Perempuan Muslim Disebut Jadi Korban Meningkatnya Islamofobia di Inggris

24 Februari 2024 16:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Muslim di Inggris. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Muslim di Inggris. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Agresi Israel di Gaza menyebabkan dampak besar tak hanya di wilayah Palestina, tetapi juga di negara-negara lainnya. Inggris adalah salah satunya. Serangan yang terjadi sejak 7 Oktober 2023 itu berujung pada peningkatan tindak kebencian terhadap Islam (Islamofobia) di negeri Raja Charles III tersebut.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Independent, sejak dimulainya agresi Israel di Gaza, Inggris mencatat peningkatan angka serangan berbasis Islamofobia dan sentimen anti-Muslim.
Menurut organisasi pencatat kebencian anti-Muslim, Tell Mama, ada 2.010 kasus serangan Islamofobia yang tercatat sejak 7 Oktober 2023 hingga 7 Februari 2024.
Para perempuan Muslim di Inggris pun paling sering jadi korban. Hampir dua per tiga dari total kasus tersebut menargetkan perempuan, menurut Tell Mama.
Tell Mama mengungkap, terdapat 1.109 kasus kebencian yang terjadi secara online dan 901 kasus secara offline. Peningkatan ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya sentimen antisemitisme atau kebencian terhadap pemeluk agama Yahudi.
Aksi menentang Islamofobia di London, Inggris Foto: AFP/Justin Tallis
Salah satu kasus serangan Islamofobia yang tercatat adalah serangan terhadap perempuan Muslim yang mengenakan pakaian keagamaan Islam. Serangan tersebut dilaporkan terjadi dalam bus yang beroperasi di London Timur. Pelaku serangan itu disebut mengatakan, “Kalian para Muslim adalah pembuat onar.”
ADVERTISEMENT
Tell Mama juga mencatat, mobil seorang perempuan Muslim dicoret-coret orang tak dikenal dengan lambang swastika Nazi. Banyak juga perempuan Muslim Inggris yang diteriaki dengan sebutan “teroris.”
“Sekali lagi, ini menunjukkan bahwa perempuan Muslim Inggris menjadi korban yang paling terpukul dari kasus kebencian anti-Muslim selama masa ini,” ucap Tell Mama, sebagaimana dikutip dari Independent.
Direktur organisasi Tell Mama, Iman Atta, menegaskan bahwa tindak kebencian terhadap Islam dan pemeluknya tidak boleh dibiarkan. Ia pun meminta pimpinan politik untuk membuka suara mengecam Islamofobia, sama halnya dengan mereka mengecam antisemitisme.
Ilustrasi perempuan Muslim di Inggris. Foto: Amani A/Shutterstock
“Kami sangat khawatir dengan dampak dari perang Israel dan Gaza terhadap kejahatan kebencian dan kohesi sosial di Inggris. Kejahatan kebencian terhadap warga Muslim Inggris meningkat secara substansial dan data kami menunjukkan hal ini dengan jelas,” kata Iman Atta.
ADVERTISEMENT
“Tidak ada ruang untuk kebencian dan sangat penting bagi kita semua untuk mempertahankan, melestarikan, dan melindungi ikatan yang kita miliki antarkomunitas, sehingga kita semua merasa bernilai dan aman dalam komunitas serta negara kita,” lanjutnya.
Dilansir CNN, pada November 2023, The Council on American-Islamic Relations (CAIR) turut mengungkap adanya peningkatan tindak kebencian berbasis Islamofobia di Amerika Serikat sejak agresi Israel di Gaza. Saat itu, CAIR mencatat adanya peningkatan permohonan bantuan dan laporan kekerasan sebesar 216 persen dibandingkan tahun sebelumnya.