Kisah Jihyun Park, Perempuan Korea Utara yang Jadi Calon Anggota Dewan Inggris

21 Februari 2021 17:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jihyun Park, perempuan Korea Utara pertama yang akan menjadi calon anggota dewan di Bury, Inggris. Foto: Lindsey Parnaby / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Jihyun Park, perempuan Korea Utara pertama yang akan menjadi calon anggota dewan di Bury, Inggris. Foto: Lindsey Parnaby / AFP
ADVERTISEMENT
Nama Jihyun Park memang belum banyak didengar di dunia politik internasional. Meski begitu, perempuan 52 tahun ini baru saja mencetak sejarah baru. Ia diyakini menjadi perempuan pertama asal Korea Utara yang mencalonkan diri sebagai anggota dewan kota Bury, Inggris.
ADVERTISEMENT
Ya, Jihyun Park memang keturunan asli dari Korea Utara. Ia berhasil melarikan diri dari negara asalnya pada 1998 silam. Perjalanan ibu tiga anak ini tentunya tidak mudah. Bersama dengan saudara laki-lakinya, ia kabur melewati perbatasan China setelah melihat ayah dan pamannya meninggal kelaparan.
Menurut laporan BBC, Jihyun juga sempat menjadi korban perdagangan manusia dan dijual untuk menikah dengan petani China. Dari hubungan tersebut, Jihyun dikaruniai satu orang anak laki-laki. Sejak itu, Jihyun tak pernah bertemu lagi dengan adiknya yang dipulangkan ke Korea Utara.
Pada 2004, Jihyun ditangkap dan dipulangkan ke Korea Utara. Keberadaannya di China dianggap ilegal dan ia dituduh sebagai penjahat politik. Oleh karena itu, Jihyun dikirim ke tempat kerja paksa.
ADVERTISEMENT
Nahas, sesampainya di Korea Utara, ia justru disiksa dan dianiaya di lokasi kerja paksa. Kondisi lingkungan yang tak layak membuat kulit dan rambut Jihyun berubah. Ia pun mengalami berbagai luka di tubuh dan setelah beberapa bulan, ia diusir karena hampir mati akibat infeksi luka.

Berjuang demi kehidupan yang lebih baik

Mengutip Manchester Evening News, usai mengalami penyiksaan dan terluka parah, Jihyun berjuang sendiri dan berusaha kembali ke China untuk mengambil anaknya. Di sepanjang perjalanan ia bertemu dengan pengungsi dari Korea Utara lainnya.
Pada 2005, Jihyun berjalan kaki menuju Mongolia bersama pengungsi lainnya. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan pria bernama Kwang, rekan sesama pengungsi yang kini menjadi suaminya. Menurut Jihyun, Kwang adalah sosok penyelamat.
ADVERTISEMENT
"Dia menyelamatkan nyawa saya dan anak saya. Laki-laki itu adalah suami saya sekarang. Itu adalah pertama kalinya saya jatuh cinta. Saya bahkan sebelumnya tidak tahu apa itu makna cinta," ungkap Jihyun Park kepada Mirror UK.
Jihyun, Kwang dan anaknya berjalan kaki menyusuri gurun di Mongolia selama tiga hari tanpa makanan dan minuman. Takut anaknya meninggal, Jihyun dan Kwang memutuskan kembali ke China dan menetap hingga 2007 sebelum akhirnya ketiganya diserahkan pada PBB oleh seorang pastur.
Oleh PBB, Jihyun ditawari tiga pilihan negara; Korea Selatan, Amerika Serikat, atau Eropa. Akhirnya, Jihyun memilih untuk menetap di Inggris dan mereka bertiga kemudian mendapat tempat tinggal di Inggris.
Jihyun Park, politisi Inggris dari Korea Utara. Foto: Lindsey Parnaby / AFP
Kini, ia pun berprofesi sebagai tutor bahasa yang tinggal di kota Bury, Inggris. Selain mengajar, Jihyun juga menjadi aktivis yang aktif menyuarakan hak-hak warga negara Korea Utara agar berani hidup tanpa takut disiksa dan dianiaya. Saat ini ada 700 pengungsi asal Korea Utara yang sudah terdaftar di Inggris.
ADVERTISEMENT