Keluar dari Kerajaan, Ini 5 Tradisi Pernikahan Jepang yang Dilewatkan Putri Mako

27 Oktober 2021 20:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keluar dari Kerajaan, Ini 5 Tradisi Pernikahan Jepang yang Dilewatkan Putri Mako. Foto: REUTERS/Shizuo Kambayashi/Pool
zoom-in-whitePerbesar
Keluar dari Kerajaan, Ini 5 Tradisi Pernikahan Jepang yang Dilewatkan Putri Mako. Foto: REUTERS/Shizuo Kambayashi/Pool
ADVERTISEMENT
Keponakan Kaisar Naruhito dari Jepang, Putri Mako, akhirnya resmi menikah dengan sang pujaan hati yang merupakan rakyat biasa yaitu Kei Komuro, pada Selasa (26/10). Mengutip Japan Times, kabar itu datang setelah Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang (IHA) menyerahkan dokumen-dokumen hukum untuk mendaftarkan pernikahan Putri Mako dan Kei Komuro pada Selasa pagi.
ADVERTISEMENT
Tidak seperti pernikahan keluarga kekaisaran Jepang lainnya, pernikahan Putri Mako dan Kei Komuro dilakukan tanpa ritual tradisional. Putri Mako dan Kei Komuro mendaftarkan pernikahan mereka berdua di kantor catatan sipil setempat. Pernikahan keduanya pun diadakan sangat sederhana, tanpa upacara, resepsi dan ritual.
Karena dilakukan secara sederhana, ada beberapa tradisi pernikahan Jepang yang harus dilewatkan Putri Mako, apa saja? Berikut penjelasannya.
Putri Mako Jepang dan suaminya Kei Komuro membungkuk kepada hadirin sebelum konferensi pers untuk mengumumkan pendaftaran pernikahan mereka di Grand Arc Hotel di Tokyo, Jepang, Selasa (26/10). Foto: Nicolas Datiche/Pool via REUTERS

1. Yuinou

Yuinou adalah ritual tradisional yang dilakukan oleh keluarga pengantin di mana mereka harus bertukar uang pertunangan dan hadiah. Namun, hanya sedikit orang yang melakukan yuinou sekarang, dan kebanyakan pasangan malah makan siang atau makan malam dengan kedua keluarga. Mereka memilih masakan Jepang yang orang tua mereka ingin makan, dan pengantin perempuan memakai furisode atau kimono untuk perempuan yang belum menikah.
Princess Mako Jepang dan suaminya Kei Komuro menghadiri konferensi pers untuk mengumumkan pernikahan mereka di Grand Arc Hotel di Tokyo, Jepang, Selasa (26/10). Foto: Nicolas Datiche/Pool via REUTERS

2. Upacara pemberian sake

Meskipun banyak pernikahan Jepang saat ini tidak kaya akan tradisi, upacara berbagi sake atau minuman fermentasi beras adalah bagian dari upacara pernikahan tradisional Shinto. Dalam pernikahan Shinto, tidak hanya janji pernikahan dan cincin yang dipertukarkan, tetapi juga cangkir sake suci dipertukarkan antara pengantin dan keluarga.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laman The Knot, ritual pertukaran cangkir sake ini juga disebut dengan San San Kudo. San San Kudo adalah ekspresi kasual, tetapi secara formal atau juga disebut 'Sankon No Gi.' Dengan meminum sake dari cangkir sake yang sama, pasangan itu bersatu padu sebagai suami istri. Ada tiga jenis cangkir sake yang dipakai dalam ritual ini. Sake berukuran kecil melambangkan masa lalu, yang ukuran sedang melambangkan masa sekarang, dan yang ukuran besar melambangkan masa depan.
Princess Mako Jepang membungkuk kepada orang tuanya, Putra Mahkota Akishino dan Putri Mahkota Kiko, sebelum meninggalkan rumahnya untuk pernikahannya di Akasaka Estate di Tokyo, Jepang, Selasa (26/10). Foto: Kyodo/via REUTERS

3. Oironaoshi

Di Jepang, ada ritual saat pengantin berganti pakaian menjadi kimono berwarna yang disebut irouchikake untuk resepsi setelah mengenakan shiromuku pada upacara pernikahan. Ganti pakaian ini disebut oironaoshi, melambangkan pengantin perempuan dapat belajar dan mengikuti adat dan gaya keluarga pengantin pria. Warna gaun yang paling populer adalah emas, biru berdebu, dan ungu berdebu.
ADVERTISEMENT

4. Takasago

Dalam tradisi takasago, biasanya pengantin duduk di kursi kecil yang ditinggikan dengan layar lipat emas di belakang mereka selama resepsi pernikahan mereka.
Dikutip dari laman Brides, ada banyak teori tentang asal usul takasago, tetapi konon berasal dari pertunjukan Noh, suatu bentuk teater klasik Jepang, yang menceritakan pasangan yang ingin menghabiskan bertahun-tahun hidup mereka dengan bahagia bersama.
Dalam beberapa tahun terakhir, takasago menjadi lebih santai dan lebih dekat dengan tamu. Pasangan mengatur bunga, balon, dan dekorasi lainnya di belakang sofa, mengabadikan foto yang bagus untuk pernikahan.
Pernikahan Putri Ayako di Jepang dengan seorang warga biasa. Foto: REUTERS/KYODO

5. Bunga dan surat untuk orang tua

ADVERTISEMENT
Di akhir resepsi, pasangan pengantin Jepang biasanya mempersembahkan sebuah karangan bunga kepada orang tua mereka. Kemudian, pengantin perempuan memberikan surat kepada orang tuanya. Ini adalah acara khas Jepang untuk menghormati orang tua mereka.
ADVERTISEMENT
Ini merupakan momen haru dari pernikahan dan membuat banyak tamu menangis. Resepsi diakhiri dengan pidato ucapan terima kasih oleh ayah dari mempelai laki-laki dan sang mempelai laki-laki itu sendiri.
Penulis : Adonia Bernike Anaya