Sosok 5 Mata-mata Perempuan Paling Berbahaya di Masa Perang Dunia II

22 Juni 2021 20:06 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sosok 5 Mata-mata Perempuan Paling Berbahaya di Masa Perang Dunia II. Foto: dok. Instagram @fifthlancer @emmarosemoutter @hictoricalwomen1
zoom-in-whitePerbesar
Sosok 5 Mata-mata Perempuan Paling Berbahaya di Masa Perang Dunia II. Foto: dok. Instagram @fifthlancer @emmarosemoutter @hictoricalwomen1
ADVERTISEMENT
Sejak lama, perempuan memang sudah memegang peran penting dalam kemajuan dunia. Bahkan pada masa Perang Dunia II, perempuan juga punya andil dalam mendukung kemenangan blok sekutu dari Inggris, Prancis, Uni Soviet, China dan AS, melawan blok poros seperti Jerman, Jepang, dan Italia.
ADVERTISEMENT
Selain menjadi perawat, ternyata tak sedikit perempuan yang berjuang di garda depan perang sebagai mata-mata atau agen rahasia. Mereka menggunakan kemampuan bernegosiasi, berkomunikasi, berdagang, mendengar, hingga merayu untuk mendapatkan informasi penting untuk melawan musuh. Beberapa mata-mata perempuan ini cukup terkenal karena profilnya dimuat dalam buku-buku biografi. Mereka di antaranya adalah Vera Atkins, Krystyna Skarbek, Virginia Hall, Pearl Cornioley, dan Noor Inayat Khan.
Untuk mengenal lebih dalam tentang mereka dan bagaimana keberanian mata-mata perempuan ini dalam melawan musuh pada masa Perang Dunia II, kumparanWOMAN telah merangkum profil mereka secara singkat. Melansir berbagai sumber, simak selengkapnya berikut ini.

1. Vera Atkins

Tak hanya menjadi mata-mata, Vera Atkins punya peran yang lebih besar pada masa Perang Dunia II. Perempuan kelahiran Rumania ini juga merupakan sosok penting dalam Special Operations Executive (SOE), organisasi rahasia asal Inggris yang juga dijuluki sebagai tentara rahasia di bawah naungan Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill.
ADVERTISEMENT
Vera menjabat posisi sebagai wakil SOE dan ditugaskan di bagian F yang bertugas mengirim 470 agen rahasia ke Prancis. Ia juga harus menyiapkan dokumen palsu untuk kebutuhan penyamaran bagi semua agen rahasia yang diberangkatkan.
Saat ia muda dan bekerja di Bucharest, Rumania, Vera bertemu dengan pria bernama William Stevenson, penulis buku Spymistress: The True Story of the Greatest Female Secret Agents of World War II. William Stevenson juga dikenal sebagai agen Intrepid yang kabarnya menjadi inspirasi dari film James Bond.
Kala itu, Vera berhasil merayu William dan membuatnya berhasil berkenalan dengan duta besar Jerman untuk Rumania untuk menggali informasi penting. Duta besar Jerman yang kabarnya suka dengan perempuan cantik ini berhasil termakan rayuan Vera dan memberikan informasi penting seputar Jerman untuk Inggris.
ADVERTISEMENT

2. Krystyna Skarbek

Krystyna Skarbek adalah seorang putri bangsawan Polandia. Namun ia lebih memilih mendedikasikan hidupnya sebagai mata-mata Inggris. Perempuan kelahiran Warsawa, Polandia, tahun 1908 ini juga merupakan bagian dari SOE. Bahkan kabarnya Krystyna merupakan mata-mata perempuan favorit Winston Churchill. Selama bertugas menjadi mata-mata, Krystyna memakai nama samaran Christine Granville.
Di sepanjang kariernya, Krystyna berhasil menyelesaikan berbagai misi penting untuk Inggris dan Prancis dengan cara berbaur dengan banyak orang. Namun perjalanannya sebagai mata-mata tidak mudah, menurut laporan Vanity Fair, pada 1941 Krystyna tertangkap Jerman dan dipenjara.
Selama menjadi mata-mata, Krystyna terkenal akan kehebatannya dalam merayu untuk mendapatkan informasi. Ia menjadi bagian penting dalam perlawanan, menyelundupkan intelijen dari Polandia ke area sekutu, dan sangat kreatif dalam menghindari penangkapan dan eksekusi yang hampir terjadi berulang kali. Krystyna pernah berusaha kabur dengan menggigit lidahnya hingga berdarah supaya dikira sakit TBC oleh tentara Nazi. Hal ini ia lakukan supaya bisa dilepaskan.
ADVERTISEMENT
Pada 1952, Krystyna meninggal karena ditikam penggemar di sebuah kamar hotel di London.

