Role Model: Nadine Chandrawinata

Role Model: Nadine Chandrawinata, The Sea Soldier

5 Oktober 2019 12:03 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nadine Chandrawinata untuk program Role Model kumparanWOMAN | Stylist: Anantama Putra, Makeup: Arimbi, Hairdo: Eva Pical, Nail Art: Her Glam Nail Salon, Busana: Tory Burch. Foto: Irfan Faqih
zoom-in-whitePerbesar
Nadine Chandrawinata untuk program Role Model kumparanWOMAN | Stylist: Anantama Putra, Makeup: Arimbi, Hairdo: Eva Pical, Nail Art: Her Glam Nail Salon, Busana: Tory Burch. Foto: Irfan Faqih
Pagi itu, Nadine Chandrawinata (35) menyapa ramah tim kumparan dengan senyum merekah. Di pertengahan bulan September yang terik, Nadine datang mengenakan baju kasual berjaket denim dengan wajah tanpa pulasan makeup. Meski tanpa riasan, kami semua bisa setuju, bahwa mantan Puteri Indonesia 2005 ini memang memiliki kecantikan yang natural.
“Halo semuanya, aku Nadine,” sapanya hangat sembari menjabat tangan kami satu per satu.
Memulai kariernya di dunia modeling sejak Sekolah Menengah Atas, nama Nadine kian populer semenjak keikutsertaan dan penobatannya sebagai pemenang ajang kontes kecantikan Puteri Indonesia 2005. Nadine juga mewakili Indonesia ke jenjang internasional di Miss Universe 2006.
Dari situ, perempuan kelahiran 1984 ini semakin aktif di dunia entertainment. Ia pernah membintangi beberapa film, menghiasi layar televisi, menjadi brand ambassador beberapa brand ternama, dan tetap giat menggeluti profesinya di dunia modeling. Namun nyatanya, dari semua jenjang karier yang pernah dilewati Nadine, ia merasa lebih senang dan bangga saat dikenal sebagai seorang environmentalist atau aktivis lingkungan.
Role Model: Nadine Chandrawinata Foto: Putri Arifira/kumparan
“Sekarang aku memang lebih senang dikenal sebagai seorang environmentalist. Sebelum terjun di dunia entertain, aku memang sudah jatuh cinta terlebih dahulu dengan lingkungan,” ungkap Nadine Chandrawinata kepada kumparanWOMAN saat ditemui beberapa waktu lalu di Sashi Studio, Jakarta Selatan, untuk pemotretan program Role Model kumparanWOMAN.
Mungkin tak banyak yang tahu, bahwa kecintaan Nadine terhadap lingkungan telah ‘hidup’ sejak ia masih kecil. Dibesarkan dalam keluarga yang memang menciptakan kepedulian pada lingkungan dan alam, Nadine pun semakin giat menyuarakan segala isu lingkungan yang jadi perhatiannya ketika ia menjadi publik figur. Itulah salah satu alasan ia mendirikan SeaSoldier, sebuah yayasan dan gerakan yang fokus berkomitmen untuk memberikan aksi nyata dalam menyebarkan virus ramah lingkungan, yang dibentuk pada Maret 2005 bersama seorang rekannya.
SeaSoldier adalah tempat untuk belajar sama-sama, kami ini bukan guru. Kami di sini bicara tentang attitude dalam mengatasi lingkungan,” jelas Nadine.
Kini, SeaSoldier semakin dikenal oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia. Telah tersebar di 14 kota Indonesia, SeaSoldier memiliki ‘pemimpin’ tetap yang berjumlah hampir mencapai 400 orang, dengan kontribusi dukungan lebih dari 3000 orang. Isu-isu yang dilakukan SeaSoldier tak sekadar berurusan dengan laut, namun juga isu lingkungan lainnya yang tak kalah mengkhawatirkan.
