Perjalanan Farwiza Farhan untuk Terus Berprogres sebagai Konservasionis

13 Maret 2024 11:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Farwiza Farhan, Forest Conservationist. Foto: Dok. Panji Indra
zoom-in-whitePerbesar
Farwiza Farhan, Forest Conservationist. Foto: Dok. Panji Indra
ADVERTISEMENT
Masih terpeliharanya hutan di Kawasan Ekosistem Leuser, Aceh, Sumatra hingga kini tentu tidak terlepas dari peran para aktivis yang menjaga kelestarian wilayah itu. Salah satunya adalah peran dari Forest Conservationist atau Konservasionis Hutan Farwiza Farhan.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang perempuan yang lahir dan besar di Aceh, Wiza -sapaan akrabnya– menyadari bahwa tanah kelahirannya itu memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Menjalani kehidupan yang dekat dengan alam membuat Wiza kecil punya mimpi untuk bisa bekerja sebagai scientist.
Namun pada kenyataanya, bertahun-tahun terlibat dalam program perlindungan hutan membuat Wiza sadar bahwa apa yang dilakukannya sama sekali tidak mudah. Tantangan dan hambatan yang dialami Wiza sebagai konservasionis untuk menyelamatkan hutan dan satwa di dalamnya justru membuatnya semakin berkomitmen untuk mendedikasikan hidupnya di bidang mulia ini.
Farwiza Farhan, Forest Conservationist. Foto: Panji Indra
“Ada begitu banyak momen penting sepanjang hidup yang akhirnya mendorong aku mendedikasikan diri untuk berada di dunia konservasi. (Contohnya) Semakin ke sini dengan populasi gajah yang semakin menurun, habitat yang terganggu, gajah yang terbunuh itu semakin menguatkan aku,” tutur Wiza dalam wawancara untuk program spesial Role Model kumparanWOMAN dalam rangka merayakan International Women’s Day 2024.
ADVERTISEMENT
Bagi perempuan 37 tahun tersebut, isu perlindungan lingkungan merupakan masalah yang sangat erat dengan perempuan. Kerusakan lingkungan memang berdampak bagi seluruh lapisan masyarakat, tapi Wiza berpendapat bahwa perempuan menjadi kelompok yang paling tersakiti.
Air sungai dan laut yang tercemar, polusi yang meningkat, itu semua punya dampak buruk bagi perempuan termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Itu sebabnya, Wiza tak gentar untuk terus menyuarakan isu lingkungan dan memperjuangkan keselamatan hutan serta satwanya hingga ke berbagai forum diskusi internasional.

Pernah jadi cover majalah TIME

Farwiza Farhan, Forest Conservationist. Foto: Dok. Panji Indra
Perjuangan Wiza untuk terus berdaya bagi hutan Indonesia membawanya sampai di titik berhasil diapresiasi oleh salah satu media besar di dunia, yakni TIME Magazine. Kala itu Wiza masuk ke dalam daftar TIME100 Next 2022 pada kategori Leaders yang berisi deretan sosok inspiratif di berbagai bidang dari seluruh dunia. Bahkan, Wiza juga didapuk sebagai cover majalah edisi spesial itu, Ladies.
ADVERTISEMENT
Tak sampai di sana, Wiza juga pernah meraih deretan penghargaan berkat aksinya menyelamatkan hutan dan seisinya. Ia berhasil menyabet penghargaan Pritzker Emerging Environmental Genius Awards 2021 dari Institute of the Environment and Sustainability, California University, Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat. Perempuan Aceh itu juga pernah diapresiasi oleh National Geographic Wayfinder Award 2022 dan Whitley Awards pada tahun 2016.
Bagi Wiza, berhasil menjadi cover majalah TIME dan mendapatkan banyak penghargaan merupakan sebuah privilege. Perempuan yang juga Ketua Yayasan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) itu mengaku beruntung memiliki akses pendidikan yang mumpuni, sehingga ia bisa dan mampu saat dipercaya untuk menyampaikan suara terkait isu lingkungan yang sedang kritis di Indonesia ke dunia internasional.
ADVERTISEMENT

Bertemu Leonardo Dicaprio & Prince William

Farwiza Farhan, Forest Conservationist. Foto: Panji Indra
Jauh sebelum parasnya muncul di cover majalah internasional, Wiza juga penah mendapat kesempatan untuk bekerja sama dengan aktor senior Hollywood yang dikenal juga sebagai pencinta alam, Leonardo DiCaprio. Tepatnya pada tahun 2016, Wiza dan Leonardo bekerja sama dalam pembuatan film dokumenter bertajuk Before the Flood garapan National Geographic yang mengambil latar di Kawasan Ekosistem Hutan Leuser.
Saat itu, Wiza pun berkesempatan untuk berdiskusi dengan Leonardo tentang perlindungan kawasan ekosistem Leuser. Ia juga menyampaikan apa saja hambatan dan tekanan yang dirinya dan seluruh tim hadapi sepanjang perjalanan melindungi lingkungan.
Selain Leonardo, Wiza juga pernah berjumpa dengan Pangeran William di forum diskusi isu lingkungan internasional yang diselenggarakan National Geographic. Menurutnya, kala itu Pangeran William berbagi cerita bahwa kecintaan putranya kepada satwa membuat William memiliki kesadaran lebih besar untuk melestarikan lingkungan dengan power yang dimilikinya.
ADVERTISEMENT