Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Nawal El Moutawakel merupakan sosok fenomenal di Olimpiade 1984 yang berlangsung di Los Angeles, Amerika Serikat. Ia menjadi perempuan muslim Arab kelahiran Afrika (tepatnya Maroko) pertama yang meraih medali emas di ajang olimpiade, demikian ditulis France24.
ADVERTISEMENT
Kemenangannya pada saat itu tentu disambut decak kagum, bukan hanya karena kecepatan lari yang ia tunjukkan, namun juga menjadi terobosan bagi ajang olahraga perempuan di Maroko dan sebagian besar negara muslim lainnya.
“Dari Maroko ke Arab Saudi, budaya kami sama. Kami semua Arab. Islam adalah agama dan kami adalah muslim Arab. Mungkin reporter saat itu tidak terbiasa melihat perempuan berkompetisi di level tinggi,” kata El Moutawakel dalam sebuah wawancara dengan Women’s Running.
Untuk mengetahui lebih banyak tentang El Moutawakel, sosok muslimah Arab yang berhasil mendobrak sitgma tentang keterlibatan perempuan di ajang olahraga, berikut kumparanWOMAN rangkum fakta-faktanya.
1. Lahir dari keluarga yang menyukai olahraga
El Moutawakel lahir pada 15 April 1962 di Casablanca, Maroko. Ia lahir dari keluarga yang menyukai olahraga. Ayahnya bernama Mohammed, merupakan seorang pejudo sementara ibunya merupakan seorang guru olahraga.
ADVERTISEMENT
"Keluarga kami memiliki lima orang anak (3 saudara laki-laki dan 2 saudara perempuan) dan semua menekuni olahraga atletik. Saya ada di lingkungan yang sangat mendukung dan tidak pernah mendapatkan penolakan," ujar El Moutawakel.
Namun, satu hal yang sangat menyedihkan dari kisah El Moutawakel adalah ketika sang ayah tidak bisa menyaksikan kemenangannya di Olimpiade 1984. Sebab, satu minggu setelah El Moutawakel tiba di Amerika Serikat untuk persiapan kuliah dan latihan intensif menuju Olimpiade, sang ayah meninggal dunia dalam kecelakaan.
"Ayah saya sudah pergi. Dia mengirim saya ke sini untuk meningkatkan kualitas dan menuntut ilmu. Saya akhirnya bertahan di Amerika Serikat karena saya ingin mewujudkan impian ayah saya," tutur El Moutawakel dalam wawancara dengan LA Times.
ADVERTISEMENT
2. Membutuhkan waktu sekitar 54 detik untuk meraih medali emas
Pada saat mengikuti ajang Olimpiade 1984, El Moutawakel tampil di final lari rintangan 400 meter. Ia tercatat menjadi pelari pertama yang masuk garis finis dengan catatan waktu 54,61 detik. Catatan waktu tersebut bukan hanya sekadar mengantarnya meraih medali emas, namun juga membuat El Moutawakel memecahkan rekor Olimpiade.
“54 detik (catatan waktu di final) membuat hidup saya berubah drastis dari gelap menjadi terang, dari nol menjadi pahlawan. Saya ingin berbagi setiap momen dengan generasi yang lebih muda,” kata El Moutawakel kepada AFP.
3. Kemenangannya menjadi inspirasi bagi atlet-atlet lain
Kemenangan El Moutawakel di Olimpiade 1984 tentu menjadi berita besar pada zamannya. Bahkan ketika ia berhasil meraih emas di Olimpiade 1984, Raja Maroko, Raja Hassan II, menelepon El Moutawakel untuk memberi selamat, dan menyatakan bahwa seluruh anak perempuan yang lahir di hari kemenangannya akan diberi nama yang sama seperti dirinya. Tentu hal itu menjadi sebuah penghargaan besar atas kemenangannya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, kemenangan El Moutawakel juga menjadi inspirasi bagi atlet-atlet di generasi berikutnya.
"Saya mempertimbangkan diri saya sebagai panutan dengan (label) juara Olimpiade ketika kembali ke Maroko. Saya bisa saja menghabiskan sisa hidup saya menikmati kemenangan di Olimpiade 1984 namun langkah tersebut merupakan kesalahan,” tambahnya.
4. Berhasil membuktikan bahwa perempuan muslim bisa tampil di ajang kompetisi olahraga dunia
Tak hanya menjadi inspirasi bagi atlet-atlet lain, kemenangan El Moutawakel di ajang Olimpiade juga menjadi bukti bahwa perempuan, khususnya perempuan muslim, bisa tampil di ajang multi event tertinggi di dunia. Sebab, bagi El Moutawakel sendiri, tak ada yang salah bagi perempuan untuk ikut dalam berkompetisi.
"Dalam agama saya, tidak ada larangan bagi perempuan untuk ikut berkompetisi. Nabi Muhammad terbiasa lomba lari melawan istrinya dan biasanya sang istri mengalahkan Nabi Muhammad sampai akhirnya Nabi Muhammad menang ketika istrinya ada dalam kondisi hamil,” katanya saat wawancara di ajang penghargaan Laureus World Sports Award 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
“Perempuan bisa bersaing secara setara dengan pria, dan itulah sebabnya saya merasa tumbuh dalam lingkungan yang mendukung hingga saat ini, jadi saya tidak berpikir ada perlawanan apa pun,” tambahnya.
El Moutawakel mendukung pernyataannya itu dengan mengutip salah satu ayat yang ada di dalam Al-Quran.
"Ajari anak-anakmu cara berlari, menunggang kuda, dan juga berenang. Ini yang ada dalam agama kita. Tidak pernah ada kata 'anak laki-laki' atau anak perempuan' (dalam perintah itu). Perintah menyebutkan 'ajari anakmu' yang berarti tentu anak laki-laki dan anak perempuan," tutur El Moutawakel.
5. Diangkat jadi Menteri Olahraga
Peran El Moutawakel di dunia olahraga terus berlanjut. Pada 1998 ia aktif sebagai anggota International Olympic Committee (IOC) dan akhirnya terpilih sebagai Wakil Ketua IOC pada 2018. Tak hanya itu, pada 2007 El Moutawakel juga diangkat sebagai Menteri Olahraga di Maroko.
ADVERTISEMENT
----
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
*****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.