Kenal Lebih Jauh 5 Pahlawan Perempuan yang Kiprahnya Jarang Dibahas

20 Agustus 2020 18:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
5 Pahlawan Perempuan yang Kiprahnya Jarang Dibahas Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
5 Pahlawan Perempuan yang Kiprahnya Jarang Dibahas Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Selama ini kita hanya mengetahui sedikit tokoh pahlawan di Indonesia. Padahal ada cukup banyak pahlawan yang ikut memperjuangkan hak dan kemerdekaan negara. Beberapa di antaranya merupakan merupakan pahlawan perempuan
ADVERTISEMENT
Setiap pahlawan perempuan ini punya kisahnya masing-masing dan cara yang berbeda dalam menyatakan perlawanannya ketika dalam masa penjajahan. Mereka memiliki cara tersendiri dalam berjuang dan memiliki fokus yang berbeda mengenai isu yang mereka perjuangkan. Beberapa di antaranya adalah H.R Rasuna Said dan Maria Walanda Maramis yang memperjuangkan hak perempuan, serta menentang adat.
Kemudian Opu Daeng Risadju dan Martha Tiahahu yang khawatir dengan masuknya pasukan Belanda di daerah mereka, serta Malahayati yang memberdayakan para janda yang ditinggalkan suami ketika berperang melawan Portugis.
Siapa saja pahlawan perempuan yang jarang didengar dan dikenal perjuanganya? Berikut adalah beberapa tokoh yang sudah mempertaruhkan nyawanya untuk Indonesia.

1. Hj. Rangkayo Rasuna Said

Hj Rangkayo Rasuna Said Foto: Wikimedia Commons
Pahlawan perempuan asal Sumatera Barat ini lahir pada 14 September 1910 dan dikenal karena kegigihannya memperjuangkan hak perempuan. Dilansir dari jurnal Risalah, Rasuna Said disebut bergabung dalam Persatuan Wanita Republik Indonesia (PERWARI) dan menyuarakan kesetaraan hak bagi perempuan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pendiri sekolah Thawalib ini dalam orasinya kerap memberikan kritik yang tajam terhadap penindasan yang dilakukan Belanda. Hal itu membuat dirinya dimasukkan ke dalam penjara pada 1932 setelah dipaksa berhenti menyampaikan pidato oleh pemerintah kolonial. Lantaran lantang menyuarakan kritik, ia pun terjerat hukum Speek Delict, hukum tersebut ditujukan bagi orang-orang yang menentang Belanda.
H.R Rasuna Said meninggal pada 2 November 1965. Walaupun tidak begitu terkenal seperti Cut Nyak Dien dan R.A. Kartini, namanya tetap diabadikan sebagai nama jalan utama di ibukota. Di tahun 1974, H. Rangkayo Rasuna Said ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional RI.

2. Maria Walanda Maramis

Maria Walanda Maramis Foto: Wikimedia Commons
Maria adalah tokoh nasional asal Sulawesi Utara yang lahir pada 1 Desember 1872. Dalam Jurnal Candrasangkala, diceritakan bahwa Maria berusaha memberdayakan dan memajukan kondisi kehidupan kaum perempuan Indonesia. Pemberdayaan tersebut dilakukannya pada bidang pendidikan, politik, serta kesehatan.
ADVERTISEMENT
Saat itu posisi perempuan sangat bergantung pada adat yang berlaku. Pada 1917 ia kemudian membentuk perkumpulan perempuan di Manado, yaitu Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT). Ia juga mengusahakan agar perempuan mendapat tempat dalam urusan kenegaraan sehingga pada 1921 perempuan diperbolehkan memberi suara saat pemilihan anggota Minahasa Raad. Perjuangan tersebut membuatnya dikenal sebagai pendobrak adat dan pejuang emansipasi perempuan, serta memperoleh gelar Pahlawan Wanita Indonesia. Maria tutup usia pad­­a ­­22 April 1924.

3. Martha Christina Tiahahu

Martha Christina Tiahahu Foto: Wikimedia Commons
Dilansir dari National Geographic Indonesia, tokoh asal Maluku ini lahir pada 4 Januari 1800. Di usia 17 tahun, ia sudah ikut berperang untuk mengusir penjajah yang menginjak tanah kelahirannya. Bersama dengan sang ayah, Kapitan Paulus Tiahahu, ia mengusir penjajah di Pulau Saparua dan Pulau Nusa Laut. Kemudian dalam pertempuran 1817, ia ditangkap bersama pejuang lainnya, diinterogasi, serta dijatuhi hukuman. Usianya yang masih muda membuat Martha dibebaskan oleh Belanda sedangkan ayahnya dijatuhi hukuman mati. Di tahun yang sama, bulan Desember, ia ditangkap dan dipaksa bekerja di perkebunan kopi Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Martha meninggal pada 2 Januari 1818. Perjuangannya kemudian diakui dalam Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969 dan dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional.

4. Opu Daeng Risadju

Opu Daeng Risadju Foto: Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia.
Perempuan dengan julukan Srikandi Tanah Luwu ini berasal dari Sulawesi Selatan. Dilansir dari situs Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI), pada tahun 1927 ia tergabung dalam Partai Serekat Islam Indonesia (PSII) dan pada 1930 menjadi Ketua PSII di Tanah Luwu Palopo. Untuk mencegah meluasnya gerakan dari PSII, Pemerintahan Kolonial Belanda menangkap Opu Daeng Risadju bersama sejumlah anggota PSII lainnya.
Pada 1956, Opu Daeng Risadju bersama dengan pemuda lainnya melakukan serangan terhadap Pemerintahan Sipil Hindia Belanda atau Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Karena perlawanannya, ia kemudian ditangkap dan disiksa hingga kehilangan pendengaran. Pada 1964, pahlawan ini tutup usia di usia ke-84 dan baru dinobatkan sebagai pahlawan nasional pada 2006.
ADVERTISEMENT

5. Laksamana Malahayati

Laksamana Malahayati Foto: Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia.
Malahayati adalah seorang pahlawan wanita dari Aceh yang lahir pada tahun 1550. Ia memiliki andil besar terhadap kemerdekaan Indonesia. Dalam situs IKPNI, disebutkan bahwa Malahayati membentuk pasukan bernama Inong Balee dengan mengumpulkan para janda yang suaminya telah gugur saat berperang. Selain itu, ketika pasukan Cornelis De Houtman berusaha menembus batas pertahanan di Aceh, Malahayati memutuskan untuk menghadapi Belanda dengan gagah berani.
Gelar “Laksamana” diperoleh Malahayati setelah berhasil menewaskan Cornelis de Houtman saat pertempuran. Ia meninggal di tahun 1615 dan mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada November 2017. Namanya kini dipakai untuk nama jalan, universitas, dan masih banyak lagi.
Penulis: Adinda Cindy Lapod
----
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
ADVERTISEMENT