Malala Yousafzai Tekankan Pendidikan Perempuan Bisa Jadi Solusi Krisis Iklim

14 Juni 2022 15:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivis iklim Uganda Vanessa Nakate, pemenang hadiah Nobel perdamaian Malala Yousafzai dan aktivis Swedia Greta Thunberg memprotes di luar parlemen Swedia, di Stockholm, Swedia, Jumat (10/6/2022). Foto: Philip O'Connor/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Aktivis iklim Uganda Vanessa Nakate, pemenang hadiah Nobel perdamaian Malala Yousafzai dan aktivis Swedia Greta Thunberg memprotes di luar parlemen Swedia, di Stockholm, Swedia, Jumat (10/6/2022). Foto: Philip O'Connor/Reuters
ADVERTISEMENT
Saat ini, bumi kita tengah menghadapi rangkaian krisis yang harus segera ditangani. Salah satunya adalah perubahan iklim yang bisa berujung pada krisis iklim, Ladies. Dampak dari perubahan iklim yang terjadi bahkan sudah mulai dirasakan di berbagai wilayah dunia, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Contoh yang paling terasa adalah peningkatan suhu udara yang terjadi di banyak wilayah dunia, salah satunya di Jakarta beberapa waktu lalu. Menurut United States Environmental Protection Agency, peristiwa cuaca ekstrem yang terjadi di bumi seperti gelombang panas dan badai besar pun diprediksi akan lebih banyak terjadi akibat perubahan iklim.
Dalam menghadapi perubahan ini, ternyata perempuan memiliki andil yang sangat besar. Hal ini diungkapkan oleh seorang aktivis hak perempuan yang namanya sudah mendunia, Malala Yousafzai. Bersama dengan aktivis iklim muda Greta Thunberg dan Vanessa Nakate, Malala menegaskan bahwa pendidikan untuk perempuan merupakan solusi atas krisis iklim di bumi.
Malala Yousafzai, aktivis dari Pakistan. Foto: Reuters/Carlo Allegri
Kepada kantor berita Reuters, Malala menyatakan bahwa perjuangan melawan perubahan iklim juga merupakan upaya memperjuangkan hak-hak pendidikan untuk perempuan.
ADVERTISEMENT
“Akibat peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan iklim, jutaan anak perempuan kehilangan aksesnya untuk bersekolah. Musibah seperti kekeringan dan banjir berdampak langsung pada sekolah, kehilangan tempat tinggal juga terjadi akibat peristiwa-peristiwa ini,” ungkap Malala pada Jumat (10/6), dalam aksi protes iklim yang digelar setiap Jumat di depan Gedung Parlemen Swedia.
“Karena itulah, anak-anak perempuan merupakan pihak yang paling terdampak: Mereka adalah yang pertama drop out dari sekolah, dan yang paling terlambat kembali,” lanjutnya.
Malala hadir di aksi protes yang sudah berlangsung secara rutin sejak 2018 itu dengan membawa papan yang bertuliskan “Believe in Science and Fight for Girls’ Rights to Learn It” yang berarti “Percayalah pada Sains dan Perjuangkanlah Hak-hak bagi Perempuan untuk Mempelajarinya.”
ADVERTISEMENT
Aktivis iklim Uganda Vanessa Nakate, pemenang hadiah Nobel perdamaian Malala Yousafzai dan aktivis Swedia Greta Thunberg memprotes di luar parlemen Swedia, di Stockholm, Swedia, Jumat (10/6/2022). Foto: Philip O'Connor/Reuters
Pemenang Anugerah Nobel Perdamaian ini juga mengungkapkan, dirinya merupakan bukti nyata dampak perubahan iklim terhadap perempuan. Ketika bersekolah, pendidikan Malala terpaksa terganggu akibat banjir yang mengadang sekolah dan kampung halamannya di Pakistan.

Perempuan bisa menjadi solusi dari krisis iklim

Bersama Malala, Greta Thunberg dan Vanessa Nakate ikut menekankan bahwa perempuan mampu menjadi aktor penting dalam aksi iklim jika diberikan akses ke pendidikan yang mumpuni.
“Ketika anak-anak dan perempuan diedukasi, mereka mampu membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, mereka membantu membangun ketahanan, dan dapat membantu mengurangi ketidaksetaraan yang saat ini dihadapi oleh banyak perempuan dan anak-anak perempuan di berbagai belahan dunia,” ucap Vanessa Nakate, aktivis iklim asal Uganda.
Sedangkan menurut Greta, jika perempuan dibekali dengan edukasi dan pengetahuan, mereka akan mampu membuat perubahan nyata di dunia.
ADVERTISEMENT
“Setiap perempuan akan bisa mengubah dunia jika diberikan alat-alat yang benar,” tegas Greta, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Ilustrasi perempuan dalam menjaga lingkungan. Foto: Chokniti Khongchum/Shutterstock
Isu perempuan, pendidikan, dan perubahan iklim memang merupakan hal yang sangat penting bagi dunia saat ini. Bahkan, di tahun ini, tema International Women’s Day (Hari Perempuan Internasional) berpusat pada “Gender equality today for a sustainable tomorrow” (Kesetaraan gender di hari ini untuk esok hari yang berkelanjutan). Tema ini, menurut Relief Web, mengakui peran penting perempuan dalam adaptasi, mitigasi, dan respons perubahan iklim.
Menurut International Union for Conservation Nature (IUCN), perempuan memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai apa yang diperlukan untuk beradaptasi terhadap kondisi lingkungan yang berubah. Dengan pemahaman tersebut, perempuan mampu menghadirkan solusi-solusi terbaik untuk perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
“Mengeluarkan seluruh pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki perempuan merepresentasikan kesempatan yang krusial untuk membentuk solusi perubahan iklim yang efektif, untuk keuntungan bersama,” tulis IUCN, dikutip dari situs resminya.