Malala Yousafzai Sebut Taliban Tak Anggap Perempuan Sebagai Manusia

16 Januari 2025 19:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemenang Nobel Malala Yousafzai berbicara dalam pertemuan "Pendidikan Anak Perempuan di Komunitas Muslim: Tantangan dan Peluang" di Islamabad. Foto: Salahuddin/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pemenang Nobel Malala Yousafzai berbicara dalam pertemuan "Pendidikan Anak Perempuan di Komunitas Muslim: Tantangan dan Peluang" di Islamabad. Foto: Salahuddin/REUTERS
ADVERTISEMENT
Malala Yousafzai mengecam aturan-aturan Taliban yang dianggap mendiskriminasi perempuan Afghanistan. Penerima penghargaan Nobel Perdamaian ini turut mendesak para pemimpin, khususnya pemimpin negara Muslim, untuk buka suara.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan Malala di konferensi internasional soal pendidikan anak perempuan negara-negara Muslim, yang diselenggarakan oleh Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Islamabad, Pakistan, pada Minggu (12/1) lalu. Dalam pidatonya, Malala menegaskan bahwa Taliban menciptakan sistem apartheid gender atau diskriminasi berdasarkan gender di Afghanistan.
Dikutip dari Independent, Malala menyebut aturan-aturan Taliban terhadap perempuan itu sama sekali tidak “Islami” dan justru berlawanan dengan keimanan yang diyakini dalam Islam.
Aktivis Malala Yousafzai berkampanye dan menggalang dana untuk program pendidikan anak perempuan di negara asalnya, Pakistan di upacara pembukaan Commonwealth Games di Alexander Stadium, Birmingham, Inggris,28 Juli 2022. Foto: REUTERS/Hannah Mckay
“Sederhananya, Taliban di Afghanistan tidak melihat perempuan sebagai manusia,” tegas perempuan berusia 27 tahun ini pada Minggu (12/1).
“Taliban menghukum perempuan dan anak perempuan yang berani melanggar aturan dengan cara memukuli, menahan, dan melukai mereka. Meskipun Taliban menyelubungi kejahatan mereka dengan balutan justifikasi kebudayaan dan agama, tindakan mereka berlawanan dengan keimanan yang kita yakini,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Sejak mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada 2021, Taliban telah menyusun berbagai aturan yang dinilai membatasi perempuan. Hingga saat ini, Taliban dilaporkan melarang anak perempuan usia 12 tahun ke atas mengenyam pendidikan formal. Taliban juga membatasi perempuan bekerja di berbagai sektor, termasuk pemerintahan.
Ilustrasi perempuan Afghanistan. Foto: AFP
“Afghanistan adalah satu-satunya negara di dunia di mana perempuan sepenuhnya dilarang mengakses pendidikan di atas kelas enam,” ucap Malala, dikutip dari Independent.
Yang terbaru, para perempuan dilarang untuk mengeluarkan suara di ruang publik, termasuk berbicara dan bernyanyi. Taliban juga melarang jendela di ruangan rumah yang biasa ditempati perempuan seperti sumur dan dapur. Alasannya, suara dan kegiatan perempuan dalam rumah dianggap bisa memicu terjadinya perbuatan tak senonoh.
Dilansir Reuters, Taliban berargumen bahwa mereka menghormati hak-hak perempuan sesuai dengan interpretasi kebudayaan Afghanistan dan syariah Islam. Taliban juga belum merespons kecaman Malala.
ADVERTISEMENT
Malala pun mendesak para pemimpin negara Muslim untuk buka suara dan mengecam aturan Taliban. Dikutip dari Reuters, Malala juga meminta pemimpin-pemimpin politik untuk mendukung pengkategorian apartheid gender sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan di bawah hukum pidana internasional.
Perempuan Afghanistan protes akibat penutupan salon oleh Taliban. Foto: STR/AFP
“Di Afghanistan, masa depan satu generasi anak perempuan direnggut dari mereka. Sebagai pemimpin Muslim, inilah waktu Anda untuk bersuara, gunakan kuasa Anda,” tegas Malala.
Malala Yousafzai merupakan aktivis hak dan pendidikan perempuan asal Pakistan. Pada 2012, ketika masih berusia 15 tahun, Malala ditembak di bagian kepala akibat memperjuangkan pendidikan anak perempuan di Pakistan.
Saat itu, Taliban Pakistan—organisasi Taliban yang berbeda dengan Taliban Afghanistan—mencoba untuk membatasi akses pendidikan bagi perempuan di Pakistan. Beruntung, Malala selamat dari percobaan pembunuhan itu. Ia dianugerahi Nobel Perdamaian pada 2014, menjadi orang termuda yang pernah mendapat penghargaan itu.
ADVERTISEMENT