Waspada, Ini 4 Ciri Toxic Relationship yang Harus Diketahui

9 Mei 2020 17:01 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Saat menjalani hubungan asmara dengan orang lain, kita mungkin akan menutup mata terhadap beberapa kekurangan yang ada. Rasa cinta sekaligus takut kehilangan bisa membuat kita tanpa sadar mengenyampingkan hal-hal yang membuat tak nyaman, bahkan ketika kita sebenarnya terjebak dalam toxic relationship sekalipun.
ADVERTISEMENT
Padahal, hal seperti ini tidak seharusnya dibiarkan. Seseorang yang terjebak dalam toxic relationship bisa merasa tidak bahagia untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai meragukan dirinya sendiri karena terlalu lama menelan 'bisa' yang dikeluarkan oleh pelaku.
"Saya mengistilahkan, toxic relationship itu kayak digigit ular, terus ular itu memberi racun ke kita, terus kita terima racunnya ke dalam tubuh kita. Padahal, seharusnya, ketika ular menggigit, kita bisa melakukan sesuatu, biar (itu) enggak mempengaruhi tubuh kita," ujar Tara de Thouars, psikolog klinis dewasa dalam sesi kumparan Virtual Talk, Kamis (7/5).
Oleh karena itu, untuk bisa terhindar dari jerat toxic relationship, tak ada salahnya bagi kita untuk mengetahui apa saja yang menjadi ciri-cirinya. Dalam konteks hubungan asmara, ini bisa dikaitkan dengan rasa bahagia dan juga manfaat yang kita dapatkan dari hubungan tersebut.
ADVERTISEMENT
Selengkapnya, ini beberapa ciri toxic relationship yang perlu kita waspadai, seperti dijelaskan oleh Tara de Thouars.

1. Lebih banyak tidak bahagia

Ilustrasi pasangan tidak bahagia. Foto: Shutterstock
Menurut Tara, ciri pertama dari toxic relationship, khususnya dalam konteks hubungan asmara, adalah ketika kita lebih banyak merasa tidak bahagia dibandingkan bahagia. Ini berhubungan dengan sifat dari toxic relationship sendiri, yang memang lebih banyak merugikan, daripada memberi kebaikan kepada seseorang.
Tara menjelaskan, saat menjalin hubungan dengan seseorang, kita pasti akan mengharapkan yang terbaik dalam hubungan tersebut. Bila konteksnya adalah pertemanan, maka kita akan mengharapkan agar teman ini memahami, mendengarkan, juga menjadi sosok yang aman bagi kita. Sementara, dalam konteks pasangan romantis, kita akan mengharapkan agar bisa dicintai dan disayangi, sekaligus merasa bahwa pasangan adalah tempat yang teraman dan ternyaman bagi kita.
ADVERTISEMENT
Namun, semua ini tidak akan didapatkan dalam hubungan toxic relationship.
"Jadi, hal-hal yang tadinya kita harapkan, yaitu menjalin hubungan layaknya seorang teman atau pasangan, yang terjadi malah sebaliknya. Akhirnya, lebih banyak merugikan diri sendiri daripada kebaikannya," tutur Tara.

2. Lebih banyak rasa takut daripada aman

Ilustrasi takut dengan pasangan. Foto: Shutterstock
Selanjutnya, ciri kedua dari toxic relationship adalah ketika seseorang lebih banyak merasa takut daripada aman dengan pasangannya. Ini bisa terlihat dari hal-hal sederhana sekalipun.
Misal, ketika kita ingin pergi keluar rumah. Walau keluar rumah adalah hal yang seharusnya bisa dilakukan oleh siapa saja dengan mudah, ketika terjebak dalam toxic relationship, kita akan memiliki banyak kekhawatiran jika ingin melakukannya. Bisa jadi, kita akan takut mendapat perlakuan kasar, seperti diteriaki atau dipukul bila memutuskan untuk keluar rumah.
ADVERTISEMENT
Kemudian, rasa takut ini juga bisa muncul saat kita ingin pergi bekerja.
"Misalnya, kita ingin bekerja. Tapi, (kita khawatir), gimana kalau nanti saya diteleponin terus dan dibatasi waktunya? Jadi, lebih banyak takutnya," ungkap Tara.

3. Adanya kekerasan dalam hubungan

Ilustrasi kekerasan dalam hubungan. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Ketiga, ciri yang menandakan bahwa hubungan itu tak lagi sehat adalah ketika ada kekerasan di dalamnya. Menurut Tara, ini bisa terjadi dalam bentuk kekerasan fisik, seperti adanya pemukulan atau pencubitan, hingga kekerasan psikis yang tidak melibatkan fisik, namun mengganggu mental kita.
"Misal, lewat kata-kata 'kamu enggak akan laku, kamu itu janda'. Sebenarnya, itu adalah contoh kekerasan psikis. Mengancam, meledek, menghina, merendahkan. Itu adalah kekerasan psikis," tuturnya.

4. Kekerasan seksual

Ilustrasi kekerasan seksual. Foto: Shutter Stock
Terakhir, hal yang bisa digolongkan sebagai ciri toxic relationship adalah adanya kekerasan seksual di dalam hubungan. Tara menegaskan, sekalipun sepasang kekasih telah menjadi suami istri, sebuah tindakan seksual akan tetap dianggap kekerasan, jika terdapat unsur pemaksaan di dalamnya. Kekerasan seksual juga bisa terjadi, ketika seseorang diminta melakukan perilaku seksual yang tidak diinginkannya. Pada akhirnya, hal-hal seperti inilah yang bisa dianggap sebagai ciri dari toxic relationship.
ADVERTISEMENT
Nah Ladies, Anda bisa menyaksikan tips lainnya seputar toxic relationship lewat tayangan di bawah ini.
----
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
*****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.