Kanker Serviks: Penyebab, Pencegahan, hingga Pengobatan

4 Februari 2023 18:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kanker serviks. Foto: mi_viri/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kanker serviks. Foto: mi_viri/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Meningkatkan kesadaran akan kanker serviks menjadi hal yang penting untuk kita lakukan, Ladies. Sebab, penyakit ini berada di posisi kedua penyebab kematian pada perempuan di Indonesia setelah kanker payudara.
ADVERTISEMENT
Kanker serviks juga dikenal dengan sebutan kanker leher rahim. Ini adalah tumor ganas yang menyerang bagian bawah rahim yang menghubungkan antara rahim dan vagina.
Lantas, apa penyebab kanker serviks? Apakah penyakit ini bisa dicegah, juga diobati? Untuk mengetahui jawabannya, simak rangkuman berikut ini, Ladies.
Ilustrasi kanker serviks. Foto: Shutter Stock

Penyebab kanker serviks

Kanker serviks disebabkan oleh Human papillomavirus (HPV). Virus ini, menurut dokter spesialis kandungan dan ginekologi, dr. Cindy Rani SpOG, bisa datang dari mana pun dan menyebabkan penyakit lainnya, seperti kutil kelamin, kanker vagina, kanker vulva, kanker penis, kanker anus, maupun kanker orofaring atau tenggorokan.
Masih menurut dr. Cindy Rani, HPV bisa menular lewat rute seksual, seperti melakukan hubungan senggama, genital, anal, atau oral. Meski begitu, seseorang yang belum pernah melakukan hubungan seksual juga berisiko terkena kanker serviks. Sebab, HPV bisa menyebar atau menempel di mana saja.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (P.O.G.I), Prof. DR. dr. Yudi Mulyana Hidayat, SpOG Subsp. Onk juga beranggapan bahwa seseorang yang belum pernah melakukan hubungan seksual masih mungkin untuk terkena kanker serviks. Hanya saja, kemungkinannya sangat kecil.
Ilustrasi virus HPV. Foto: kanvictory/Shutterstock
“Kalau berbicara perempuan yang belum pernah berhubungan seks, berarti virusnya enggak bisa masuk ke dalam mulut Rahim. Akhirnya, kemungkinan kena kanker serviks itu sangat kecil,” ucap dr. Yudi Mulyana Hidayat dalam acara konferensi pers peluncuran kampanye #NgobrolinHPV oleh MSD di Hotel Fairmont Jakarta, Selasa (31/1).
Virus HPV, menurut dr. Yudi Mulyana Hidayat, menular lewat kontak skin to skin. Bisa jadi, seseorang tertular hanya karena bersalaman dengan orang yang sudah terinfeksi virus tersebut.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, dr. Yudi Mulyana Hidayat menegaskan bahwa siapa pun yang sudah aktif secara seksual punya tingkat kemungkinan yang sama untuk tertular virus HPV. Berganti pasangan maupun hanya berhubungan dengan satu pasangan tak membedakan tingkat risiko penularan virus itu.
Ilustrasi gejala kanker serviks. Foto: Orawan Pattarawimonchai/Shutterstock

Cegah kanker serviks dengan vaksin

Ya, kanker serviks tentu dapat dicegah. Caranya adalah dengan melakukan vaksin HPV. Antibodi yang dibangun oleh vaksin akan menyerang virus atau melindungi sel sehingga virus tidak dapat merajalela dalam tubuh.
Vaksin HPV sebaiknya diberikan sejak usia remaja, sebelum aktif secara seksual. Jika sudah aktif secara seksual pun, seseorang tetap perlu vaksin ini.
“Walaupun sudah menikah, sudah aktif seksual, vaksinasi penting. Efektivitas tidak ditentukan sudah seks atau belum, tapi usia. Karena yang berperan adalah antibodi, makin tua, makin jelek antibodinya,” ujar dr. Yudi Mulyana Hidayat.
ADVERTISEMENT
Yang perlu diingat adalah, ketika perempuan ingin menerima vaksin HPV setelah aktif secara seksual, hal itu harus dibarengi dengan skrining pap smear. Prosedur ini dilakukan mendeteksi kelainan sel di leher rahim yang bisa menyebabkan kanker serviks.
Ilustrasi vaksin HPV. Foto: KT Stock photos/Shutterstock
Di samping itu, vaksin HPV juga tak hanya penting untuk perempuan. Sebab, virus HPV juga menyebabkan kanker pada bagian tubuh lain, seperti mulut, rektum, anus, maupun penis.
Batasan usia untuk menerima vaksin HPV adalah 55 tahun. “Tapi, kalau lebih tua juga boleh dan memang on demand,” kata dr. Yudi Mulyana Hidayat.
Pencegahan lain yang harus dilakukan perempuan terkait kanker serviks ini adalah menjaga kebersihan vagina. Penting untuk mengerti cara membersihkan vagina dengan benar. Sadari pula jenis-jenis cairan yang keluar dari vagina, apakah masih tergolong normal atau sebaliknya. Jika ada cairan abnormal, sebaiknya langsung periksakan ke dokter.
Ilustrasi pemeriksaan atau skrining kanker serviks. Foto: Chinnapong/Shutterstock

Kanker serviks bisa diobati

Kanker serviks memang bisa diobati. Akan tetapi, pengobatan harus sudah dilakukan pada stadium awal.
ADVERTISEMENT
“Kanker serviks bisa dicegah, bisa disembuhkan secara total, kecuali pas datang sudah stadium lanjut. Kalau pasien datang sudah pada stadium 4, tidak ada lagi yang bisa dilakukan,” tutur dr. Yudi Mulyana Hidayat.
“Kalau di stadium awal itu [kesembuhan] hampir mendekati 100 persen. Kalau stadium 2B, masih bisa. Tapi, kalau sudah stadium 3 dan 4, itu sudah sulit, susah diobatinya,” imbuhnya.
Maka dari itu, penting untuk melakukan pemeriksaan dini atau skrining, Ladies, terlebih ketika sudah menikah atau aktif secara seksual.
Ilustrasi kanker serviks. Foto: Siriluk ok/Shutterstock
Salah satu jenis skrining adalah pap smear. Melalui metode ini, sel abnormal di serviks dapat dideteksi.
Metode skrining lainnya adalah inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). Ini digunakan untuk mendeteksi lesi sebagai indikator risiko kanker pada perempuan.
ADVERTISEMENT
Selain dua itu, ada beberapa metode skrining lain, yakni pemeriksaan HPV DNA, kolposkopi, hingga PET Scan.
Kanker serviks yang berada di stadium awal, menurut dr. Yudi Mulyana Hidayat, bisa diobati dengan prosedur operasi. Lewat operasi, sel kanker dibuang dari tubuh. Jika sel kanker sudah menyebar, metode seperti kemoterapi dapat mulai dilakukan.