Kisah Inspiratif 2 Perempuan Dirikan Platform untuk Edukasi Menstruasi

14 Juni 2021 16:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Monica Pranatajaya (kiri) dan Nicole Jizhar (kanan), Founder nona. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Monica Pranatajaya (kiri) dan Nicole Jizhar (kanan), Founder nona. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Menstruasi masih menjadi salah satu topik yang tabu untuk dibicarakan di kalangan masyarakat. Di India misalnya, topik seputar menstruasi masih jarang sekali dibahas secara terbuka. Bahkan, perempuan yang sedang menstruasi kerap dianggap sebagai orang yang kotor, tidak suci, sakit, dan dikatakan terkutuk.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya di India, tabu menstruasi juga masih sering dijumpai di negara-negara Barat. Hal itu terlihat dari bahasa yang seolah tersimpan pesan bahwa menstruasi merupakan hal yang harus dihindari untuk diungkapkan dalam ruang publik.
Berkembangnya tabu seputar menstruasi rupanya mendorong sebagian pihak untuk membuat sejumlah platform, kampanye, hingga sosialisasi. Hal ini juga yang kemudian mendorong dua perempuan asal Indonesia yang saat ini tinggal di London Inggris, Nicole Jizhar dan Monica Pranatajaya, untuk mendirikan nona atau sebuah platform khusus untuk melawan tabu dan stigma sosial pada menstruasi serta kesehatan perempuan.

Apa itu nona?

Nona sendiri diluncurkan pada 8 Maret 2021 atau bertepatan dengan International Women’s Day. Tujuannya adalah untuk meningkatkan edukasi seputar kesehatan perempuan di Indonesia, melalui kesadaran, komunitas obrolan, dan akses ke produk kesehatan.
ADVERTISEMENT
“Kami ingin mengedukasi teman-teman perempuan tentang menstruasi dan tentang hormon mereka, tapi dengan goals yang lebih menyeluruh dan ultimate lagi untuk membantu mengangkat isu period poverty di Indonesia,” kata Nicole Jizhar, Co-Founder nona, saat diwawancarai kumparanWOMAN beberapa waktu lalu.
Sementara itu, nama ‘nona’ sendiri dipilih karena dalam bahasa Indonesia kata tersebut biasanya dijadikan sebagai nama panggilan untuk para perempuan. Selain itu, nama ‘nona’ juga berakar dari mitologi romawi yang berarti goddess of pregnancy atau dewi kehamilan.
“Soalnya nona itu berasal dari angka 9, nine atau nona, karena kalau hamil kan biasanya 9 bulan ya. Lalu, kami pikir nama ini menjadi nama yang tepat soalnya it’s made us dua nona-nona Indonesia untuk semua nona-nona di Indonesia,” ungkap Monica Pranatajaya, Co-Founder nona, saat ditanya alasan mengapa memilih nama ‘nona’.
ADVERTISEMENT

Berawal dari keinginan untuk mendirikan startup di bidang kesehatan perempuan

Monica bercerita, bahwa ia dan Nicole sudah memiliki ide untuk mendirikan nona sejak Desember 2020 silam. Saat itu, keduanya berpikir apa yang akan dilakukan setelah kembali ke Indonesia dan menyelesaikan pendidikan magister di London, Inggris.
“Terus kami juga berpikir bahwa saat di London, kami pernah berpengalaman di banyak startup bidang women’s health. Jadi aku pernah kerja di startup menopause, sedangkan Nicole pernah kerja di startup yang terkait dengan produk menstruasi organik,” terang Monica.
Dari situlah Monica dan Nicole pun berpikir untuk mendirikan startup sejenis di bidang women’s health atau kesehatan perempuan. Sebab, keduanya sadar bahwa di Indonesia belum ada startup yang bergerak di bidang tersebut.
ADVERTISEMENT
Nicole Jizhar (kiri) dan Monica Pranatajaya (kanan), Founder nona. Foto: Dok. Pribadi
Selain karena pemikiran tersebut, keduanya juga semangat mendirikan nona karena memiliki pengalaman buruk terkait kesehatan. Nicole misalnya pernah didiagnosis Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) pada 2013, sementara Monica memiliki pengalaman terkait alat kontrasepsi selama 5 tahun terakhir.
“Saat pertama kali didiagnosis PCOS sempat depresi, kayak bingung apa itu PCOS karena mungkin hampir dekade yang lalu enggak banyak info mengenai hal tersebut. Dari pengalaman itu, aku juga ingin berbagi bahwa menjaga kesehatan perempuan itu sangat penting,” kenang Nicole.

Lalu, apa yang nona kerjakan saat ini?

Nicole menyebut bahwa fokus nona saat ini adalah menjadi sebuah platform untuk mengedukasi dan membuat percakapan tentang menstruasi dan kesehatan perempuan. Di mana kegiatan-kegiatan nona saat ini lebih berfokus untuk mengembangkan media sosialnya, dan mencapai target audience yang lebih besar.
Konten di Instagram nona. Foto: Instagram @nonawoman
“Kami ingin mendobrak tabu melalui percakapan. Karena itulah, saat ini fokus kami hanya di platform media sosial dan membuat konten yang bisa memicu conversation. Konten-konten yang kami buat juga biasanya sedikit kontroversi dan provokatif, tujuannya biar dibicarakan banyak orang,” tambah Nicole.
ADVERTISEMENT
Nicole menambahkan, bahwa konten-konten yang dibuat di platform media sosial nona tidak hanya bersifat kontroversi dan provokatif, namun juga bersifat fun dan informatif mengenai hal-hal penting; seperti hormon, nyeri haid, PCOS, hingga endometriosis.
Saat Nicole dan Monica membuat konten di media sosial, keduanya menyebut bahwa konten-konten itu berasal dari berbagai sumber; seperti buku, riset, media sosial, hingga pengalaman pribadi mereka.
“Selain itu, kami juga suka involve para perempuan yang senang dengan topik ini, jadi kami coba untuk masuk ke circle-circle sejenis dan ngobrol dengan expert lain di bidang ini,” terang Nicole.

Misi masa depan nona

Meski saat ini Nicole dan Monica hanya fokus mengembangkan media sosial, namun ke depannya mereka juga memiliki rencana besar untuk mengembangkan nona.
ADVERTISEMENT
“Kami ada rencana untuk membuat produk digital dan produk fisik. Jadi setiap hari kami bikin planing, diskusi dengan para mentor dan orang-orang yang sudah memiliki pengalaman mendirikan bisnis,” kata Monica.
Monica Pranatajaya (kiri) dan Nicole Jizhar (kanan), Founder nona. Foto: Dok. Pribadi
Nicole menambahkan, bahwa ke depannya ia dan Monica ingin membuat semacam aplikasi yang berisi edukasi seputar kesehatan perempuan. Tak hanya itu, aplikasi tersebut juga akan menjadi sebuah wadah untuk orang-orang berdiskusi mengenai masalah seputar menstruasi dan kesehatan perempuan.
Menurutnya, hal itu sesuai dengan visi utama mereka yang ingin membuat semacam komunitas untuk sama-sama berjuang melawan masalah period poverty. “Kami ingin menangani period poverty secara langsung. Sebab, aku dan Monica sangat passionate tentang isu period poverty ini. Kami juga ingin agar produk itu bisa berdampak baik untuk banyak orang,” tutup Nicole Jizhar.
ADVERTISEMENT