Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Siang itu, Eva Celia menyapa tim kumparanWOMAN dengan riang dan penuh keramahan. Di pertengahan Maret yang terik, Eva datang mengenakan atasan lengan pendek bernuansa beige dengan rambut bob yang menjadi ciri khasnya. Meski wajahnya tertutup masker, kami bisa melihat kehangatan Eva dari sorotan matanya.
Dara berusia 28 tahun itu datang ke kantor kumparan untuk melakukan pemotretan dan wawancara eksklusif untuk program spesial kumparanWOMAN, The Future Makers , dalam rangka merayakan International Women’s Day.
“Hai, apa kabar?” sapa Eva kepada tim kumaparanWOMAN sambil menyibak rambut ikalnya ke belakang.
Nama Eva Celia sendiri memang cukup familier di masyarakat, khususnya di kalangan anak muda. Perempuan yang memiliki nama lengkap Eva Celia Lesmana itu dikenal sebagai putri dari dari dua nama besar di Indonesia. Sang ibu, Sophia Latjuba, merupakan seorang aktris dan mantan model yang hingga kini masih memukau begitu banyak mata. Sementara ayahnya, Indra Lesmana, merupakan salah satu musisi jazz kenamaan Indonesia. Menjadi putri dari dua orang dengan nama cemerlang, tentu saja menempatkan Eva dalam posisi yang tricky.
Sebelum berkarier di dunia musik, Eva awalnya menjajaki dunia seni peran dengan kemampuan aktingnya yang andal. Beberapa judul sinetron dan layar lebar berhasil ia mainkan. Salah satunya film laga berjudul Pendekar Tongkat Emas (2014), di mana ia harus beradu akting dengan aktor-aktor papan atas Indonesia; seperti Christine Hakim, Nicholas Saputra, Reza Rahadian, hingga Tara Basro.
Meski andal dalam berakting, namun tak dapat dipungkiri bahwa musik menjadi passion utamanya. Eva lalu beralih dari dunia akting ke dunia tarik suara, setelah kepulangannya dari Los Angeles, Amerika Serikat.
Warna vokal yang khas, soft dan relaxing, menjadikan karya-karya musiknya kian unik dan berbeda. Bahkan karya-karyanya telah dilirik banyak penghargaan bergengsi. Ia juga telah sukses melepaskan diri dari bayang-bayang kesuksesan kedua orang tuanya, dan kini merintis jalan kariernya dengan mandiri.
Belakangan ini, nama Eva Celia juga kian melambung berkat single berjudul C.H.R.I.S.Y.E. Single hasil kolaborasi dengan Diskoria dan Laleilmanino itu semakin membuktikan dirinya telah cakap. Ratusan pujian bahkan menghampiri kolom komentar di unggahan video klip single tersebut di YouTube, sebagaimana juga mendatangi laman Instagramnya. Mereka menyebut single yang dibawakan Eva itu berkelas dan kaya akan kualitas.
Bagi Eva sendiri, single itu menjadi pembuktian diri bahwa ia mampu keluar dari zona nyamannya. “Musik dalam single itu memang di luar zona nyaman aku. Karena dari dulu kalau berbicara soal musik, I’m very mellow. Tapi lewat single tersebut, aku berusaha menantang diriku bahwa aku bisa mencoba berbagai jenis musik lain, kayak disco or something little bit more pop,” kata perempuan yang jago bermain gitar tersebut.
Tantangan saat berkarier di dunia musik
Bertahun-tahun berkarier di dunia hiburan Tanah Air, tentu dihadapi Eva dengan tidak mudah. Eva menyebut bahwa dirinya kerap dihadapkan dengan situasi-situasi yang membuat dirinya hanyut di lautan kebingungan. Isi kepalanya ramai akan kebimbangan dan mempertanyakan banyak hal, salah satunya soal musik yang menjadi jalan hidupnya atau enggak. Menurut Eva, pikiran-pikiran tersebut bahkan semakin kuat ketika pandemi COVID-19 saat ini.
“Di awal pandemi ini, pertanyaan itu kayak kenceng banget. Kayak kenapa sih di setiap aku sudah mulai serius, sudah mulai melakukan sesuatu tapi always happens gitu. Dan, hal itu kerap membuat aku mundur beberapa langkah lagi,” ungkap dara yang berdarah campuran Belanda, Bugis, Jawa, Jerman, Madura, serta Minang tersebut.
Bukan cuma itu, Eva menyebut bahwa tantangan di industri hiburan juga kian nyata ketika para musisi dituntut untuk selalu kreatif dalam membuat konten. Misalnya, dalam membuat sebuah musik harus diiringi dengan visual dan narasi yang menarik.
“Kita juga dituntut harus mengeluarkan konten baru setiap beberapa bulan, kalau enggak ya akan tenggelam. Itu bagi aku kayak waw banget, dan aku sempat tidak bisa keep it up dan membuat down banget. Apalagi sekarang ini banyak anak muda yang bermunculan dan mereka don’t have any problem in creating content every 3 months,” tambahnya.
