Unik, Perempuan Irlandia Punya Tradisi Melamar Pria tiap 29 Februari

28 Maret 2020 22:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan melamar pria. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan melamar pria. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, masih ada stigma terhadap gagasan mengenai lamaran pernikahan yang dilakukan oleh perempuan. Karena tradisi yang berlaku adalah tindakan ini harus dilakukan oleh pria. Walau tidak ada yang salah ketika perempuan yang melamar, banyak yang menganggap tindakan ini di luar kebiasaan dan seolah menggambarkan bahwa perempuan itu pastilah agresif atau justru putus asa.
ADVERTISEMENT
Namun, ternyata, di beberapa negara, ada tradisi perempuan melamar lelaki terlebih dahulu. Misalnya, di Irlandia. Sejak abad ke-19, perempuan di negara ini memiliki hari yang spesial untuk melamar laki-laki, yaitu pada tanggal 29 Februari yang jatuh tiap tahun kabisat (empat tahun sekali).
Ada berbagai cerita rakyat setempat yang menjelaskan mengenai awal tradisi ini. Sebagian besar referensi menyebutkan, tradisi tahun kabisat (leap year) itu berasal dari abad ke-5, ketika seorang biarawati, St. Brigid of Kildare meminta agar St. Patrick, uskup dari Irlandia, mengizinkan perempuan melamar pasangannya terlebih dahulu. Kabarnya, St. Brigid meminta hal tersebut karena menerima banyak keluhan dari perempuan yang merasa pasangannya terlalu pemalu untuk mengajukan lamaran pernikahan.
Ilustrasi Pernikahan di Gereja. Foto: Shutter Stock
Dalam laporan Huffpost, disebutkan bahwa St. Patrick kemudian memberikan izin bagi para perempuan untuk melamar duluan setiap tujuh tahun sekali. Namun, karena St. Brigid terus berkeras, ia akhirnya memperbolehkan perempuan melamar tiap tanggal 29 Februari. St. Brigid kemudian segera berlutut untuk melamar St. Patrick. Meski St. Patrick menolak cintanya, ia mengecup St. Brigid di pipi dan memberikannya gaun sutra untuk menghibur sang biarawati. Dari sinilah, muncul tradisi bahwa jika ada pria yang menolak lamaran perempuan di tahun kabisat, mereka harus menghadiahi perempuan itu dengan gaun sutra.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, ini hanyalah salah satu versi dari cerita rakyat yang tersebar. Dalam laporan yang sama, Huffpost menyebut bahwa ada cukup banyak akademisi yang menganggap bahwa kisah itu tidak mungkin benar. Sebab, jika dirunut, St. Brigid baru berusia sekitar 9 atau 10 tahun ketika St. Patrick meninggal. Sehingga, hubungan di antara mereka seharusnya tidak mungkin terjalin.
Selain itu, ada berbagai pendapat mengenai tradisi ini. Di satu sisi, ada yang menganggap bahwa tradisi itu terdengar tidak feminis, karena membuat perempuan seolah perlu mendapatkan izin dulu untuk bisa melamar pria yang dicintainya. Sementara, di sisi lain, ada juga yang menganggap bahwa tradisi ini justru mendukung perempuan untuk mengejar cintanya, meski budaya setempat yang mungkin mengekangnya.
Ilustrasi Pernikahan. Foto: Shutter Stock
Terlepas dari aneka pendapat yang ada, tradisi ini telah berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya. Beberapa perempuan juga diketahui mengambil inisiatif untuk melamar kekasihnya di tanggal 29 Februari, karena tak sabar menunggu pasangannya bertindak.
ADVERTISEMENT
Misalnya, pada 2008, ketika perempuan Inggris bernama Lorraine Sayers melamar kekasihnya secara publik lewat siaran radio pada 29 Februari. Walau tidak diketahui apa hasil dari lamaran tersebut, Lorraine mengatakan bahwa dia memutuskan untuk melakukannya karena telah menjalin hubungan selama sembilan tahun dan tak kunjung dilamar oleh sang kekasih.
Selain itu, di tahun yang sama, perempuan Inggris yang lain, Sally Metcalf, juga melamar kekasihnya. Sambil berlutut, dia melamar Steve, pria yang sudah 10 tahun menjadi kekasihnya.
"Saya tidak menyesal melakukan ini karena Steve selalu berkata, dia tidak akan pernah menikahi saya dan ini akan menjadi proses pertunangan yang panjang. Saya bosan menunggu," ujarnya, seperti dilansir Oxford Mail.
Ilustrasi perempuan melamar pria. Foto: Shutterstock
Meski awalnya merasa gugup, Sally merasa sangat senang karena akhirnya melamar Steve. Setahun setelah mengajukan lamaran, ia akhirnya menikah dengan pria itu, dalam pesta pernikahan yang disaksikan oleh 50 orang undangan.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin mengatakan kepada semua perempuan yang menunggu dilamar, coba saja untuk melamar mereka. Berlututlah dan tanyakan itu kepada mereka," sebutnya.
"Selama mereka mencintai Anda, mereka seharusnya tidak menolak lamaran itu. Setiap hari bisa jadi kesempatan yang baik untuk ini, walau rasanya spesial karena kami bertunangan pada 29 Februari," ujarnya lagi.
Selain di Irlandia, beberapa negara di Eropa juga diketahui memiliki tradisi serupa. Agar beruntung, perempuan di Finlandia disarankan untuk melamar pria yang dicintainya pada 29 Februari. Jika cintanya ditolak, maka perempuan itu harus mendapatkan 'imbalan' berupa kain untuk membuat rok.
Sementara, di Skotlandia, tradisi melamar ini disebut berawal dari 'hukum' era Ratu Margaret, yang menyatakan bahwa perempuan boleh melamar di tahun kabisat dan harus mendapat imbalan bila cintanya ditolak. Tapi, dengan syarat, dia harus mengenakan petticoat (rok di bawah rok) berwarna merah, untuk menggambarkan niatnya melamar kepada si kekasih.
ADVERTISEMENT
Bagaimana menurut Anda, Ladies?
------------
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran virus Corona. Yuk, bantu donasi sekarang!