Perjalanan Hidup Barbie, Boneka Perempuan yang Tak Lagi Sekadar Cantik

14 Juli 2019 10:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Evolusi kehidupan Barbie. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Evolusi kehidupan Barbie. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berambut pirang, ramping, beralis rapi, berpulas lipstik merah muda, pipi merona, dan keseluruhan paras menawan. Siapa yang tak tahu Barbie?
Bagi Anda generasi yang lahir di antara tahun 1990-2000, tentunya masih ingat dengan penjabaran deskripsi di atas. Bentuk model boneka plastik Barbie ini begitu khas, yang selalu sukses jadi bucket-list anak perempuan pada masanya. Dibanderol dengan harga tinggi--pada masa itu, boneka Barbie seringkali jadi hadiah spesial yang ditunggu anak-anak. Tak sekadar untuk bermain bagi anak-anak perempuan, banyak juga orang yang menjadikan boneka Barbie sebagai koleksi yang membuat terobsesi. Anda salah satunya?
Saking populer dan kaya akan peminat, banyak perusahaan yang menjadikan Barbie sebagai inspirasi untuk berbagai produk imitasi serupa. Didirikan pada tahun 1959 oleh Ruth Handler, kesuksesan Barbie menjadi sebuah wajah dan ikon dari perusahaan Mattel sendiri. Kepada Allure, Lisa McKnight, Global General Manager sekaligus Senior Vice President Barbie mengatakan, bahwa 100 buah boneka Barbie berhasil terjual setiap menitnya.
Evolusi kehidupan Barbie. Foto: Shutterstock
Namun, meski Barbie menjadi boneka favorit banyak anak perempuan, sosok Barbie telah menciptakan standar kecantikan tak masuk akal bagi anak-anak perempuan di seluruh dunia. Tak heran, kini, banyak juga perempuan dan laki-laki di kehidupan nyata menjadikan Barbie sebagai contoh untuk standar kecantikan mereka. Ada yang bahkan menjalani operasi plastik berkali-kali demi mencapai bentuk tubuh seperti Barbie.
ADVERTISEMENT
Dalam usia Barbie yang kini sudah berusia 60 tahun, sang ikon pun tak pernah luput dari banyak kontroversi dan parodi-parodi yang menggelitik. Meski demikian, seiring berkembangnya zaman, untuk tetap dianggap ‘relevan’ dan ramah segala latar belakang, karakter Barbie pun dituntut untuk terus mengikuti arus perubahan.
“Jalan Barbie masih panjang. Kami harus terus mendorong segala perkembangan karena lingkungan sosial berubah dengan sangat cepat. Kami ingin terus berada dalam segala perubahan tersebut,” papar Kim Culmone, Senior Vice President of Design Barbie, kepada Allure.
Inspirasi boneka seks
Bild Lilli, karakter boneka seks dari Jerman. Foto: Instagram/@ken_carson_1961 @christinesdoll @carolebunny2015
Dalam situs resmi Barbie dijelaskan bahwa kelahiran Barbie berawal ketika Ruth Handler mengobservasi sang anak, Barbara, yang tengah bermain dengan boneka kertas selama berjam-jam. Melihat hal tersebut ia memiliki ide untuk menciptakan sebuah boneka tiga dimensi, sehingga semua anak perempuan dapat bermain dengan sesuatu yang lebih ‘nyata’. Akhirnya, pada tahun 1959, Ruth Handler memperkenalkan boneka buatannya di American International Toy Fair di New York. Ia menamakan boneka tersebut Barbie yang diambil dari anaknya, Barbara.
ADVERTISEMENT
Mulanya, kehadiran Barbie mendapatkan banyak pandangan skeptis dari industri mainan anak. Bagaimana tidak, saat itu, mainan anak-anak didominasi dengan bentuk binatang dan mainan figur berbentuk bayi. Namun berbeda dengan Barbie, ia justru diperkenalkan dengan figur berbentuk perempuan dewasa.
Meski demikian, fakta lahirnya Barbie lebih ‘mengagetkan’ dari sekadar hasil inspirasi seorang anak yang bermain dengan boneka kertas saja. Dikutip dari Time, figur Barbie dengan bentuk badannya yang ramping dan definisi sempurna tersebut nyatanya adalah hasil inspirasi dari sebuah karakter boneka seks asal Jerman pada tahun 1950-an yang bernama Bild Lilli. Karakter ini diciptakan oleh seniman Reinhard Beuthien untuk mengisi sebuah rubrik kosong majalah Bild-Zeitung.
