Women on Top December 2019, Hannah Al Rashid

Pengalaman Hannah Al Rashid Melawan Aksi Pelecehan Seksual

31 Desember 2019 12:48 WIB
comment
16
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hannah Al Rashid untuk program Women on Top kumparanWOMAN. Stylist: Anantama Putra, Makeup: Linda Kusumadewi, Busana: Sportsmax, Aksesori: Dior. Foto: Alan Mahirma Lars
zoom-in-whitePerbesar
Hannah Al Rashid untuk program Women on Top kumparanWOMAN. Stylist: Anantama Putra, Makeup: Linda Kusumadewi, Busana: Sportsmax, Aksesori: Dior. Foto: Alan Mahirma Lars
Kasus pelecehan seksual hingga saat ini masih menjadi salah satu jenis kekerasan terhadap perempuan yang harus mendapat fokus penuh baik bagi perempuan sendiri, masyarakat, aktivis, organisasi, maupun pemerintah.
Sebab kasus tersebut dapat terjadi pada siapa saja, termasuk selebriti sekalipun dan Hannah Al Rashid menjadi salah satu selebriti yang pernah mengalami pelecehan seksual tersebut.
Dalam wawancara untuk program Women on Top kumparanWOMAN, Hannah bercerita mengenai pengalamannya tersebut. Pada suatu malam di tahun 2014 lalu, saat itu Hannah sedang dalam perjalanan pulang setelah makan malam bersama teman. Saat berjalan kaki di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, tiba-tiba dari arah belakang ada dua orang laki-laki mengendarai sepeda motor dan salah satu di antara mereka memegang payudara Hannah. Belum sempat bereaksi, kedua pengendara itu langsung melaju kencang.
“Saya tidak sempat melakukan apa-apa karena terlalu kaget. Setelah kejadian itu saya merasa marah dengan diri sendiri karena memiliki respon yang lambat dan tidak bisa berbuat sesuatu dalam situasi seperti itu. Namun setelah kejadian itu saya menjadi sangat aware dengan lingkungan di sekitar saya, terutama saat saya sedang dalam perjalanan. Mau itu jalan kaki atau naik ojek, saya pasti selalu waspada,” cerita Hannah.
Sayangnya, peristiwa itu tak hanya terjadi sekali. Kejadian serupa kembali menimpa Hannah beberapa bulan kemudian. Di daerah yang sama, ia menjadi sasaran pelecehan seksual untuk kedua kalinya. Namun kali ini ia lebih sigap dan sempat melawan.
“Kejadiannya sama persis, tapi kali ini saya lebih sigap karena memang saya lebih waspada. Jadi setelah mereka meraba payudara kiri saya, saya langsung lari ke arah mereka dan menangkap tangan salah satu ‘predator’ itu sebelum akhirnya mereka kabur. Tapi saya cukup bangga karena sempat melawan,” kenangnya.
Hannah Al Rashid untuk program Women on Top kumparanWOMAN. Stylist: Anantama Putra, Makeup: Linda Kusumadewi, Busana: Sportsmax, Aksesori: Dior. Foto: Alan Mahirma Lars
Bagi Hannah, kejadian itu bukanlah hal yang mudah untuk dilupakan. Ia pun memilih meluapkan emosinya lewat tulisan yang ia buat di sebuah laman media online perempuan. Belum sembuh lukanya karena dilecehkan di ruang publik, Hannah Al Rashid harus mendengar komentar teman perempuannya yang menyarankan agar lain kali ia naik taksi saja kalau pulang.
“Mendengar hal itu saya jadi semakin marah. Dalam artian, kenapa saya harus membatasi kebebasan saya sendiri karena saya dilecehkan? Seharusnya yang kebebasannya dibatasi itu si pelaku, bukan saya sebagai korban. Nah, dengan adanya teman perempuan yang bicara seperti itu, saya semakin sadar kalau ternyata ada banyak perempuan yang juga belum paham soal isu ini. Oleh karena itu saya jadi semakin ingin menyuarakan isu pelecehan ini,” ungkap aktris berusia 33 tahun ini.
Pelaku pelecehan seksual tak pandang bulu
Hannah Al Rashid untuk program Women on Top kumparanWOMAN. Stylist: Anantama Putra, Makeup: Linda Kusumadewi, Busana: Sportsmax, Aksesori: Dior. Foto: Alan Mahirma Lars
Menurut Hannah, para pelaku pelecehan seksual tak akan pandang bulu. Statusnya sebagai orang ternama pun tak luput dari itu. Meski selebriti pada umumnya kerap dianggap mendapat keistimewaan dalam berbagai hal, namun dalam kasus pelecehan seksual semua perempuan adalah sama di mata pelaku, yaitu sebagai korban. Oleh karena itu, pemeran film Aruna dan Lidahnya ini kerap marah jika masyarakat menganggap selebriti seperti dirinya bisa bebas dari ancaman pelecehan seksual.
“Terkadang orang sudah memberikan stigma bahwa profesi saya memberikan privilege sehingga mereka merasa kejadian buruk tidak akan menimpa saya. Jadi dengan saya berbicara soal pengalaman pribadi, saya berharap mereka juga menyadari bahwa saya sama seperti mereka. Saya juga mengalaminya. Saya tidak mendapatkan perlakuan istimewa dalam hal seperti ini. Saya ingin dilihat sebagai orang normal seperti mereka, saya juga bisa mengalami kesulitan yang sama dengan mereka, dan saya berharap orang bisa merasa relate dengan itu,” tutur Hannah Al Rashid.
Sejak saat itu, Hannah menjadi semakin mantap untuk terus berkomitmen dan tidak akan berdiam diri demi memperjuangkan kesetaraan, kekerasan berbasis gender, pelecehan seksual, dan isu-isu perempuan lainnya.
“Pengalaman pelecehan seksual yang saya alami sendiri itu menjadi turning point bagi saya,” ungkapnya.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten