Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Survei Ungkap 1 dari 3 Perempuan di Inggris Diminta Tampil Lebih Cantik saat WFH
24 Juli 2020 20:42 WIB
ADVERTISEMENT
Ladies, sebagian dari Anda tentu sangat senang menjalani work from home (WFH ) sebab Anda tak perlu pusing lagi setiap pagi untuk memilih pakaian kerja dan berdandan. Ya, karena bekerja dari rumah tak menuntut Anda untuk berbusana rapi, Ladies bisa mengenakan kaos, piama, atau bahkan daster.
ADVERTISEMENT
Namun bagaimana jika senior atau atasan di kantor justru meminta Anda berpenampilan lebih menarik selama WFH Ladies? Sebuah firma hukum ketenagakerjaan di Inggris, Slater and Gordon, merilis hasil studi yang menyatakan bahwa 1 dari 3 perempuan yang melakukan WFH diharuskan untuk berpenampilan lebih menarik dan menggunakan makeup saat melakukan meeting secara virtual.
Hasil riset tersebut juga menyebutkan terdapat 41 persen perempuan menjadi objek seksisme di tempat kerja padahal mereka tidak lagi bertatap muka selama masa pandemi ini. Beberapa komentar menyatakan penampilan yang menarik bisa membantu perusahaan memenangkan kontrak bisnis baru. Untuk itu perempuan harus berpakaian yang rapi, menarik, dan berdandan demi anggota tim mereka. Sedangkan 38 persen lainnya menyatakan bahwa berpakaian menarik bisa menyenangkan hati klien.
ADVERTISEMENT
Meski WFH, karyawan perempuan tetap mengalami pelecehan
Tak disangka meski banyak perusahaan yang tutup dan lebih memilih bekerja dari rumah, ternyata kasus seksisme masih saja terjadi di dunia kerja. Padahal seharusnya jika tidak saling bertemu, risiko menjadi korban komentar seksis bisa berkurang. Nyatanya, studi yang dilakukan oleh Slater and Gordon berkata lain. Pelecehan terhadap perempuan justru lebih mengkhawatirkan dan dicurigai semakin berkembang melalui jejaring online.
Hampir 40 persen partisipan menyatakan bahwa tuntutan ini hanya ditujukan pada mereka atau perempuan lain dalam tim. Sedangkan rekan kerja pria tidak diberikan komentar apapun mengenai penampilan. Hal tersebut membuat pekerja perempuan merasa dilecehkan dan diperlakukan tidak setara dengan pekerja pria.
Tak hanya itu, survei yang dilakukan oleh Slater and Gordon juga mengungkap bahwa terdapat 60 persen perempuan yang mengaku tidak berani mengadu kepada HRD karena takut tindakan tersebut berdampak buruk pada karier mereka.
ADVERTISEMENT
“Ini adalah tindakan yang tidak benar. Seorang manajer atau siapapun yang memiliki kekuasaan tidak berhak menyarankan agar perempuan berpenampilan lebih menarik secara seksual di tempat kerja meski dilakukan dengan sopan sekalipun,” ungkap Danielle Parsons, salah satu pengacara ketenagakerjaan di Slater and Gordon seperti dikutip dari Metro UK.
Menurut Danielle, cara tersebut merupakan bentuk paksaan yang membuat perempuan berpikir mereka harus selalu mematuhi perintah manajer dan menyenangkan mereka dari segi penampilan agar sukses dalam berkarier.
“Permintaan seperti ini adalah bentuk diskriminasi dan melanggar hukum. Keinginan tersebut menciptakan lingkungan yang tidak aman dan sangat merendahkan perempuan,” tutupnya.