Mengenal Emotional Blackmail dalam Hubungan Asmara dan Cara Menghadapinya

20 Agustus 2020 15:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pasangan tak harmonis. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan tak harmonis. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini seorang teman curhat kepada saya mengenai hubungannya dengan sang pacar. Mereka baru saja menjalin hubungan selama dua bulan setelah berkenalan melalui aplikasi kencan online. Singkat cerita, dalam hubungan cinta mereka yang baru berjalan dua bulan ini, sang teman sudah merasa letih dengan pertengkaran yang tidak ada habisnya. Ada saja hal yang mereka pertengkarkan, termasuk masalah sepele dan urusan yang berkaitan dengan teman-teman. Puncaknya adalah ketika sang kekasih mengancam akan bunuh diri jika mereka sampai putus.
ADVERTISEMENT
Wah, bunuh diri untuk hubungan yang baru berjalan 2 bulan? Apakah mungkin seseorang akan melakukan hal tersebut? Mungkin terkesan dan terdengar tidak mungkin serta berlebihan, namun ternyata tak sedikit orang yang melakukan ini atau mengalami hal ini dalam hubungan. Apakah Anda sendiri pernah mengalami atau melakukan hal ini?
Ilustrasi Pasangan Foto: Dok. Shutterstock
Kondisi ini sebetulnya bukanlah kondisi yang asing. Dalam istilah psikologi ketika seorang melakukan ancaman terhadap pasangannya atau seseorang yang dekat dengannya meggunakan berbagai hal bersifat personal- seperti mengancam akan bunuh diri, ia disebut sedang melakukan emotional blackmail, atau pemerasan emosional.
Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikoterapis, penulis dan pengajar bernama Dr. Susan Forward. Pada 1997 ia bersama rekannya Donna Frazier meluncurkan sebuah buku berjudul Emotional Blackmail: When the People in Your Life Use Fear, Obligation and Guilt to Manipulate You. Dilansir dari Healthline, dalam buku ini, Dr. Susan Forward membeberkan konsep emotional blackmail untuk membantu orang memahami dan mengatasi tindakan pemerasan emosional yang juga dikategorikan sebagai tindakan manipulasi ini.
ADVERTISEMENT
Untuk diketahui, tindak emotional blackmail ini tidak hanya terjadi dalam hubungan asmara, namun juga dalam bentuk hubungan lainnya seperti persahabatan atau hubungan keluarga.
Dalam konteks hubungan asmara, emotional blackmail bisa dijadikan indikasi sebagai pertanda bahwa hubungan yang kita jalani adalah hubungan yang tidak sehat dan cenderung toxic.
Agar tidak terjebak dalam hubungan yang tidak sehat ini, perlu bagi kita untuk mengenal bentuk-bentuk serta tahapan emotional blackmail dan apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapinya.

