Komitmen Gojek untuk Tingkatkan Peran Perempuan di Dunia Teknologi

2 November 2019 15:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nila Marita, Chief Corporate Affairs Gojek; Dian Rosanti, SVP Product Management Gojek; Nicole Yap, Managing Director Digitaraya dalam acara Gojek Xcelerate. Foto: dok. Gojek
zoom-in-whitePerbesar
Nila Marita, Chief Corporate Affairs Gojek; Dian Rosanti, SVP Product Management Gojek; Nicole Yap, Managing Director Digitaraya dalam acara Gojek Xcelerate. Foto: dok. Gojek
ADVERTISEMENT
Keterlibatan perempuan dianggap sangat penting dalam memajukan perekonomian negara. Peran perempuan juga dinilai memiliki potensi untuk mengembangkan industri STEM (Scinence, Technology, Engineering, Mathematics). Salah satunya adalah industri teknologi.
ADVERTISEMENT
Hasil riset ILO (International Labour Organization) berjudul ‘Women in Business and Management: The business case for change’ tahun 2019 menemukan lebih dari 60 persen responden setuju bahwa inisiatif keragaman gender meningkatkan hasil bisnis dan reputasi, lebih mudah dalam menarik dan mempertahankan karyawan, serta lebih kreativitas dan berinovasi.
Namun sayangnya, partisipasi perempuan terutama pada sektor teknologi masih tergolong sedikit, sementara ekonomi digital diprediksi akan bertumbuh pesat di Indonesia dan Asia Tenggara dalam satu dekade ke depan.
Oleh karena itu, Gojek sebagai startup unicorn pertama di Indonesia merasa dapat memiliki andil dalam meningkatkan peran perempuan di dunia teknologi.
Lewat program Gojek Xcelerate yang bekerja sama dengan Digitaraya, perusahaan akselerator yang berfokus membina generasi startup di Indonesia, Gojek membantu mengembangkan startup yang didirikan oleh perempuan.
ADVERTISEMENT
Memasuki batch kedua, Gojek Xcelerate kali ini berfokus mengembangkan 10 startup pilihan karya perempuan dari Indonesia dan Asia Pasifik. Mereka adalah Love and Flair (Indonesia), Populix (Indonesia), Kobe (Singapura), Jio Vio (India), Paynamics (Filipina), Elevait (China/ Hong Kong), 1Export (Filipina), Pixylz (India), PurelyB (Malaysia), dan Event Banana (Thailand).
Nila Marita, Chief Corporate Affairs Gojek; Dian Rosanti, SVP Product Management Gojek; Nicole Yap, Managing Director Digitaraya dalam acara Gojek Xcelerate. Foto: dok. Gojek
Dalam program tersebut, seluruh pemimpin perempuan dari 10 startup terpilih mengikuti pelatihan intensif bersama mentor yang berasal dari berbagai bidang, seperti Gojek, Google, Mckinsey & Company, dan UBS. Tak hanya mengikuti pelatihan, program ini juga menghubungkan para pemimpin perempuan pendiri startup terpilih dengan jaringan investor secara global.
Program pelatihan ini dinilai bisa memiliki peran penting dalam meningkatkan rasa percaya diri perempuan dalam dunia teknologi dan mempersiapkan para pemimpin perempuan supaya lebih siap dalam mengembangkan startup-nya. Sebab menurut Dian Rosanti, SVP Product Management Gojek, selama ini perempuan pendiri startup kerap menghadapi lebih banyak tantangan dibanding pendiri laki-laki.
ADVERTISEMENT
“Yang dihadapi perempuan tidak hanya soal stigma sosial, tetapi juga kurangnya jejaring dukungan dan akses terbatas pada pendanaan. Untuk menciptakan kesempatan yang lebih setara, Gojek Xcelerate batch 2 fokus melatih pemimpin perempuan mengenai strategi penting dalam mengembangkan bisnis, dan juga menghubungkan mereka dengan pemimpin perempuan sukses dari berbagai industri, serta memberikan akses pada mentor dan investor yang memiliki visi sama,”
“Kita sudah tahu bahwa betapa pentingnya untuk memiliki sudut pandang keberagaman dan inklusi dalam berbisnis karena dua hal tersebut memberikan inovasi yang lebih baik, keuangan yang lebih baik, hingga performa yang juga jauh lebih baik. Namun saat ini masih banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh perempuan, terutama dalam bidang teknologi yang didominasi oleh laki-laki,” ungkap Dian Rosanti dalam panel diskusi Gojek Xcelerate Batch 2, di Gojek HQ, Jumat (1/11).
ADVERTISEMENT
Ia kemudian melanjutkan bahwa riset yang dirilis pada PitchBook Data menyebutkan sejak tahun 2016, perusahaan dengan pemimpin perempuan hanya berhasil mendapatkan sekitar 5 persen dari total penawaran modal. Dan ini merupakan jumlah yang sangat kecil.
“Jadi akses pemimpin perempuan terhadap modal usaha ini juga menjadi salah satu tantangannya. Lebih dari itu, akses terhadap role model atau perempuan yang sudah lebih dulu sukses dan bisa dijadikan inspirasi juga tidak mudah. Padahal kita tahu bahwa role model itu penting bagi perempuan. Oleh karena itu, lewat program ini kami memastikan pemimpin perempuan memiliki akses terhadap role model mereka dan nantinya mereka sendiri bisa belajar banyak dan kedepannya bisa mempersiapkan diri sebagai role model bagi perempuan lainnya yang ingin melakukan hal sama seperti mereka,” tutup Dian Rosanti.
ADVERTISEMENT