Kata Ustaz Tentang Komentar Nyinyir & Julid Selama Puasa

5 Mei 2020 10:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bergunjing di media sosial selama puasa. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bergunjing di media sosial selama puasa. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Ladies, dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan tentunya kita tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi ada beberapa hal lainnya yang harus diperhatikan. Termasuk memberikan komentar nyinyir hingga bergunjing lewat media sosial.
ADVERTISEMENT
Ya, dalam masa karantina selama pandemi, media sosial memang menjadi salah satu saluran hiburan di waktu senggang. Namun perlu hati-hati dalam menggunakannya. Bisa jadi kita terpancing untuk melakukan hal yang dapat mengurangi pahala ibadah puasa.
Ustaz Muhammad Azhari Nasution, SQ, menjelaskan, ketika seseorang masih bersikap julid dan nyinyir di media sosial saat berpuasa, dapat dikatakan puasa yang dijalaninya hanya sekadar seremonial saja.
“Tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan badan itu belum utuh dianggap sebagai orang yang berpuasa. Lebih dari itu, kita dituntut untuk menahan hati, tangan, pikiran, prasangka, termasuk lisan dari menzalimi orang lain,” jelasnya pada kumparanWOMAN melalui Whatsapp pada Senin (4/5).
Ustaz Azhari yang juga anggota Ikatan Dai Media Nusantara melanjutkan, bahwa dalam Al-Quran, puasa memiliki dua diksi yakni Shiyam dan Shaum. Keduanya memiliki arti yang berbeda, Shiyam merujuk untuk meninggalkan makan, minum, dan hubungan suami istri. Sedangkan Shaum menahan apa saja terkhusus lisan.
ADVERTISEMENT
“Jadi orang yang (puasa) menahan lapar dan haus tapi tetap nyinyir dan julid dia mencederai puasanya sendiri,” katanya.
Ilustrasi julid saat menjalankan ibadah puasa. Foto: Shutter Stock
Perilaku julid dan nyinyir cenderung menimbulkan prasangka, selain itu juga berpotensi besar menggali kesalahan orang lain. Sifat tersebut harus dihindari selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Apalagi Al-Quran dalam Surat Al Hujurat ayat 12 melarang umat muslim untuk membicarakan sifat buruk atau aib orang lain.
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
ADVERTISEMENT
Lalu apa yang perlu kita lakukan bila mendapat komentar negatif?
Ustaz Azhari menjelaskan, dalam Al-Quran disebutkan bahwa salah satu ciri orang bertaqwa adalah berpuasa dan mampu memaafkan. Sifat memaafkan itu dapat menjadi obat hati jika kita mendapat komentar negatif apalagi sampai menyinggung. Dalam surat Ali 'Imran ayat 134, Allah SWT mencintai orang yang berbuat kebaikan dengan menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain.
Menurut Ustaz Azhari, ibadah puasa dapat menjadi ajang latihan untuk menahan amarah dan belajar ikhlas memaafkan orang lain. Jika hal ini bisa kita lakukan, maka Allah akan mengangkat derajat insan-Nya sebagai orang yang bertakwa.
“Supaya bisa memaafkan, kita juga perlu ingat kesalahan kita pada orang lain, maka lupakan kesalahan orang lain kepada kita,” tutupnya.
ADVERTISEMENT