3. Virginia Hall

Virginia Hall merupakan perempuan asal Amerika Serikat yang punya prestasi tinggi. Ia memiliki mimpi untuk bisa bergabung dengan Dinas Luar Negeri AS, namun gagal karena ditolak sebab kakinya pincang tertembak saat berburu. Meski begitu, Virginia selalu yakin bahwa ia ditolak karena gendernya perempuan.
Tak berhenti di situ, Virginia kemudian terbang ke Prancis dan bekerja sebagai sopir ambulans. Kariernya itu tak lama bertahan karena ia terpaksa harus pulang saat Prancis menyerah kepada Jerman. Saat sedang check in di kedutaan AS di Inggris, Virginia diminta menceritakan pengalamannya saat berada di Prancis. Setelah itu, informasi yang ia berikan menarik perhatian Vera Atkins yang kemudian merekrutnya sebagai mata-mata.
ADVERTISEMENT
Selama bertugas, Virginia menyamar sebagai jurnalis dari New York Post. Ia juga menjadi anggota SOE pertama yang dikirimkan ke Prancis untuk menjadi mata-mata. Virginia berhasil menyelundupkan informasi penting dan tahanan. Ia juga mampu memasukkan agen ke organisasi musuh.
Namanya pun kemudian menjadi terkenal, ia dikenal sebagai La Dame Qui Boite atau the lady with limp atau perempuan berkaki pincang. Ia banyak dipuja dan dijadikan fantasi oleh pria pada masa itu. Sama dengan para mata-mata perempuan yang lain, peran Virginia membantu Jerman menyerahkan diri pada musuh.

4. Noor Inayat Khan

Sama dengan Krystyna, Noor Inayat Khan juga berasal dari keluarga berada. Saat terjadi Perang Dunia I, keluarga Noor pindah dari Rusia ke London sebelum akhirnya menetap di Paris.
ADVERTISEMENT
Pada 1940, Noor kembali ke Inggris dan bergabung dengan Women's Auxiliary Air Force, pembantu perempuan untuk Angkatan Udara Kerajaan selama Perang Dunia II. Lalu pada 1942, Noor direkrut sebagai agen rahasia dan lebih sering dikenal dengan panggilan Nora Baker, Madeleine, dan Jeanne-Marie Rennier.
Selama menjadi agen rahasia, Noor bertugas menjaga komunikasi antara London dan Paris. Tak hanya itu, ia juga bertanggung jawab atas proses penyelundupan senjata dan bahan peledak. Sayangnya, pada Oktober 1943, Noor dikhianati oleh temannya sendiri. Hal ini membuat Noor tertangkap tentara Nazi dan dieksekusi di barak penyiksaan Dachau, Jerman, pada 1944.
Atas jasanya sebagai agen rahasia, Noor dianugerahi George Cross, penghargaan sipil tertinggi di Britania Raya dan Persemakmuran.
ADVERTISEMENT

5. Pearl Cornioley

Dibesarkan di Paris oleh orang tua berdarah Inggris, Pearl Cornioley adalah anak yang dipaksa untuk bisa menafkahi keluarganya. Ia kemudian bekerja sebagai petugas mesin ketik untuk pemerintah Inggris. Namun Pearl punya tekad supaya bisa bekerja sebagai mata-mata di Prancis.
Menurut buku Spymistress, Vera Atkins mendengar kabar soal Pearl dan mengajaknya masuk ke SOE dan menjadi mata-mata untuk Inggris. Vera mengirim Pearl ke Prancis sebagai kurir yang bertugas mengingat semua informasi penting yang terlalu sensitif untuk disiarkan di radio. Selama di Prancis, Pearl menyamar sebagai penjual kosmetik meski ia sendiri tidak pernah merias wajah.
Setelah beberapa bulan menyamar, petugas radionya tertangkap dan Pearl harus menggantikannya di lapangan. Selama berbulan-bulan Pearl tinggal di hutan, mengatur semua persediaan makanan dan kebutuhan tim, serta menyalurkan senjata. Akibat dari kegiatan ini, foto Pearl tersebar ke tentara Jerman dan kepalanya dihargai senilai 1 juta francs atau sekitar Rp 15 miliaran (menurut kurs sekarang).
ADVERTISEMENT
Sejak itu, Pearl kemudian memimpin perang gerilya dan menjadi sangat ahli di bidangnya. Ia juga menolak upaya Angkatan Darat Prancis yang ingin memperlakukan anggotanya sebagai tentara biasa sebab yang ia lakukan bersama tim lebih berbahaya dari tugas tentara pada umumnya. Menurut laporan Vanity Fair, Pearl pernah ditawari penghargaan MBE Civil oleh pemerintah Inggris sebab pada waktu itu pihak militer tak punya penghargaan khusus perempuan.
Namun Pearl menolak penghargaan tersebut karena ia merasa apa yang dilakukannya tidak ada yang biasa. "Tidak ada yang 'Sipil' dari apa yang saya lakukan. Saya tidak duduk di belakang meja sepanjang hari," ungkap Pearl seperti dikutip dari Vanity Fair.