Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Membicarakan masalah keuangan sering dianggap sebagai hal yang sensitif di antara pasangan. Bahkan, bagi mereka yang sudah menikah sekalipun. Berbagai alasan, misal karena khawatir dianggap tidak kompeten atau sekadar merasa tidak nyaman, bisa membuat orang enggan mengungkapkan kondisi ekonominya secara terbuka.
ADVERTISEMENT
Padahal, komunikasi yang baik mengenai kondisi keuangan diperlukan dalam sebuah hubungan. Seperti diutarakan psikolog klinis sekaligus relationship expert, Denrich Suryadi, M.Psi, bila ada hal kondisi keuangan yang ditutupi, ini bisa merusak hubungan pasangan.
"Efek tidak jujur terhadap keuangan ini dapat menyebabkan perceraian, terutama bila masalah ini akhirnya diketahui pasangan. Sehingga, mereka merasa ditipu atau dibohongi dan menyebabkan masalah yang besar bagi kondisi ekonomi keluarga. Bahkan, menyusahkan keluarga maupun pihak lainnya di luar keluarga," ujar Denrich kepada kumparanWOMAN ketika dihubungi lewat WhatsApp beberapa saat lalu.
Ada beberapa hal yang bisa dianggap sebagai tindakan menutup kondisi keuangan dari pasangan. Bila melibatkan orang ketiga, contohnya adalah menggunakan uang yang ada untuk membiayai selingkuhan, juga menggadaikan atau meminjamkan aset untuk selingkuhan tersebut. Sementara, bila tidak ada orang ketiga, contohnya adalah berjudi, menjual atau menggadaikan aset, hingga membeli aset berharga, tanpa sepengetahuan suami atau istrinya.
ADVERTISEMENT
Mengapa pasangan memilih untuk menutupi keuangannya?
Dalam menjelaskan fenomena ini, Denrich mengatakan bahwa menutupi kondisi keuangan adalah hal yang cukup umum terjadi di Indonesia. Di antaranya, karena sistem patriarki yang ada, yaitu ketika laki-laki memiliki peran dominan dan perempuan yang submisif.
"Ada kemungkinan peran domestik di rumah membuat perempuan kurang dianggap. Atau, karena perempuan mulai banyak berkarier dan memiliki penghasilan (mungkin) lebih besar dari suami, sehingga isu keuangan menjadi individual. (Hasilnya) kurang harmonis atau muncul konflik soal keuangan (di antara pasangan )," papar Denrich.
Kemudian, ada banyak hal yang bisa membuat seseorang jadi tidak terbuka soal keuangannya. Misal, karena khawatir pasangan akan menuntut materi yang terlalu banyak, cemas akan terjadinya persaingan dalam rumah tangga, juga karena pasangan pernah mengalami masalah keuangan sebelumnya. Selain itu, ada kemungkinan, pasangan masih memiliki tanggung jawab keuangan kepada keluarga, seperti membiayai adik bersekolah, yang tidak ingin diungkapkan kepada pasangannya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, menurut Denrich, alasan lain yang bisa menyebabkan pasangan menutupi keuangannya adalah karena adanya masalah ego.
"Ada persaingan penghasilan dan aset dengan pasangan. (Mereka) khawatir dianggap tidak mampu mengangkat posisi sosial ekonomi keluarga atau khawatir akan dibandingkan dengan orang lain," tuturnya.
Seperti apakah keterbukaan yang ideal di antara pasangan?
Ligwina Hananto, financial trainer dari @QM_Financial, mengatakan bahwa idealnya, pasangan perlu terbuka mengenai keuangannya.
"Alasannya, (pasangan) hidup bersama, maka keuangan juga bersama. Bahkan, dalam UU Perkawinan tahun 1974, semua harta dan utang yang dihasilkan setelah menikah jadi milik bersama," ungkap Ligwina melalui chat WhatsApp pada Jumat (1/5) pagi.
"Jadi, logikanya, ya, harus dibicarakan bersama," ujarnya menegaskan.
Meski begitu, Ligwina juga mengatakan, dalam pernikahan, setiap pasangan memiliki cara komunikasi dan pengaturan keuangannya sendiri-sendiri. Sehingga, seseorang tidak bisa menentukan cara komunikasi tertentu untuk dipaksakan diterapkan pada orang lain.
ADVERTISEMENT
Ada pasangan tradisionalis, yaitu ketika suami menghasilkan uang dan memberikan semuanya kepada istri, kemudian istri mengatur keuangan rumah tangga tersebut. Lalu, ada pasangan yang mengatur keuangan dengan membahas semuanya bersama-sama; ada pula pasangan yang sama-sama bekerja atau berbisnis, lalu mengatur uang sendiri-sendiri untuk kepentingan bersama.
"Misal, suami bayar cicilan rumah, istri bayar grocery shopping. Tapi investasi dilakukan bersama," ujarnya.
Di luar itu, ada juga kondisi yang menyebabkan terjadinya pengaturan lain. Misal, dalam kasus KDRT, pasangan kecanduan judi atau narkoba, hingga pasangan yang gemar berbisnis lalu gagal dan berhutang. Kondisi-kondisi seperti ini membuat seseorang butuh menyembunyikan informasi keuangan dari pasangannya.
Namun, bila kembali mengacu kepada penjelasan Denrich, pasangan yang terlibat dalam masalah tidak jujur seputar keuangan perlu berusaha memperbaiki hal tersebut. Ini termasuk dengan memiliki niat yang baik untuk memperbaiki komitmen pernikahan dan mulai jujur dengan pasangannya. Kali ini, hubungan pasangan harus dimulai dengan kejujuran dari segi finansial .
ADVERTISEMENT
“Perlu dicari tahu, apa yang membuat tidak ada kesepakatan jelas sejak awal tentang finansial. Alasan itu perlu ditelusuri dan dibereskan, sebelum pasangan itu kembali memulai relasi baru,” ungkap Denrich.
Denrich juga mengatakan, bila masalah ini melibatkan pihak ketiga, pasangan itu perlu melakukan rekonsiliasi untuk memutuskan apakah mereka akan memperbaiki hubungan tersebut.
"Setelah itu, mereka perlu memulai relasi berdasarkan kejujuran dan keterbukaan, terutama aspek keuangan," tegasnya.
Bagaimana menurut Anda, Ladies? Setuju untuk lebih terbuka dengan pasangan mengenai masalah keuangan?
-----
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona .
*****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.