Evolusi Kehidupan Barbie. Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
Bild Lilli sendiri berperawakan dewasa layaknya Barbie, namun dengan payudara besar dan pinggul yang berbentuk ala jam pasir. Dari gambar di rubrik kosong tersebut, lahirlah karakter komik strip bernama Lilli, seorang perempuan penggoda cerdas yang gemar mengeluarkan lelucon kotor. Kepopuleran karakter ini terus berkembang sehingga Lilli diwujudkan dalam bentuk boneka plastik khusus orang dewasa. Lengkap dengan payudara besar menonjol, rambut pirang, bibir merah, dan riasan eyeshadow warna biru.
ADVERTISEMENT
Boneka Lilli sangat populer pada masa itu. Saking populernya, beberapa negara Eropa turut menjual boneka plastik tersebut. Dan di sinilah jadi titik awal pertemuan dengan pencipta Barbie. Tepatnya pada tahun 1956, boneka tiga dimensi ini sukses menarik perhatian Barbara Handler--yang saat itu berusia 15 tahun, saat ia berlibur ke Swiss bersama ibunya, Ruth Handler. Melihat keunikan Lilli, Ruth pun membawa tiga buah boneka Lilli ke California, Amerika Serikat.
Tiga tahun berselang, dengan modifikasi bentuk tubuh, tampilan kulit dan makeup, akhirnya Ruth memperkenalkan boneka ‘adaptasi’ versi lebih lugu ini ke American International Toy Fair. Dan jadilah, boneka Barbie yang begitu ikonis dan kita kenal sampai hari ini.
Barbie original yang diluncurkan pada 1959. Foto: dok. Mattel & Barbie
Bisa dibayangkan, perubahan imej yang kontras antara boneka Lilli yang konyol dengan pasar dewasa, bertransformasi menjadi karakter boneka perempuan idaman anak-anak perempuan.
ADVERTISEMENT
Barbie si pirang yang jadi standar kecantikan perempuan
Evolusi kehidupan Barbie. Foto: Shutterstock
Di usianya yang telah menginjak 60 tahun ini, imej kecantikan Barbie yang khas dengan figur tinggi, rambut pirang, pinggang ramping, hingga wajah flawless, masih sering menjadi acuan standar kecantikan sempurna bagi beberapa perempuan dan laki-laki di dunia.
Bukan rahasia lagi, banyak orang bahkan rela operasi plastik ratusan kali dengan mengeluarkan biaya ratusan juta rupiah hanya untuk mendapatkan tampilan ramping dan flawless ala Barbie. Salah satunya, kisah paling terkenal adalah seorang perempuan asal Ukraina yang bernama Valeria Lukyanova. Disebut sebagai ‘Human Barbie’, obsesinya untuk terlihat seperti Barbie pun berhasil terwujud dengan rambut pirang, pinggang ramping, kulit bak porselen, dan berwajah simetris. Ya, pengaruh Barbie memang sebesar itu.
Evolusi Kehidupan Barbie. Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
Ketika pertama kali diperkenalkan di 1959, Barbie memiliki tampilan khas yaitu rambut pirang panjang dan mata biru. Dan hingga kini, imej Barbie si rambut piranglah yang paling kental diingat oleh banyak orang dan anak-anak. Rasanya belum ‘khatam’ kalau pengoleksi Barbie, tak punya jenis Barbie berwarna rambut pirang. Padahal, perusahaan Mattel sendiri telah merilis varian Barbie dengan warna rambut lainnya, seperti hitam dan cokelat.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, bukan hal mengejutkan jika Barbie lebih dikenal dengan si pirang dengan mata biru. Menurut buku Encyclopedia of Hair: A Cultural History, dari catatan sejarah sendiri di berbagai budaya Eropa, perempuan dengan rambut pirang memang dianggap lebih menarik, menawan, dan diinginkan. Terutama ketika rambut pirang dikombinasikan dengan mata biru. Persepsi ini pun seringkali dieksploitasi dalam budaya pop dan periklanan.
Evolusi kehidupan Barbie. Foto: Shutterstock
Bukan hanya itu, banyak pula stereotip yang berkembang bahwa laki-laki lebih menyukai perempuan berambut pirang karena dianggap lebih menyenangkan. Dengan karakter Barbie yang diperkenalkan sebagai perempuan modern yang easy-going dan fun, maka tak heran jika imej blonde dengan mata biru pada Barbie inilah yang paling diingat oleh banyak orang.
Namun di sisi lain, dalam budaya pop Amerika, stereotip tentang rambut pirang justru jauh dari kata menyenangkan. Terdapat persepsi bahwa perempuan berambut pirang seringkali dianggap bodoh dan tidak serius. Tak jarang, perempuan berambut pirang ini seringkali diolok dengan istilah Dumb Blonde.
