Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Beberapa minggu yang lalu, aktris sekaligus model Tara Basro sempat menjadi trending topic nomor dua di Twitter Indonesia. Hal ini terkait dengan unggahannya soal tinggi dan berat badan. Di unggahannya tersebut, Tara mengaku bahagia dengan berat dan tinggi badan yang dimilikinya saat ini.
“163cm, 60kg, Happy.” tulis pemain film ‘Pengabdi Setan’ itu di jejaring Twitter pada Selasa (21/1) lalu.
Hingga kini, cuitan tersebut mendapat lebih dari 17 ribu likes dan 2 ribu retweet dari pengguna Twitter. Selain itu, cuitan tersebut juga menimbulkan beragam reaksi dari netizen. Sebagian netizen ada yang membalas cuitan ini dengan membagikan informasi soal tinggi dan berat badan miliknya, hingga menyebut Tara Basro sebagai idaman dan panutan karena memiliki kecantikan serta bentuk tubuh yang ideal.
“Sebenarnya aku nulis itu bukan ingin pamer (soal berat badannya), tapi ingin ngasih tau ke semua kalau aku punya berat dan tinggi badan segitu dan aku happy, lho. Terus, aku juga ingin semua orang pada tahu berat dan tinggi badan yang aku sebenarnya, jadi pas ketemu langsung enggak bilang ‘Ternyata Tara aslinya gendut atau pendek ya’ gitu,” cerita Tara kepada kumparanWOMAN di sela-sela pemotretan untuk konten spesial Women On Top , pada Jumat (24/1) lalu.
Saat disebut sebagai idaman dan panutan oleh netizen, Tara pun memberikan tanggapan yang mengejutkan. “Ya enggak fair dong kalau misalkan bilang aku idaman, tapi ketika temannya memiliki bentuk badan yang sama kayak aku terus dicengin. Iya enggak sih? What’s the point gitu,” tegasnya.
Di samping itu, Tara juga mengungkapkan kekesalannya karena selama ini ia kerap menerima ujaran stereotip terkait dengan kulitnya yang berwarna sawo matang.
“Aku paling sebel kalau orang bilang kayak gini “Oh Tara kulitnya cokelat dan eksotis ya, yang mau sama kamu pasti bule-bule”. Oh what the f*** dengan selera bule?,” ujar Tara.
Paradigma tentang warna kulit yang menjadi standar kecantikan di Indonesia ternyata cukup rumit. Di samping stereotip bahwa perempuan kulit putih dianggap lebih cantik dibanding perempuan yang memiliki warna kulit gelap, ternyata perempuan yang memiliki kulit gelap juga kerap dianggap sebagai selera bule (termasuk juga laki-laki berkulit legam yang jadi selera bule perempuan).
Melansir Everyday Feminism Magazine, ternyata anggapan tersebut dikategorikan sebagai narasi kecantikan yang rasis dan diskriminatif. Pasalnya, anggapan itu menimbulkan persepsi bahwa perempuan berkulit gelap hanya disukai bule (WNA), sedangkan perempuan yang memiliki kulit lebih terang disukai oleh laki-laki Indonesia.
“Kenapa orang lain yang justru appreciate, sedangkan kita sebagai orang Indonesia enggak bangga dengan diri kita sendiri. Sedangkan this is how we are, this is our flash in the blood gitu,” tutup Tara basro .