Kepada kami, Nadine Chandrawinata berbicara banyak tentang passion, hobi, isu lingkungan, dan segala advokasi positif yang tengah ia jalankan. Tak lupa, Nadine juga membagikan cerita pribadinya dalam menjalani kisah cinta dan rumah tangga bersama sang suami, Dimas Anggara. Simak percakapan seru kami dengan Nadine Chandrawinata di bawah ini.
Nadine Chandrawinata untuk program Role Model kumparanWOMAN | Stylist: Anantama Putra, Makeup: Arimbi, Hairdo: Eva Pical, Nail Art: Her Glam Nail Salon, Busana: Zara. Foto: Irfan Faqih
Saat ini Nadine memilih untuk lebih dikenal sebagai seorang environmentalist, kenapa?
Sebelum terjun di dunia entertain, aku memang sudah jatuh cinta lebih dulu dengan lingkungan. Lalu setelah masuk Puteri Indonesia, nggak bisa dipungkiri, itu mempermudah aku untuk berbicara, didengar, dan mewujudkan perubahan di dunia lingkungan.
Jadi kalau ditanya sekarang ingin dikenal sebagai siapa, aku lebih senang dikenal sebagai seorang environmentalist.
Apa sebenarnya yang menjadi alasan Nadine untuk peduli terhadap lingkungan?
Alasan utamanya sebenarnya cukup sederhana. Semua bermula saat aku sering traveling dengan keluarga, khususnya di Indonesia. Banyak sekali tempat-tempat indah, namun sayang, penuh dengan sampah. Sebelum mengikuti Puteri Indonesia, aku punya komitmen untuk melakukan sesuatu untuk lingkungan. Tapi aku sadar, ini tidak bisa dilakukan oleh satu atau dua orang saja. Masalah lingkungan adalah 'PR' semua orang Indonesia untuk bergerak.
Kenapa harus semua orang Indonesia? Karena negara kita terdiri dari pulau-pulau yang jumlahnya banyak. Dan untuk mencapai setiap destinasi tersebut, tidak mudah dijangkau dengan jalan darat saja. Jadi effort dan geraknya harus berasal dari semua orang di setiap wilayah yang tersebar ini.
Menjaga lingkungan adalah kewajiban kita sebagai manusia. Lingkungan, tumbuhan, dan binatang ini tergantung pada kita. Kita yang sering menghancurkan mereka, kita juga yang bisa menyelamatkan mereka. Jadi itu peringatan keras pada manusia. Bumi ini rumah kita, kalau kita hancurkan, kita juga yang nanti akan ikut hancur.
Apakah advokasi Nadine di dunia lingkungan terasa lebih mudah karena menjadi sosok figur publik yang dikenal banyak orang?
Benar. Semua advokasi lingkungan ini memang lebih terdengar saat aku di dunia entertain. Lebih terasa memang, dan lebih mudah dengan adanya titel Puteri Indonesia tersebut. Sejak Puteri Indonesia, orang jadi lebih kenal aku, dan aku melihat ada perubahan besar dari segi advokasi yang aku sampaikan.
Nadine mendapat pengaruh untuk peduli lingkungan dari orang tua. Apakah menurut Nadine, kepedulian pada lingkungan ini memang harus ditumbuhkan dari kecil?
Ya, betul. Dan memang sebenarnya ini tugas orang tua untuk mengajarkan anak mereka mencintai lingkungan sedari kecil. Paling sederhana itu dimulai dari rumah dulu. Ini adalah sebuah kewajiban.
Aku juga lihat di daerah luar Jakarta. Misalnya yang tinggal di rumah panggung, yang tinggal di pesisir laut, mereka semua punya cara sendiri untuk menjaga lingkungan. Nah, semua itu orang tua mereka yang mengajarkan pertama kali. Bagian sampah mana yang misalnya boleh ditaruh di bawah rumah panggung, terus kenapa ayam ditaruh di tempat tertentu. Jadi yang aku lihat, terkadang, orang-orang di perkotaan yang kadang lupa untuk menjelaskan ke anak mereka.
