Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
ADVERTISEMENT
Dalam panggung mode, sustainable fashion jadi salah satu gerakan yang kerap diangkat. Tujuannya, agar masyarakat semakin sadar bahwa fashion bukan hanya tentang desain tetapi juga mengenai dampak terhadap lingkungan beserta pekerja yang masuk dalam industri tersebut.
ADVERTISEMENT
Semangat inilah yang menjadi dasar gelaran Bali Fashion Trend Spring Summer 2020. Acara tersebut berlangsung 7-9 November 2019 di Nusa Dua, Bali. Ajang ini menampilkan sejumlah karya dari 35 designer serta bazaar.
National Chairman of Indonesia Fashion Chamber (IFC), Ali Charisma, mengatakan tren saat ini menuntut fashion yang tidak hanya mengedepankan keindahan tapi juga kelestarian lingkungan.
“Isu sustainable fashion menjadi perhatian utama di Eropa dan Amerika. Saat ini, rayon menjadi salah satu pilihan utama untuk mengembangkan busana dari bahan yang berkelanjutan bila dibandingkan dengan bahan baku lainnya,” ujar Ali, Kamis (7/11).
Viscose atau rayon merupakan serat alami dari pohon yang memiliki tekstur halus dan lembut. Ketika dikenakan, kain ini memberikan efek dingin.
ADVERTISEMENT
Sebagai produsen viscose, Asia Pacific Rayon (APR) menunjukkan komitmennya untuk mendukung pengembangan sustainable fashion di Indonesia dengan berpartisipasi dalam Bali Fashion Trend.
Direktur APR, Basrie Kamba, menilai konsep sustainable fashion dan “Everything Indonesia” akan memperkuat peluang industri tekstil dalam negeri. Selain itu, “Everything Indonesia” juga mendorong penggunaan bahan baku dari lokal Indonesia.
“Konsep sustainable fashion menjadi perhatian dunia. Dengan sejumlah keunggulan seperti bersumber dari bumi sendiri, biodegradable, serta terbarukan, rayon bisa menjadi alternatif sekaligus masa depan bahan baku tekstil,” tambah Basrie.
Sebagai bentuk dukungannya, APR berkolaborasi dengan dua desainer lokal sekaligus anggota IFC, Eny Ming dan Sav Lavin. Keduanya menggunakan viscose produksi APR dalam rancangannya.
"Koleksi saya temanya tentang life (kehidupan). Untuk bahannya dari viscose APR, detail desainnya kebanyakan stitching dan tailoring," ucap Eny Ming.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dalam gelaran ini, Sav Lavin mengambil tema streetwear sebagai lanjutan dari koleksi sebelumnya.
"Dikombinasikan dengan tren global, tie dye," beber Sav Lavin.
Baik Eny Ming maupun Sav Lavin mengaku sangat tertarik dengan isu sustainable fashion . Bagi Ming, kolaborasi dengan APR ini sangat bagus karena mulainya dari komunitas kecil untuk impact yang lebih besar.
"Dengan acara seperti ini, orang semakin tahu the meaning behind the collection. Proses desain tidak hanya untuk estetika, ada banyak prosesnya (salah satunya produksi bahan bakunya)," tutup Sav Lavin.