Namury Culinary agar saya bisa kerja di rumah.
ADVERTISEMENT
Anda terlihat sebagai sosok yang selalu terlihat tenang dalam berbagai kesempatan, bagaimana cara Anda memanage stres?
Salat dan melakukan hal yang saya suka seperti olahraga dan memasak menjadi kuncian saya. Tapi kalau sedang stres berat, ya saya baru melakukan traveling.
Apa ambisi terbesar Anda dalam hidup?
Jadi saya telah mengalami perubahan dalam hidup. Jika sebelumnya keinginan saya adalah hal-hal yang sangat duniawi dan mengukur kesuksesan adalah untuk diri saya sendiri. Setelah begitu banyak mendalami ilmu agama, secara mindset tujuan hidup saya pun bergeser sudah bukan soal kenikmatan duniawi saja.
Lisa Namuri Instruktur Yoga dan Pilates Foto: dok. Instagram @lisanamuri
Saya ingin berinvestasi untuk akhirat, dan untuk saat ini sebagai seorang ibu (single parent) saya bisa menanamkan kepada anak-anak saya secara utuh iman dan Islam ke dalam hati mereka.
ADVERTISEMENT
Apa next project yang sedang Anda lakukan baik di karier maupun personal?
Dalam karier saya ingin Namury Culinary semakin besar, sehingga dapat menjadi tempat belajar dan sumber amal jariyah untuk saya. Selain itu saya juga mau lebih menyerukan bahwa perempuan yang sukses itu bukan berarti harus terlihat sukses di luar semata. Sebagai perempuan kita memiliki tanggung jawab besar untuk mencetak generasi muslim ke depan.