Nadine Chandrawinata untuk program Role Model kumparanWOMAN | Stylist: Anantama Putra, Makeup: Arimbi, Hairdo: Eva Pical, Nail Art: Her Glam Nail Salon, Busana: Tory Burch dan Zara. Foto: Irfan Faqih
Apa visi Nadine untuk lingkungan di masa depan?
Simpel saja, dimulai dari menjaga rumah kita sendiri terlebih dahulu. Tapi jika berbicara skala besar, pastinya aku nggak bisa jalan sendirian lagi. Dulu aku memulai kampanye sendiri, dan sekarang sudah tidak mungkin. Semua ada umurnya, aku bertambah umur, aku punya prioritas lain seperti kehidupan pribadi, keluarga, dan lainnya.
Makanya, munculah SeaSoldier. Yayasan ini sudah berjalan empat tahun setengah dari tahun 2015, dan sekarang sudah ada di 14 kota. Jadi visiku sekarang, sebagai leader SeaSoldier, ya aku mencoba berbagi ilmu yang aku dapat untuk mereka ini.
Apa sebenarnya SeaSoldier itu?
SeaSoldier ini yayasan yang bergerak di bidang lingkungan dan laut. Orang-orang di dalamnya berasal dari berbagai profesi. Ada figur publik, orang dari pemerintahan, divers, guru, pengusaha, pekerja kreatif, pokoknya banyak. Setiap daerah punya cara masing-masing dalam mengedukasi, tapi semuanya memiliki misi yang sama. Aku selalu bilang, SeaSoldier adalah tempat untuk belajar sama-sama, kita ini bukan guru, kita bukan orang yang marah-marahin. Kalau orang nggak mau belajar, ya nggak usah, nggak apa-apa, jangan dipaksa.
Menarik sekali. Lalu, bagaimana perkembangannya sekarang? Sudah ada berapa anggota sejak Sea Soldier didirikan?
Keanggotaan kami bicara lewat gelang nomor. Nah, mereka yang punya gelang dan bernomor, artinya adalah leader di lingkungannya. Untuk dapat nomor, itu masih aku dan partnerku, Dini, yang menentukan. Untuk mendapatkan gelar bernomor ini tidak bisa sembarangan. So, kalau bertanya jumlah anggota bergelang ada berapa, sekarang sudah masuk hampir 400 orang. Salah satunya, Ibu Menteri Susi Pudjiastuti yang ada di nomor 300.
Nomor ini kami berikan kepada orang-orang yang memang sudah meluangkan waktu, usaha, dan kontribusinya untuk bumi. Tanpa ada yang menyuruh, orang-orang itu sudah melakukannya.
Tapi untuk yang tidak bernomor, itu mungkin sudah hampir 3000 ya. Kita nggak spesifikasi buat list untuk yang tak bernomor ini, karena memang masih banyak yang newbie, dan kita terbuka untuk mereka yang ingin belajar.
Apa fokus terbesar dari SeaSoldier saat ini terkait lingkungan?
Sekarang sedang gencar melakukan kampanye bersih-bersih pantai, setop sedotan plastik, bawa tas belanja sendiri, dan masih banyak lagi. Semua ini adalah hal yang paling gampang untuk dilakukan. Tapi ingat, isunya tidak sesederhana itu. Isu pentingnya adalah, bagaimana ini sampah, tidak berceceran, dan jangan sampai mencemari lingkungan dan menyangkut di laut.
Indonesia ini negara kedua penghasil sampah plastik terbesar. Tapi yang harus diubah adalah, bagaimana attitude kita sendiri untuk bijak terhadap penggunaan plastik. Semua itu bisa berawal dari menjaga sampah sendiri di rumah.
Bagaimana Nadine sendiri mengaplikasikan hidup ramah lingkungan sehari-hari?
Aku sekarang lagi belajar, bukan hanya aku, tapi satu komplek rumahku, untuk belajar mendaur ulang sampah dengan cara dipisah-pisah. Dulu aku hanya memilah sampah basah dan sampah kering saja. Sekarang, akan menjadi lima tong sampah. Mulai dari anorganik, organik, hingga B3 (Bahan Berbahaya).