Karena situasi itu, kepercayaan diri Eva juga sempat mendadak luntur. Bahkan karena hal itu, ia jadi mempertanyakan diri mengenai talenta dan eksistensinya di dunia musik. Namun, pada akhirnya, Eva sadar bahwa setiap orang memiliki porsi yang berbeda-beda. Eva pun jadi lebih ‘legowo’ dan tidak terlalu memaksakan dirinya.
“Aku selalu percaya bahwa semua orang sudah memiliki porsi masing-masing dan aku lebih legowo aja sekarang. Misalnya, ketika aku ada karya yang aku rilis, ya aku keluarkan. Tapi kalau enggak ada, ya aku akan melakukan hal lain yang lebih produktif. Intinya, aku mencoba untuk enggak terlalu keras sama diri sendiri,” tutur Eva.
Eva Celia dan pengalamannya soal body shaming
Sebagai publik figur yang akrab dengan sorotan mata masyarakat luas, Eva tentu kerap menerima sentimen tentang fisiknya yang dianggap sebagian khalayak ‘terlalu kurus’. Bagi Eva, sentimen-sentimen itu sempat membuat dirinya merasa ciut.
“Aku sempat mendapat komentar kayak gini ‘lo isian dikit dong badannya’. Dan itu sempat membuat aku down banget, karena perjuanganku untuk menaikkan berat badan itu susah sekali. Padahal aku sudah workout, sudah makan banyak tapi badan segini-gini aja,” cerita Eva.
Namun dari situ, Eva sadar bahwa ia tidak bisa sepenuhnya membatasi kebebasan berbicara seseorang. Karena itu, ia pun kerap aktif mematikan suara-suara bising yang tiada henti mengelilinginya.
“Di awal-awal, aku sering delete komen-komen (negatif) itu. Bahkan terkadang aku juga block, karena aku enggak mau platform aku menjadi toxic. Maksudnya, platform aku menjadi wadah bagi mereka untuk ngomongin tubuh perempuan yang seharusnya you shouldn’t be talking about it atau you shouldn’t comment about it,” tegas pelantun lagu Kala Senja itu.
Namun, lama-kelamaan Eva berdamai dengan komentar-komentar miring tersebut. Ia jadi tak peduli dengan komentar buruk mengenai fisiknya. Sebab, ia sadar bahwa seperti apa pun bentuk tubuhnya, orang-orang tetap akan memberikan komentar.
“Aku juga pernah a little bit chubbier than this, tapi tetap saja dikomentari. Karena itulah, in the end of the day orang akan tetap berkomentar mengenai hal (fisik) tersebut. Makanya, komentar-komentar itu sekarang jadi tidak terlalu bother me anymore,” terang Eva.
Karena hal itu, Eva jadi lantang bersuara memerangi isu soal body shaming . Lewat media sosial pribadinya, Eva ingin mengubah cara pandangan orang-orang mengenai standar kecantikan.
“Mengedukasi orang-orang untuk tidak mengomentari fisik atau tampilan memang tidak mudah. Namun di satu sisi, aku merasa senang karena sudah banyak teman-teman yang berani speak up mengenai isu ini dan sudah banyak juga yang enggak takut untuk having this kind of this tough conversation,” katanya.
Misi masa depan Eva Celia
Sebagai seorang perempuan muda, Eva Celia juga memiliki banyak mimpi dan keinginan terkait karier dan kehidupan pribadinya. Eva menyebut bahwa salah satu mimpi atau agenda yang ingin ia lakukan di masa depan adalah bisa meng-empower satu sama lain, tak hanya perempuan saja namun juga semua orang.
Selain itu, Eva juga berharap agar perempuan tidak dipandang sebelah mata lagi. Perempuan juga bisa mengerjakan apa pun, bahkan bisa mengerjakan hal-hal yang dilakukan oleh laki-laki. “Intinya, aku berharap di masa depan bisa melihat banyak perempuan yang bekerja di berbagai bidang,” tambahnya.
Karena itulah, Eva pun berpesan kepada para perempuan untuk tidak pernah takut dalam meraih cita-cita setinggi mungkin. “Karena saya merasa bahwa as a woman sometimes pressure-nya banyak sekali. Misalnya, kita tidak bisa terlalu kurus, kita tidak bisa terlalu gemuk. We can not wear too much makeup, we can not wear too less makeup, atau kita tidak bisa terlalu dominan. Dan menurutku, itu menjadi sesuatu yang kayaknya sudah enggak zaman lagi. Karena, aku pikir perempuan bisa menjadi whatever dan whoever they want to be. Intinya, pesanku adalah don’t be scared and keep pushing through. Keep pursuing your dreams,” tutup Eva Celia.
----
Simak kisah inspiratif dari The Future Makers dan artikel menarik lainnya dalam rangkaian program Women's Week 2021.