Sentuhan Emas Anpa Suha

9 November 2022 13:33 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anpa Suha, makeup artist Indonesia. Foto: Nadia Wijaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Anpa Suha, makeup artist Indonesia. Foto: Nadia Wijaya/kumparan
Bila semua yang disentuh Raja Midas berubah jadi emas, maka semua yang disentuh Anpa Suha berubah jadi menawan. Ya, dalam dunia rias-merias, Anpa Suha adalah Raja Midas. Sentuhan “emas” miliknya akan membuat semua perempuan tampil memukau.
Tak ada yang tak mungkin bagi Anpa Suha. Prinsip “semua perempuan cantik” yang ia pegang mampu menampilkan sisi terbaik dari seseorang dalam sapuan kuas riasnya. Begitu karakter klien ia dapat, mendadani mereka bukan perkara berat.
“Tiap klien punya kelebihan dan keunikan tersendiri. Saya bahkan dapat memetik pelajaran dari mereka semua,” kata Anpa dalam perbincangan dengan kumparan di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (7/11).
Foto: Instagram/@anpasuha_official
Penghargaan Anpa terhadap masing-masing kliennya berbuah manis. Sentuhan emasnya merambat cepat dari mulut ke mulut. Anpa kian dipercaya mendadani banyak orang—dari selebritas, pengusaha, hingga pejabat beserta keluarga mereka.
Mulai Vina Panduwinata, Maia Estianty, Krisdayanti, Ashanty, Syahrini, Tasya Farasya, sampai Kahiyang Ayu, pernah merasakan sentuhan emas Anpa Suha.
“Sejak SMA saya punya cita-cita makeup-in diva-diva Indonesia, dan itu kesampaian,” kata Anpa.
“Krisdayanti itu sangat tepat waktu dan sangat menghargai orang,” imbuh Anpa, mengingat betul semua kelebihan para kliennya.
Tentu saja, Anpa tak begitu saja sampai di puncak. Ia merintis karier dari bawah, dari nol, dari bukan siapa-siapa. Orang pertama tempatnya belajar adalah: sang mama.

Belajar dari Mama

“Mama aku itu pada dasarnya suka dandan. Jadi dari kecil aku senang lihat perempuan dandan. Lama-lama aku sadar makeup bagus tuh butuh waktu lama karena semua ada prosesnya,” ujar Anpa, mengenang masa kecil saat minatnya tumbuh pada dunia rias.
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Ibunda Anpa bukannya awam di dunia tata rias. Ia punya salon terkenal di Sukabumi pada tahun 1980-an, dan mendandani model Anna Maria—istri Roy Marten dan ibunda Gading Marten—serta aktor Hengky Tornado.
Anpa sendiri sudah bisa mendandani pengantin sejak duduk di bangku SMA. Namun, kendati punya mama orang salon, ia justru belajar diam-diam—mengamati dan mempraktikkan hasil observasinya tanpa bilang-bilang ke sang ibu.
Foto: Instagram/@anpasuha_official
“Aku ngumpet-ngumpet makeup pagar ayu. Kalau mama tahu, dimarahin. Meski [sama klien] sudah pasti dibolehin karena dari salon nomor 1 di Sukabumi,” kata Anpa.
Walau begitu, Anpa berusaha betul untuk tidak membawa-bawa nama mamanya saat hendak merias klien di Sukabumi, sampai akhirnya ia merasa benar-benar piawai. Pada fase itu, orang-orang mulai meminta untuk ia rias.
Sejak awal, uang bukan tujuan Anpa. Para senior memberitahunya bahwa money oriented tidak akan membuatnya maju, dan ia mempercayainya. Seiring waktu, Anpa menjadi makeup artist nomor wahid di Sukabumi. Namun, ia tak berpuas diri.
“Orang bilang ‘Udah ngetop di Sukabumi, kalau ke Jakarta mulai dari nol lagi. Ngapain [susah-susah?]’ Tapi target aku memang ingin besar di Jakarta. Jadi makeup artist ibu kota,” kata Anpa, percaya diri.
Foto: Instagram/@anpasuha_official