Jujur, itu perang batin dan agak sulit komitmennya. Tapi balik lagi, aku selalu percaya sampah itu harus dimulai dari rumah kita sendiri.
Nadine Chandrawinata untuk program Role Model kumparanWOMAN | Stylist: Anantama Putra, Makeup: Arimbi, Hairdo: Eva Pical, Nail Art: Her Glam Nail Salon, Busana: Mel Ahyar First, Sepatu: Schutz - Linea. Foto: Irfan Faqih
Siapa Role Model Nadine untuk isu lingkungan ini?
Teman-teman penggiat lingkungan, sih. Mereka mungkin tidak dikenal oleh banyak orang, tapi penggiat lingkungan ini, mereka ‘sadis-sadis’ menjalaninya. So, Role Model aku untuk lingkungan ya aktivis-aktivis lingkungan lainnya.
Isu lingkungan kan banyak sekali di Indonesia ini. Ada alasan mengapa Nadine fokus ke hal yang berhubungan dengan laut?
Sebenarnya bukan ke laut saja, sih. SeaSoldier ini aku dirikan, karena lebih banyak manusia yang bergerak di daratan, namun kemudian sampahnya banyak yang berakhir di laut.
Aku mengambil filosofi bahwa ‘Air Mengalir dari Hulu ke Hilir’. Nah, jangan sampai ini sampah dari daratan, juga ikut-ikutan menyangkut di lautan.
Lalu kenapa orang mikir Nadine itu identik dengan laut? Karena memang aku banyak main di laut. Aku melihat permasalahan sampah di laut juga banyak sekali.
Jadi yang ingin kita lakukan adalah bagaimana caranya agar sampah tidak nyangkut di titik terakhir, yakni laut. Semua permasalahan di mulai dari darat, jadi biar aku fokus ke lautan sebagai titik akhir.
Apa misi terdekat SeaSoldier?
Kalau misi lebih ke gerakan. Kami punya empat gerakan dan program yang memang harus dijalani oleh tiap daerah. Mulai dari pengurangan penggunaan sedotan plastik, penyetopan sirkus lumba-lumba keliling, bersih-bersih pantai, hingga bersih-bersih warung.
Kenapa warung? Karena edukasi itu harus dimulai dari situ. Orang Indonesia itu suka nongkrong di warung. Nah, kami melakukan edukasi lewat itu juga. Misi besarnya sebenarnya sama, yakni untuk merubah attitude agar lebih bijak melakukan pengelolaan sampah.
Apa saja kontribusi yang sudah Nadine lakukan untuk lingkungan, terutama yang membuat Nadine merasa bangga?
Pertama, mangrove. Sudah ada beberapa titik mangrove yang sampai saat ini dipantau oleh SeaSoldier. Kemudian, tetap dengan kampanye sirkus lumba-lumba keliling. Walaupun belum hilang 100 persen-- yang mana cuma tinggal ada di Indonesia doang, negara lain udah nggak ada, udah di-banned, kita aja nih yang masih ngeyel. But at least, sudah mulai terdengar, bahwa sirkus lumba-lumba keliling ini tidak baik dan tidak benar. Kalau mau lihat lumba-lumba, ya langsung ke laut aja.
Namun yang paling penting, pencapaian terbaik sebenarnya adalah masyarakat Indonesia yang mulai mau mendengar tentang isu ini. Kalau dulu, ya ampun..., kita bicara soal lingkungan itu dipental-pentalin. Sekarang sudah mulai banyak yang bicara berhubungan dengan lingkungan.
Menurut Nadine, masalah lingkungan apa yang paling harus diperhatikan oleh masyarakat Indonesia?
Lebih ke attitude, sih. Setiap orang harus cari tahu sendiri dia ini maunya ngapain untuk lingkungan. Mulai dengan buang sampah pada tempatnya, itu aja dulu. Dan pemerintah, tugasnya ya menyediakan tong sampah sebanyak mungkin. Kemudian tugas TPA, boleh menegur orang-orang yang buang sampah sembarangan. Harus di-start dari hal yang paling sederhana.