ADVERTISEMENT
Dalam penjelasan buku Encyclopedia of Hair: A Cultural History, julukan ‘Dumb Blonde’ ini sebenarnya bermula dari sebuah drama televisi asal Perancis bertajuk Les Curiosités de la Foire, yang menceritakan seorang pelacur pirang bernama Rosalie Duthé. Dalam film tersebut, ia memiliki kebiasaan untuk berhenti dan berpikir lama saat berbicara. Karakternya bukan hanya ditampilkan secara bodoh, tapi dengan sifat dan karakter yang benar-benar bodoh. Film inilah yang jadi akar dari gagasan ‘Dumb Blonde’. Namun sayang, ungkapan ini dieksploitasi dan menjadi sebuah candaan bernada seksisme dan stereotip yang ditujukan kepada perempuan berambut pirang.
Marilyn Monroe. Foto: Dok. Wikimedia Common
Selain itu, julukan Blonde Bombshell juga sering ditujukan pada perempuan-perempuan berambut pirang yang memiliki penampilan sangat cantik, menarik, dan ikon seks. Aktris-aktris zaman dahulu seperti Jean Harlow, Marilyn Monroe, Marlene Dietrich, dan Jayne Mansfield, menjadi beberapa nama yang akrab dengan julukan Blonde Bombshell tersebut.
ADVERTISEMENT
Sehingga, meski setiap tahunnya perusahaan Mattel kerap berupaya untuk menghadirkan seri Barbie yang inklusif dengan berbagai pilihan warna kulit, warna rambut, bentuk tubuh, dan profesi yang beragam, kepopuleran rambut pirang di dunia hiburan dan budaya pop ini mungkin menjadi salah satu aspek mengapa Barbie memiliki imej kental khas berambut pirang, berkulit putih, bertubuh ramping, dan bermata biru seperti yang kita kenal hingga hari ini.
Komitmen 60 tahun Barbie untuk semakin inklusif
Evolusi kehidupan Barbie. Foto: Shutterstock
Meski sudah berupaya membuat bentuk Barbie yang lebih beragam, namun sejak beberapa tahun terakhir ini, melihat tren kecantikan dan imej perempuan yang lebih inklusif, usaha Barbie untuk ingin tetap relevan dan ‘masuk’ ke berbagai pasar dengan latar belakang yang berbeda-beda dilakukan lebih keras dan lebih serius lagi.
ADVERTISEMENT
Perusahaan Mattel tahu betul, bahwa untuk tetap punya eksistensi tinggi di hati masyarakat dunia, maka menjadi inklusif adalah aspek penting yang harus ditempuh. Jika dulu Barbie kental dengan bentuk tubuh tak realistis berpinggang kecil, dan kaki super panjang, kini Anda bisa menemukan tiga bentuk tubuh Barbie yang beragam, yakni, petite, tall, dan curvy. Bahkan, sebanyak 33 jenis boneka Barbie telah diluncurkan pada 2018 silam dengan pilihan tujuh warna kulit berbeda, dengan 24 gaya rambut baru.
Evolusi kehidupan Barbie Foto: dok. Mattel & Barbie
Namun sebenarnya, jika ditelaah lebih dalam lagi dari sejarah perkembangan Barbie, Mattel sebetulnya sudah jauh memproduksi Barbie dengan tampilan keberagaman yang berbeda. Tepatnya pada tahun 1980, Mattel merilis First Diverse Dolls Named Barbie, yakni Barbie berkulit hitam dan Barbie ras Hispanic pertama mereka. Namun mungkin, pada tahun 1980, isu diversity--alias keberagaman belum menjadi isu yang ramai diperbincangkan. Sehingga kedua Barbie ini hanya tercatat dalam sejarah perkembangan Barbie, tanpa ‘dilirik' sebagai langkah Barbie menuju inklusif.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya fokus pada keberagaman tubuh saja, Barbie juga turut menerapkan ‘awareness’ pada isu-isu pemberdayaan perempuan dan berusaha mengubah imej Barbie sebagai Dumb Blonde, ke Barbie yang lebih cerdas dan memiliki karier. Dari tahun 1959 sampai detik ini, Barbie setidaknya sudah memiliki lebih dari 200 pilihan karier. Mulai dari suster, astronaut, penyanyi rock, arsitek, mekanik, hingga presiden.
Barbie dengan berbagai karier dan keberagaman. Foto: dok. Mattel & Barbie
Untuk merespon isu kurangnya partisipasi perempuan pada bidang STEM (Sains, Technology, Engineering, Mathematic), pada tahun 2018 silam, Barbie merilis edisi karier di dunia sains. "Saat ini hanya 24 persen perempuan yang terjun dalam ranah STEM dan kami rasa koleksi terbaru Barbie dapat menjadi platform yang tepat untuk memperkenalkan khalayak luas terkait profesi di ranah STEM," papar Lisa McKnight, General Manager dan Senior Vice President Barbie kepada Glamour.
