Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kisah Perempuan Muslim Inggris Jadi Polisi Usai Sering Tangkap Maling
28 Januari 2023 19:24 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kepada Metro UK, polisi perempuan yang sudah pensiun pada 2019 ini menceritakan kisahnya yang unik sekaligus penuh perjuangan dalam menjadi detektif. Cerita hidup Shabnam meliputi “hobi” menangkap maling di toko baju tempatnya bekerja semasa remaja.
Shabnam Chaudhri terdorong untuk menjadi seorang polisi usai ia hampir selalu sukses menangkap maling.
“Saat masih remaja, saya bekerja setiap Sabtu di sebuah toko baju laki-laki. Saya senang bekerja di sana, tetapi tak lama dari situ, saya sadar saya memiliki kemampuan mendetail dalam menangkap maling dan penipu kartu kredit—saya menikmati rasanya menangkap mereka saat beraksi,” kata Shabnam, sebagaimana dikutip dari Metro UK.
Seorang polisi pun memuji kemampuan Shabnam. Menurut polisi tersebut, Shabnam punya kualifikasi yang seharusnya dimiliki oleh para polisi. Dari situlah, mimpi Shabnam untuk bergabung dengan kepolisian terbentuk. Di usia 18 tahun, Shabnam dipenuhi keinginan untuk bisa menolong orang-orang dan membuat perubahan.
ADVERTISEMENT
Sempat tidak diizinkan oleh ayah
Namun, mimpi itu tidak selalu berjalan dengan mulus. Shabnam mengungkapkan, sang ayah ternyata tidak menyetujui cita-citanya. Dilansir Daily Mail, ayah Shabnam ingin ia menikah dan mempertahankan reputasi keluarganya. Namun, beruntung, sang Ibu mengizinkan Shabnam mengejar mimpinya.
Shabnam pun harus mendaftar ke Kepolisian Metropolitan London sebanyak empat kali. Ia berkali-kali ditolak dengan alasan terlalu muda atau terlalu kurus. Sampai akhirnya ia baru sukses bergabung dengan Met pada 1989, di usia 25 tahun. Tak lama dari situ, Shabnam ditugaskan untuk melapor ke pos polisi di Bethnal Green.
Harus berbohong soal seragam
Sebagai polwan, Shabnam harus mengenakan seragam rok hitam selutut—seragam yang disebut sebagai regulation skirt. Namun, lantaran tumbuh di keluarga Muslim yang sangat ketat dan taat, ia tidak pernah diperbolehkan mengenakan busana apa pun selain baju terusan panjang.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, demi bisa menjalankan tugas dengan lancar dan tenang, Shabnam terpaksa harus berbohong soal seragamnya.
Dilansir Metro UK, Shabnam setiap harinya berangkat kerja dengan mengenakan celana panjang, lalu mengganti pakaiannya sesampainya di kantor polisi. Beruntung, tak lama dari situ, aturan seragam rok tersebut diubah.
Berhasil menjadi detektif perempuan yang sangat sukses
Setelah melewati berbagai tantangan, Shabnam Chandhri akhirnya mencapai kesuksesan yang ia impikan. Menurut Metro UK, Shabnam dianugerahi Penghargaan Kepemimpinan oleh Asosiasi Inggris untuk Perempuan di kepolisian pada 2012.
Penghargaan ini ia raih berkat jasanya dalam menyelesaikan kasus-kasus kebencian, pernikahan paksa, dan berkat mempromosikan keberagaman dalam Kepolisian Metropolitan London. Tahun-tahun selanjutnya, ia kembali dianugerahi dua penghargaan yang serupa.
ADVERTISEMENT
Ia pensiun pada 2019 lalu, di usia 55 tahun. Ketika pensiun, Shabnam memegang posisi sebagai detektif perempuan Muslim dengan jabatan tertinggi.
Meskipun sempat dilarang menjadi polisi oleh sang ayah saat muda, Shabnam mengatakan bahwa akhirnya beliau mengakui seluruh pencapaian Shabnam.
“Dan ayah saya mengakui bahwa saya menggapai mimpinya menjadi seorang polisi—ia sebelumnya juga ditolak [masuk ke kepolisian di Karachi] karena alasan-alasan berat badan seperti yang pernah saya alami,” ucap Shabnam, dikutip dari Metro UK.