NASA Berkomitmen Daratkan Astronaut Perempuan di Bulan Pada 2024

3 September 2019 17:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi astronot Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi astronot Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Selama ini, kita sudah sering mendengar cerita mengenai pendaratan di bulan. Menurut catatan express.co.uk, sudah ada 12 orang laki-laki yang pernah melakukan eksplorasi luar angkasa dan mendarat di bulan.
ADVERTISEMENT
Namun, sejak misi eksplorasi bernama Apollo itu diluncurkan pada 1968, belum pernah ada satupun astronaut perempuan yang menginjakkan kakinya di bulan. Sejauh ini, astronaut perempuan NASA (National Aeronautics and Space Administration)--yang kini berjumlah 12 orang aktif--baru sebatas melakukan eksplorasi luar angkasa saja.
Karena itu, NASA mengungkapkan komitmen mereka untuk memberangkatkan astronot perempuan ke bulan pada 2024. Gagasan ini akan dilaksanakan melalui program bernama Artemis--nama dewi bulan menurut mitologi Yunani kuno.
Mengutip keterangan dari laman resmi NASA, program ini didesain untuk memberangkatkan perempuan pertama dan seorang laki-laki ke bulan pada 2024. NASA akan menggunakan teknologi dan sistem inovatif dalam program itu, supaya mereka dapat lebih banyak mengeksplorasi mengenai bulan dibanding sebelumnya.
Astronot AS Buzz Aldrin berdiri di Bulan pada 20 Juli 1969. Foto: NASA via REUTERS/Neil Armstrong
The Verge mencatat, program ini pertama kali diumumkan oleh Jim Bridenstine, politikus asal AS sekaligus administrator NASA, pada 13 Mei 2019. Sebelumnya, pada Maret, Mike Pence selaku wakil presiden AS meminta agar NASA mempercepat program eksplorasi bulan dan kembali mendaratkan manusia di bulan dalam lima tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, baru-baru ini, Bridenstine mengatakan bahwa program ini diprediksi akan memakan biaya sekitar 20-30 miliar dolar AS (sekitar Rp 284-426 triliun), meski belum ada penganggaran resminya. Seharusnya, program Artemis baru akan berjalan pada 2028. Namun, NASA memutuskan untuk memajukan tenggat dari proyek, demi mengurangi risiko berubahnya dukungan dari kalangan politik mengenai eksplorasi luar angkasa.
"Salah satu tantangan yang kami hadapi selama ini adalah terjadinya risiko politis bila program kami dirancang untuk waktu yang panjang," tutur Bridenstine.
Akan tetapi, The Independent mencatat, bila mengingat keterbatasan dana dan tantangan saintifik yang dihadapi NASA, sebetulnya belum tentu lembaga pemerintah AS itu bisa memberangkatkan siapa pun keluar bumi. Kita hanya perlu menantikan, apakah hal ini akhirnya akan terjadi ataukah tidak.
ADVERTISEMENT
Bagaimana menurut Anda, ladies?