Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Tepat 23 tahun lalu, pada 31 Agustus 1997, dunia dikejutkan oleh berita kematian Putri Diana. Ibu dari Pangeran William dan Pangeran Harry tersebut mengalami kecelakaan setelah mencoba menghindar dari kejaran paparazzi di Paris, Prancis.
ADVERTISEMENT
Beberapa hari setelahnya, ia dimakamkan di Inggris dengan prosesi yang disaksikan ribuan orang secara langsung, dan jutaan lainnya yang menyaksikan di seluruh dunia melalui layar televisi.
Mungkin masih ingat di benak orang-orang yang menonton peristiwa tersebut, sosok Pangeran Harry yang waktu itu masih berusia 12 tahun. Ia berjalan di belakang peti mati ibunya bersama kakaknya Pangeran William, ayahnya Pangeran Charles, kakeknya Pangeran Philip, serta pamannya Charles Spencer. Dengan kepala tertunduk dan wajah mengkerut ia berjalan pelan di belakang peti jenazah ibu. Kakaknya, Pangeran William yang waktu itu masih berusia 15 tahun juga tampak sulit untuk menyembunyikan kesedihan dan terus menundukkan kepala sepanjang perjalanan itu.
Tiga tahun lalu, dalam sebuah wawancara seperti dikutip oleh The Spec, media asal Kanada, Pangeran Harry mengungkapkan apa yang sesungguhnya ia rasakan pada momen tersebut.
ADVERTISEMENT
“ Ibu saya baru saja meninggal, dan saya harus melakukan jalan kaki yang panjang tersebut di belakang peti jenazahnya, disaksikan oleh ribuan orang yang menatap saya secara langsung, sementara ada jutaan pasang mata lainnya yang menatap melalui layar televisi. Saya rasa, seharusnya tidak ada satu anak kecilpun boleh diminta untuk melakukan hal tersebut, dalam kondisi apapun. Saya pikir hal seperti itu tidak perlu terjadi lagi saat ini.”
Memang hal ini biasa dilakukan dalam tradisi Kerajaan Inggris, bahwa para anggota kerajaan laki-laki berjalan di belakang peti mati anggota kerajaan yang sudah meninggal. Namun biasanya ini dilakukan oleh pangeran yang sudah dewasa. Pada saat itu Putri Diana tak lagi menjadi anggota kerajaan Inggris dan anak-anaknya masih berusia di bawah umur.
ADVERTISEMENT
Hingga baru-baru ini, masih banyak ulasan, baik dalam artikel maupun buku mengenai keputusan kerajaan Inggris yang kontroversial tersebut. Ada yang mengatakan bahwa Pangeran William lah yang paling keberatan untuk melakukan prosesi berjalan kaki tersebut. Lalu ada yang menyebutkan bahwa Pangeran Philip menawarkan diri untuk berjalan bersama kedua pangeran kecil itu untuk mendampingi mereka. Ia dikabarkan mengatakan pada William, bahwa suatu hari William akan menyesal jika tidak melakukan hal tersebut untuk ibunya.
Bukan rahasia umum lagi bahwa setelah kematian ibunya, hingga ia mulai menginjak dewasa, Pangeran Harry tumbuh menjadi pemuda yang kontroversial dan melakukan hal-hal yang membuat heboh keluarga Kerajaan Inggris. Hal tersebut merupakan bentuk pelampiasan kemarahan dan kesedihannya atas peristiwa yang menimpa Putri Diana. Pada surat kabar The Telegraph, ia pernah mengatakan bagaimana ia mencoba menekan memori tentang kejadian tersebut. “ Itu seperti 20 tahun untuk mencoba tidak berpikir sama sekali tentang hal tersebut, lalu diikuti oleh dua tahun masa-masa yang sangat kacau. Saya benar-benar tidak tahu harus bagaimana, saya tidak tahu apa yang salah pada saya,” ujarnya.
Seiring bertambahnya usia, Pangeran Harry tampaknya mulai bisa mengendalikan emosinya. Ia mulai fokus pada kegiatan-kegiatan sosial kerajaan termasuk mendirikan gerakan Heads Together bersama Pangeran William dan Kate Middleton untuk mengangkat isu mengenai kesehatan mental yang terinspirasi dari pengalaman kedua pangeran tersebut.
ADVERTISEMENT