ADVERTISEMENT
Koleksi Barbie edisi sains tersebut hadir dalam empat varian etnis yakni Afrika-Amerika, Asia, Kaukasia dan Latina. "Semua varian Barbie edisi karier dapat menggali potensi tak terbatas yang ada pada setiap perempuan. Melalui platform ini, tentu dapat menjadi inspirasi untuk generasi selanjutnya," tambah Lisa.
Langkah Barbie untuk semakin memperkenalkan dan menginspirasi banyak perempuan ke dunia STEM juga kembali digaungkan baru-baru ini. Bekerja sama dengan Badan Antariksa Eropa (ESA), Barbie baru saja meluncurkan karakter terbaru yang terinspirasi dari astronot perempuan. Boneka tersebut dibuat sangat mirip dengan Samantha Cristoforetti, satu-satunya astronot perempuan yang hingga saat ini masih menjadi astronot aktif di Badan Antariksa Eropa. Ia juga merupakan astronot perempuan dengan rekor penerbangan ruang angkasa terpanjang tanpa jeda (199 hari, 16 jam) dan hingga Juni 2017, ia memegang rekor penerbangan ruang angkasa terpanjang yang pernah dilakukan oleh seorang perempuan.
Barbie astronot perempuan, Samantha Cristoforetti. Foto: Dok. Barbie
“Saya berharap kolaborasi ini dapat membantu perempuan dan laki-laki muda untuk membayangkan masa dapat mereka tanpa batasan,” ungkap Samantha Cristoforetti seperti dikutip dari The Independent.
ADVERTISEMENT
Dukungan Barbie untuk kesejahteraan perempuan ini pun berlanjut dengan adanya sebuah proyek bernama Dream Gap Project. Fokus utama dari Dream Gap Project adalah untuk memperjelas tujuan utama dari hadirnya Barbie sendiri, yakni menginspirasi perempuan muda agar bisa mengejar mimpi mereka. Lewat proyek ini, Barbie mensponsori kebutuhan riset para perempuan, membuat konten inspiratif, dan segala produk yang bisa menginspirasi perempuan muda.
Sebelumnya pada 2018, Barbie secara sukses juga menyentuh isu keberagaman lainnya dengan perilisan boneka Barbie versi Ibtihaj Muhammad, atlet anggar--yang merupakan atlet Amerika Serikat pertama yang mengenakan hijab di Olimpiade 2016. Perilisan ini mendapat apresiasi tinggi oleh masyarakat dunia. Bukan hanya karena Ibtihaj adalah seorang perempuan inspiratif, namun penggunaan hijab pada Barbie tersebut dianggap sebagai langkah yang cemerlang, terutama untuk semakin menjajaki pasar muslim di seluruh dunia.
Ibtihaj Muhammad pembuat Barbie Hijab. Foto: REUTERS/Andrew Kelly
Kemudian dalam rangka memperingati Hari Perempuan Sedunia yang jatuh pada tanggal 8 Maret 2018, Mattel merilis sebuah koleksi boneka bertajuk Inspiring Woman yang terdiri dari berbagai karakter yang terinspirasi oleh perempuan-perempuan berprestasi di dunia. Mulai dari Frida Kahlo, Katherine Johnson, hingga Amelia Earhart. Meski sempat ada kontroversi soal perizinan boneka Barbie Frida Kahlo, tak dapat dipungkiri bahwa kampanye Inspiring Woman dan Role Models ini sukses melambungkan nama Barbie kembali.
ADVERTISEMENT
Selain kampanye dan proyek-proyek populer Barbie seperti yang dijabarkan di atas, masih banyak pula kiprah yang Barbie lakukan guna memberikan inspirasi untuk anak-anak perempuan. Mulai dari boneka Chemo Barbie yang diperuntukkan sebagai representasi anak-anak pengidap kanker, Barbie menggunakan kursi roda, Barbie sebagai presiden perempuan, Barbie sebagai pahlawan, hingga Barbie masa kini sebagai vlogger.
Evolusi kehidupan Barbie Foto: dok. Mattel & Barbie
Kini, Barbie sudah berusia 60 tahun dan telah melewati perjalanan panjang dan berbagai evolusi. Meski telah ‘berusia’ 60 tahun, Barbie tak pernah menua. Ia tetap menjadi gadis cantik muda yang periang, aktif serta memiliki banyak aspirasi dan menjadi sahabat bagi banyak anak perempuan di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT