Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
ADVERTISEMENT
Ada banyak sekali kisah para istri nabi. Kisah-kisah ini menarik untuk diikuti serta diteladani. Salah satunya adalah kisah istri Nabi Ibrahim AS, yaitu Siti Hajar .
ADVERTISEMENT
Siti Hajar dikenal sebagai sosok perempuan yang cantik, mulia, dan juga penuh kesabaran. Selain itu, Siti Hajar juga dikenal sebagai sosok yang taat beribadah, dan tak pernah mengeluh serta pantang menyerah dalam berbuat kebaikan.
Siti Hajar menikah dengan Nabi Ibrahim AS
Menurut Sheikh Dr Mustafa Murad, guru besar Universitas Al Azhar, dalam bukunya berjudul Zaujat al Ambiya, Siti Hajar pada awalnya merupakan budak yang membantu Siti Sarah, istri Nabi Ibrahim . Konon, ia didatangkan dari tanah Kan’an untuk menemani Nabi Ibrahim, dalam perjalanan panjang dari Mesir menuju Makkah.
Waktu itu, Siti Sarah belum juga diberi keturunan sementara usianya terus bertambah. Rasa cintanya kepada sang suami membuat dirinya berpikir untuk memberikan seorang anak laki-laki sebagai penerus perjuangan.
ADVERTISEMENT
Maka, ia pun meminta Siti Hajar untuk menikah dengan suaminya. Dan ia pun berharap pernikahan itu bisa mendatangkan keturunan.
Nabi Ibrahim kemudian memenuhi permintaan Siti Sarah untuk menikah lagi, dan mempersunting Siti Hajar. Setelah menikah, Siti Hajar kemudian hamil dan melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Ismail.
Siti Hajar dibuang ke lembah gersang
Kelahiran Ismail ternyata membuat Siti Sarah merasa cemburu. Karena rasa cemburu itu, Siti Sarah pun berjanji tak mau tinggal dengan Siti Hajar dan anaknya dalam satu atap.
Imam al Tsa’labi (ahli tafsir, 350-430 H) meriwayatkan, pada waktu itu datanglah perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim agar membawa Siti Hajar dan Ismail ke tanah Makkah. Maka, mereka pun berangkat untuk menempuh perjalanan jauh. Ibrahim dan istrinya bergantian menggendong bayi yang baru lahir hingga tiba di tanah Makkah.
ADVERTISEMENT
Konon, pada waktu itu Makkah sangat tandus. Tak ada pohon, tak ada air, dan sepi dari manusia. Saat itu mereka melihat ada bukit berwarna merah, di atasnya terdapat bekas rumah tua dari dahan-dahan kayu yang sudah mengering. Di sanalah, seperti diriwayatkan dua sejarawan, At-Tabari (838-923 M) dan Ibnu al Atsir (1160-1233 M), Nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar dan Ismail.
Sebuah riwayat menceritakan bahwa Nabi Ibrahim tidak menoleh sekali pun kepada Siti Hajar, meski ia menangis dan terus memanggil namanya. Semakin jauh Nabi Ibrahim meninggalkannya, Siti Hajar lalu mengejar suaminya dan mengatakan: “Ke mana engkau akan pergi dan meninggalkan kami di padang pasir yang tidak ada manusia dan bahkan kehidupan ini? Apakah Allah SWT memerintahkan kamu wahai suamiku?” “Benar” jawab Ibrahim. “Kalau begitu, Allah pasti tidak akan membiarkan kami,” kata Siti Hajar.
ADVERTISEMENT
Munculnya air Zamzam
Setelah Nabi Ibrahim pergi, Siti Hajar memandang semua wilayah di area lembah yang gersang dan panas tersebut. Namun Siti Hajar masih percaya dan yakin atas ucapan yang disampaikan sang suami, bahwa kekuasaan Allah adalah keniscayaan. Allah selalu menolong hamba-Nya yang sedang dilanda kesusahan. Tidak ada alasan baginya untuk tidak percaya atas janji Allah yang disampaikan oleh sang suami.
Waktu perlahan berlalu, tangisan Ismail mulai terdengar, menjadi sebuah pertanda bahwa ia mulai kehausan. Setelah itu, Siti Hajar pun berkeliling mencari air. Kakinya melangkah dari bukit Shafa ke Marwa, dan sebaliknya. Ia berjalan bolak-balik di antara dua bukit itu hingga tujuh kali. Namun sayang, usahanya sia-sia. Ia kemudian kembali menemui sang putra dan khawatir jika putranya tidak bisa bertahan.
ADVERTISEMENT
Di tengah kegelisahan dan keputusasaan, Siti Hajar memohon kepada Allah agar diberikan yang terbaik untuk kehidupannya dan sang putra. Setelah itu, Allah kemudian memberikan mukjizat-Nya.
Kaki Ismail mulai bergerak-gerak, tumitnya dihentak-hentakkan di tanah yang gersang, Siti Hajar lalu memandangi putra yang dikasihaninya, dan menganggap perilaku putranya itu masih sebuah kewajaran.
Namun tanpa diduga, air begitu derasnya mengucur dari jejak hentakan kaki Ismail. Tanpa pikir panjang, Siti Hajar pun memberi minuman Ismail dengan air itu. Ia juga mengambilnya untuk dirinya sendiri. Sumber mata air itu kini dikenal sebagai mata air Zamzam . Air itulah yang membantu Siti Hajar bertahan di lembah gersang.
Kisah perjuangan Siti Hajar ini memberikan pelajaran penting bagi kita, bahwa sebagai seorang perempuan harus kuat, sabar, tegar, dan tak mudah putus asa meski kesulitan bertubi-tubuh sedang menimpanya.
ADVERTISEMENT
----
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)