Tipe Emotional Blackmail dalam hubungan asmara

Dikutip dari Healthline, menurut penjelasan Dr. Susan Forward, tindakan emotional blackmail bisa dibagi ke dalam 6 kategori, sebagai berikut:
Menuntut
Ciri-ciri pertama dari tindakan emotional blackmail menurut Dr. Susan Forward adalah memberikan tuntutan. Misalnya dalam hubungan asmara, pasangan mulai melakukan tuntutan atau permintaan dalam bahasa yang cukup langsung. Misalnya, “Menurut aku kamu sebaiknya kamu ngga usah hang out lagi sama si A.” Atau hal ini juga bisa disampaikan melalui bahasa yang lebih tidak langsung. Misalnya, “Aku lihat si A kayanya suka memanfaatkan kamu, mungkin kamu ngga usah sering-sering lagi keluar sama dia.”
ADVERTISEMENT
Mungkin terkesan bahwa apa yang dia katakan seakan menunjukkan kepedulian pada Anda, tapi sebetulnya ini masih dapat dikategorikan sebagai cara untuk mengontrol pilihan Anda dalam hidup.
Ilustrasi Pasangan Cemburu Foto: Dok. Shutterstock
Perlawanan
Hal ini akan terlihat jika Anda berusaha untuk tidak memenuhi tuntutan dari pasangan. Jika ini terjadi biasanya mereka akan mendorong balik atau melakukan perlawanan sambil berusaha untuk terus meyakinkan Anda bahwa apa yang mereka minta itu adalah sesuatu yang penting.
Menekan
Dalam sebuah hubungan yang sehat, adalah hal yang wajar dan normal jika kita mengungkapkan kebutuhan dan keinginan kita terhadap pasangan. Namun tentu tidak semua tuntutan tersebut bisa dipenuhi oleh pasangan, atau sebaliknya jika kita yang dituntut untuk sesuatu hal.
Selain itu, dalam hubungan yang sehat, jika satu pihak tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut, pasangan tentu tidak akan memaksa, atau jika memang sangat menginginkan maka akan dicari solusi bersama-sama.
ADVERTISEMENT
Namun bagi pelaku emotional blackmail hal ini tidak berlaku. Mereka akan terus memaksa dan menekan agar permintaan tersebut tidak dipenuhi. Mereka akan memainkan hal-hal yang bersifat emosional, misalnya: “Aku meminta hal tersebut karena aku memikirkan masa depan kita berdua.” Atau bisa juga dia akan mengatakan, “Kalau kamu benar-benar mencintaiku, pasti kamu akan melakukan itu.”
Ilustrasi Pasangan Foto: Dok. Shutterstock
Mengancam
Perilaku emotional blackmail bisa melibatkan ancaman, baik ancaman langsung atau tidak langsung.
Misalnya, “Kalau kamu masih pergi sama teman-temanmu malam ini, ngga usah menghubungi aku lagi.” Atau, “ Kalau kamu ngga mau menemani aku malam ini, mungkin aku akan panggil si A saja.”
Di sisi lain, mereka juga bisa mencoba dengan hal-hal yang terdengar positif. Misalnya, “Jika kamu menghabiskan waktu sama aku, aku jamin kamu pasti lebih bahagia dibanding dengan teman-temanmu. Dan ini penting sekali buat hubungan kita.”
ADVERTISEMENT
Sekilas ini mungkin terdengar positif, tapi bagaimanapun si dia tetap mencoba melakukan manipulasi.
Menyerah atau Mengalah
Jika Anda sedang mengalami ancaman dari pasangan, tentu hal pertama yang Anda inginkan bahwa ancaman tersebut tidak jadi nyata. Sehingga kamu cenderung untuk menyerah dan memenuhi keinginan mereka.
Tindakan menyerah ini bisa terjadi ketika Anda mulai letih dengan berbagai tekanan dan ancaman. Ketika kamu menyerah, keadaan mungkin akan berubah menjadi keadaan yang tenang. Pasangan mendapatkan apa yang mereka inginkan dan berubah menjadi sangat baik dan penyayang. Namun itu biasanya hanya berlangsung sesaat saja.
Pengulangan
Seperti disebutkan sebelumnya, ada saat di mana Anda akan menyerah pada tuntutan dan tekanan dari pasangan. Anda akan belajar bahwa lebih mudah untuk memenuhi permintaan pasangan dibanding harus menghadapi tuntutan dan ancaman yang melelahkan.
ADVERTISEMENT
JIka Anda sudah melakukan ini, ada kemungkinan pasangan akan menjadikan ini sebagai senjata, dan melakukan taktik yang sama untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Bagaimana Menghadapi Emotional Blackmail?

Dikutip dari Huffington Post, Darlene Lancer, seorang penasihat pernikahan dan terapis keluarga, serta penulis buku Conquering Shame and Codependency, memberi tips terkait bagaimana menghadapi tindak pemerasan emosional ini.
Menurut dia, pertama kita harus ingat bahwa bukanlah tanggung jawab kita untuk berusaha memperbaiki sifat seseorang yang telah memperlakukan kita dengan buruk. “Ingat bahwa seorang manipulator memiliki pilihan terkait sikap mereka, dan mereka mencoba mengalihkan tanggung jawab pilihan sikap itu terhadap Anda. Jadi jangan biarkan itu terjadi,” ujarnya.
Ilustrasi pasangan. Foto: Shutterstock
Selalu ada cara untuk mengemukakan apa yang Anda rasakan terhadap pasangan jika Anda percaya bahwa mereka tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan kebiasaan negatif ini. Anda juga bisa bersikap lebih tegas pada pasangan.
ADVERTISEMENT
“Ancaman yang dilakukan pasangan biasanya jarang sekali jadi kenyataan, karena tujuan mereka sebetulnya adalah untuk mendapatkan perhatian. Anda bisa mencoba meyakinkan pasangan bahwa Anda mencintai dia, tapi bukan berarti Anda akan memenuhi semua permintaannya.”
Lalu jika si dia terus menerus melakukan hal yang sama, maka Anda harus memperbaiki cara berkomunikasi dengan pasangan. Selain itu, Anda juga harus yakin dengan diri sendiri, sikap seperti apa yang bisa Anda tolerir. Sampaikan ini pada pasangan, dan berkomitmen pada apa yang Anda sampaikan. Tanya juga pada pasangan, jika mereka merasakan tidak aman dan nyaman terhadap hubungan kalian, apa yang bisa Anda lakukan untuk membuat mereka merasa aman. Lakukan hal tersebut.
Namun jika Anda telah melakukan berbagai cara, dan pasangan tetap mengulang sikap yang sama, maka mungkin ini saatnya bagi Anda untuk mulai menjauh dan memikirkan hal yang lebih baik untuk diri Anda sendiri. Emotional blackmail adalah sebuah tindakan yang abusif dalam sebuah hubungan, apalagi jika ini terus berlanjut setelah Anda menetapkan batasan.
ADVERTISEMENT
Setiap orang berhak untuk merasakan cinta, kedamaian dan dukungan dalam sebuah hubungan, bukan sebaliknya.