Sedot Lemak: Prosedur Perbaiki Postur Tubuh, Bukan untuk Turunkan Berat Badan

2 Agustus 2024 16:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sedot lemak. Foto: PeopleImages.com - Yuri A/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sedot lemak. Foto: PeopleImages.com - Yuri A/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seringkali, kita mendengar tentang sedot lemak sebagai solusi cepat untuk menurunkan berat badan. Namun, anggapan ini ternyata perlu diluruskan, Ladies.
ADVERTISEMENT
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi Estetik Indonesia cabang Jabodetabek Banten & Anggota Bidang Kajian Sejarah & Kepahlawanan Dokter PB IDI, Dr Qori Haly, SpBP-RE menjelaskan, liposuction atau sedot lemak bukanlah prosedur untuk menurunkan berat badan, melainkan prosedur bedah plastik yang bertujuan untuk memperbaiki bentuk tubuh dengan menghilangkan timbunan lemak yang sulit dihilangkan melalui diet dan olahraga.
“Masyarakat yang masih awam beranggapan bahwa sedot lemak bertujuan mengurangi berat badan. Padahal liposuction hanya mengurangi lapisan lemak di beberapa area saja. Jadi sedot lemak itu tujuannya body contouring bukan body slimming. Berfungsi membentuk postur tubuh, bukan cara instan menurunkan berat badan. Walaupun sedot lemak menghilangkan lapisan lemak dan angka di timbangan turun, tapi bukan itu tujuan utamanya,” ujar Qori dalam Media Briefing Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Rabu (31/7).
ADVERTISEMENT
Qori menjelaskan apabila seseorang ingin menurunkan berat badan, maka cara yang paling tepat adalah dengan mengatur gaya hidup seperti mengontrol pola makan, melakukan olahraga, serta istirahat teratur. Apabila dengan cara-cara tersebut masih ada lemak di beberapa bagian tubuh yang tidak bisa hilang, barulah liposuction bisa menjadi opsi yang dipertimbangkan.
“Biasanya kalau perempuan itu (yang dikeluhkan) sulit menghilangkan lengan bawah yang bergelambir. Sudah diet dan olahraga tapi lemak di bagian lengan tidak hilang, nah itu bisa dilakukan sedot lemak untuk area tersebut,” ujar Qori.
Kondisi ini juga menegaskan bahwa prosedur sedot lemak tidak dapat dilakukan pada tubuh yang masuk dalam kategori obesitas atau tubuh dengan nilai Body Mass Index (BMI) di rentang 30-39,9. Tubuh yang masuk kategori obesitas harus menjalani diet sehat terlebih dahulu hingga nilai BMI nya turun ke range 25-29,9 atau masuk dalam kategori overweight.
ADVERTISEMENT
Sebab menurut Qori, sedot lemak sejatinya diperuntukkan bagi pasien dengan berat badan stabil namun memiliki deposit lemak di area tubuh tertentu. Untuk itu Qori mengimbau kepada masyarakat yang sedang mempertimbangkan melakukan sedot lemak agar melakukan riset serta berkonsultasi langsung ke dokter spesialis yang memiliki izin dan kompetensi di bidang bedah plastik untuk mengetahui syarat dari prosedur ini.

Risiko prosedur sedot lemak

Lebih lanjut, Qori tidak menampik bahwa prosedur sedot lemak juga memiliki risiko bagi pasien yang melakukannya. Risiko tersebut antara lain risiko pembiusan yaitu terjadinya interaksi antara obat bius dengan obat-obatan yang dikonsumsi pasien serta risiko pembedahan yaitu apabila pasien sudah pernah melakukan liposuction sebelumnya, maka hal tersebut bisa meningkatkan risiko komplikasi.
ADVERTISEMENT
Selain itu ada juga risiko segera yaitu penumpukan cairan (seroma), infeksi, kebal rasa (baal), dan toksisitas lidocane. Serta ada pula risiko lambat yaitu kulit bergelombang, kerusakan jaringan lunak, menembus rongga/organ, emboli lemak hingga gangguan jantung dan ginjal.
“Liposuction itu kan bisa dilakukan di beberapa daerah tubuh seperti lengan, bokong, leher. Kalau melakukan sedot lemak di beberapa bagian sekaligus, ada risiko kehilangan cairan, kehilangan albumin cukup banyak, dan akan mengganggu organ jantung dan ginjal,” ujar Qori.

Harus dilakukan oleh dokter spesialis di fasilitas kesehatan yang terakreditasi

Ilustrasi sedot lemak. Foto: jaojormami/Shutterstock
Adanya syarat yang harus dipenuhi dan potensi risiko atas prosedur ini, maka Qori sangat menyarankan agar pasien bijak dalam memilih dokter dan faskes. Sedot lemak hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis bedah plastik di rumah sakit atau klinik utama.
ADVERTISEMENT
“Pasien harus memahami apa yang diinginkan, banyak bertanya, cari referensi, ketahui apa risikonya, harus jujur kepada dokter tentang kondisi tubuh dan yang penting tindakan sedot lemak harus dilakukan oleh dokter yang berkompeten dan di rumah sakit atau klinik utama,” tegasnya.
Seperti diketahui, perempuan asal Medan, Ella Nanda Sari Hasibuan (30), diduga menjadi korban malapraktik. Dia tewas setelah menjalani sedot lemak di sebuah klinik di Kota Depok pada 22 Juli 2024.
Sudah dua saksi yang dimintai keterangan terkait kasus itu salah satunya yakni dokter berinisial A yang menangani korban. Berdasarkan keterangan sementara yang diperoleh dari A, sambung Arya, pembuluh darah korban pecah saat menjalani sedot lemak. Korban sempat dirawat intensif di rumah sakit tapi nyawanya tak tertolong.
ADVERTISEMENT