Dari Desa ke Kota

Selepas SMA, tahun 2005, Anpa pergi ke Jakarta. Dia bergabung dengan salah satu associate makeup artist untuk Nokia Fashion Awards 2006. Ketika itu ia paling muda di timnya. 17 tahun, baru lulus SMA, dan tidak pernah mengenyam pendidikan resmi di sekolah kecantikan ibu kota. Namun, hal itu tak mengurangi rasa percaya diri dan tekadnya.
“Kan sudah matang, siap tarung. Jadi ke Jakarta bukan anak yang enggak bisa apa-apa. Disuruh begini begitu sudah siap. Nervous sedikit normal saja,” tutur Anpa.
Sejak di Sukabumi, Anpa telah bersiap. Ia rajin berjejaring dengan para senior di dunia fashion and beauty macam desainer Eddy Betty dan Adrian Gan, serta makeup artist Qiqi Franky dan David Sutrisno alias Derry. Maka, begitu lulus, ia melayangkan lamaran ke Make Up Forever, beauty brand asal Paris yang terkenal di Indonesia.
“Aku jadi makeup artist termuda yang masuk ke Make Up For Ever,” kata Anpa, bangga dengan hasil kerja kerasnya.
Foto: Instagram/@anpasuha_official
Di Jakarta, Anpa terus belajar dan mengembangkan sayap. Ia aktif berpartisipasi dalam launching produk kecantikan, dan ditempatkan di pusat perbelanjaan yang penting bagi brand kosmetik. Semua ilmu ia lahap dengan cepat.
Anpa yang semula lebih sering berkutat di dunia rias penganten jadi paham seluk-beluk brand kosmetik. Ia begitu senang dengan semua pengetahuan baru yang ia dapat.
“Ibarat masuk laboratorium, dan kayak sekolah gratis tapi dibayar gaji,” ujarnya, semringah.

Dipercaya Kalangan Elite

Seiring ilmu yang ia timba, klien makin banyak berdatangan. Salah satu yang signifikan mengerek namanya ialah Ashanty. Tahun 2012, Anpa menjadi makeup artist dalam pesta pernikahan Ashanty dan Anang yang disiarkan secara live oleh stasiun TV.
“Itu aku yang pegang dan langsung ‘meledak’,” tutur Anpa, mengenang.
Anpa tak pilih-pilih klien. Baginya, semua orang berharga dan ia treat optimal.
“Aku handle siapa saja. Apa pun [profesinya]. Karena setiap orang pasti butuh tampil rapi,” kata Anpa.
Ia benar-benar menjaga kualitas riasannya agar klien merasa puas. Perilaku pun ia jaga agar klien merasa nyaman.
Hasilnya, nama Anpa makin dikenal. Ia direkomendasikan dari satu grup pertemanan ke grup lain, dan banyak orang kembali datang kepadanya, termasuk istri pejabat.
Di dunia tata rias saat ini, bisa dibilang Anpa adalah diva.
Bagi Anpa, tak tepat bila dandanan sekadar diukur dari harga, sebab orang perlu makeup untuk tampil rapi dan segar pada acara-acara penting yang tak setiap hari terjadi.
Occasion tertentu seperti pelantikan dan wisuda kan memang menuntut tampil rapi, dan itu ibarat perjalanan sejarah yang tak terulang. Itu bagian dari portofolio seseorang,” jelas Anpa.
“Aku enggak pernah mainin harga. Aku punya lis harga yang jelas, enggak berubah-ubah. Kalau ada yang bilang ‘Makeup di Anpa mahal banget sih,’ itu asumsi dia,” ujar Anpa.
Kini, Anpa hanya ingin berbuat yang terbaik dan berbagi ilmu. Ia tahu, nama besar tidaklah abadi. Ada pasang, ada surut, namun kebaikan mengendap.
“Sehebat dan seterkenal apa pun orang, dia ada masanya. Tapi kalau dia baik, dia akan diingat,” tutup Anpa.
Anpa berharap bisa membahagiakan semua orang yang ia makeup. Foto: kumparan