Nadine Chandrawinata untuk program Role Model kumparanWOMAN | Stylist: Anantama Putra, Makeup: Arimbi, Hairdo: Eva Pical, Nail Art: Her Glam Nail Salon, Busana: Tory Burch. Foto: Irfan Faqih
Sebagai environmentalist, menurut Nadine, apakah lingkungan ini membutuhkan banyak peran perempuan?
Pada dasarnya, mau perempuan, mau laki, mau anak, mau semuanya, bukan hanya satu gender aja, bisa berperan menjaga lingkungan. Tapi kalau bicara karakter, ya karakter perempuan dan laki-laki saja sudah berbeda. Laki-laki dengan logika, dan perempuan dengan kelembutan. Nah, untuk urusan ‘menyentuh’ orang dan pendekatan untuk peduli lingkungan, itu dibutuhkan peran perempuan dengan kelembutannya. Tapi perempuan tentu nggak bisa jalan sendiri. Laki-laki pun nggak bisa jalan sendiri. Menurutku, harus sama-sama dibutuhkan kerjasama.
Persepsi terhadap lingkungan apa yang ingin Nadine ubah?
Sebenarnya kita, nggak bisa semudah itu bilang 'Stop Pakai Plastik!' Karena apa? Karena hal itu nggak mungkin. Jadi yang harus kita lakukan adalah bijak memakai plastik. Misalnya, jika dulu pakai tiga, sekarang pakainya satu aja. Atau jika dulu pakai plastik langsung dibuang, sekarang disimpan dulu untuk dipakai berkali-kali.
Makanya, aku lebih sering bilang, bijaklah pakai plastik. Karena untuk stop, itu nggak mungkin. Menurutku, yang harus dihindari adalah memfoya-foyakan plastik. Sudah foya-foya, buang sampah sembarangan pula. Itulah penyebab banyak sampah yang nyangkut ke laut. Jadi, jangan lihat plastiknya aja, tapi bagaimana cara kita menyikapi dalam hal memandang plastik ini.
Bagaimana dengan suami Nadine, Dimas Anggara, menyikapi isu lingkungan ini? Apakah dia sama seperti Nadine?
Cara aku dan Dimas untuk bicara tentang lingkungan itu beda banget. Aku suka yang terstruktur, dia suka yang go-show. Tapi yang aku salut, dia dari dulu sudah menerapkan komitmen buang sampah pada tempatnya. Alasannya, dia itu suka kebersihan dan orangnya memang bersih banget.
Nadine Chandrawinata dan Dimas Anggara ketika berlibur ke Boracay, Filipina Foto: Instagram/@nadinelist
Sebagai figur publik, pastinya Nadine pernah mendapatkan banyak kritikan dari penggemar atau sesimpel netizen di sosial media. Bagaimana cara Nadine menghadapinya?
Selama enggak nyinggung keluarga dan tidak menjadi pemicu kerusuhan di sosial media, aku tidak apa-apa. Aku simpel, kalau memang sudah ganggu ya aku block saja. Karena dia nggak kenal aku, kenapa aku harus berdebat dengan mereka?
Apa ‘Life-Mantra’ dari seorang Nadine Chandrawinata?
Aku sama Dimas percaya, jika kita yakin, kita pasti bisa. Di cincin nikah kita aja, ada ukiran bertuliskan ‘amazing faith’. Jadi sejak sama Dimas, saya percaya bahwa sesuatu yang tidak nyata, itu bisa jadi nyata. Nah, dari situ aku dan Dimas selalu bilang untuk yakin dan menyerahkan pada semesta. Yakin bahwa akan ada rezeki, ada jalan. Pokoknya percaya aja. Dan benar, semua rezeki itu datang. Di situ aku sadar, bahwa ya ‘amazing faith’ itu benar, karena yang penting yakin dan percaya.
----
Ikuti cerita inspiratif lainnya dari Nadine Chandrawinata eksklusif untuk kumparan pada topik Role Model.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten