Konten dari Pengguna

Siswa Kehilangan intelektualitas: Pemerataan Pendidikan Dan Tantangan Kualitas

Kurnia Heinz
Mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Semester 3
9 Desember 2024 11:39 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kurnia Heinz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Siswa yang sedang belajar di ruang kelas (Sumber : Kurnia Heinz)
zoom-in-whitePerbesar
Siswa yang sedang belajar di ruang kelas (Sumber : Kurnia Heinz)
ADVERTISEMENT
Mulai tahun 2003 hingga setidaknya 2022 pemerintah Indonesia khususnya kementerian pendidikan ditampar keras oleh data yang dikeluarkan oles PISA, data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu penyelenggara pendidikan terburuk. Data terbaru yang dikeluarkan oleh PISA pada tahun 2022 menunjukkan Indonesia mengalami penurunan pada bidang literasi membaca, Indonesia juga tercatat mengalami penurunan skor di bidang matematika dan sains. Dari hasil PISA 2022, skor pendidikan di bidang matematika mencapai 366 poin, lebih rendah dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 379 poin. Sedangkan, skor sains juga turun dari 379 poin pada 2018 ke 366 poin pada 2022. Sebagai informasi studi ini dilakukan setiap tiga tahun sekali, murid-murid berusia 15 tahun dipilih secara acak untuk menempuh tes dan mengukur kemampuan para siswa di bidang literasi, numerasi, dan sains. Ini merupakan studi yang diinisiasi oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), sebanyak 14.000 pelajar di Indonesia berusia 15 tahun kelas VIII di tingkat SMP dan kelas X di tingkat SMA atau SMK. Sementara itu data PISA tahun 2022 diambil pada periode Mei-Juni 2022. Masalah Pendidikan berkualitas merupakan masalah lawas yang terjadi di negeri ini yang tak kunjung usai. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi masalah ini.
ADVERTISEMENT
KUALITAS SDM
Sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor dominan dalam suatu institusi, tidak terkecuali pada bidang Pendidikan dalam konteks ini para siswa di Indonesia. Pendidikan memerlukan SDM berkualitas untuk melaksanakan perannya dalam melayani kebutuhan pendidikan masyarakat. kebutuhan pendidikan tersebut meliputi kebutuhan yang bersifat praktis situasional maupun bersifat prediktif antisipatif bagi transformasi sosial. Untuk itu, sangat penting upaya pengembangan SDM bagi terwujudnya pendidikan yang berkualitas. Pengembangan SDM dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, baik secara formal maupun informal, yang dilaksanakan secara berkelanjutan. Terdapat lima domain SDM yang dipandang penting dalam pengembangan SDM di bidang pendidikan. Kelima domain tersebut adalah profesionalitas, daya kompetitif, kompetisi fungsional, keunggulan partisipatif dan kerja sama. Namun demikian, pengembangan terhadap kelima domain SDM tersebut diperlukan total quality qontrol (TQC) dan program diklat terpadu agar tercapai efektivitasnya. Kualitas SDM digambarkan oleh Human Capital Index (HCI) yang dikembangkan Bank Dunia dan beberapa lembaga internasional lain. Ada lima indikator yang dipakai dalam HCI. Pertama, keberlangsungan hidup dari setiap anak yang lahir sampai berusia lima tahun. Kedua, harapan rata-rata lama bersekolah. Ketiga, kualitas pendidikan yang ditunjukkan oleh hasil Programme for International Student Assessment (PISA). Keempat, keberlangsungan hidup kelompok masyarakat usia 14 tahun-60 tahun. Kelima, prevalensi tengkes (stunting). Dengan mengukur lima indikator itu, kita dapat memperkirakan produktivitas dari anak yang baru lahir sekarang saat mereka mencapai usia 18 tahun. Dari data Indonesia, anak yang lahir pada tahun 2020 diperkirakan hanya punya kemampuan produktivitas 54 persen atau separuh dari potensi produktivitas optimalnya. Indonesia berada di peringkat ke-96 dari 173 negara.
ADVERTISEMENT
MINIMNYA SARANA PRASARANA
Minimnya sarana dan prasarana ini membuat pembelajaran di sekolah berjalan kurang optimal dan tidak mengarah pada tujuan yang diinginkan. Untuk itu perlu adanya tindak lanjut dari pemerintah. sekolah, lembaga pendidikan, maupun orang tua peserta didik. Sarana adalah sesuatu yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Sebagai contoh seperti buku bahan ajar, media dan alat untuk mengajar seperti komputer dan sebagainya. Sedangkan Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses seperti bangunan sekolah, kantin, lapangan olahraga dan lain-lain. Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung yang sangat penting dalam dunia pendidikan selain tenaga pendidik. Pendidikan tidak akan pernah bisa berjalan dengan baik tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana tidak akan dapat terpenuhi tanpa adanya manajemen yang dijalankan dalam lembaga pendidikan yang terkait dan dengan adanya manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang dapat memudahkan para peserta didiknya dalam proses pembelajaran disekolaH
ADVERTISEMENT
MINIMNYA AKSES MENDAPAT PENDIDIKAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dimana banyak daerah daerah yang sulit untuk dijangkau. Ini merupakan tantangan bagi pemerintah Indonesia terutama untuk menteri pendidikan. Sistem pendidikan di daerah tertinggal yang sering kali dijumpai banyak sekali anak-anak belum terlayani pendidikannya. Jika masalah tersebut tidak segera teratasi, maka akan semakin memperburuk sistem pendidikan di Indonesia. Daerah tertinggal umumnya memiliki infrastruktur pendidikan yang kurang memadai. Sekolah yang rusak, kekurangan guru, dan minimnya fasilitas belajar mengajar adalah beberapa hal yang dialami oleh daerah-daerah terpencil. Letak geografis yang terisolasi dan sulit dijangkau merupakan tantangan utama dalam menyediakan akses pendidikan berkualitas. Wilayah-wilayah terpencil sering kali memiliki jarak tempuh yang lama dan harus menggunakan jalur laut untuk sampai ke sekolah, sehingga memperlambat proses belajar-mengajar. Kemudian jika dilihat dari akses ke sekolah yang sulit, serta dari faktor kemiskinan anak-anak yang dibawah umur di mana anak tersebut harus membantu ekonomi keluarganya sehingga menyebabkan pendidikannya terhambat. Keadaan tersebut menyebabkan banyak sekali sekolah di daerah terpencil yang tertinggal jika dibandingkan dengan sekolah yang berada di kota-kota besar.
ADVERTISEMENT
KETIMPANGAN SOSIAL EKONOMI YANG TINGGI
Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab utama kesenjangan pendidikan di Indonesia. Banyak keluarga miskin yang tidak mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka, mulai dari biaya sekolah, buku, hingga transportasi. Minimnya beasiswa dan bantuan pendidikan semakin memperburuk kondisi ini. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan minat dan partisipasi dalam pendidikan formal. Biaya pendidikan yang relatif mahal dan kadang-kadang ada pungutan liar di sekolah tambahan seperti kas kelas, ekstrakurikuler, dan organisasi dapat menjadi beban yang tidak terjangkau bagi keluarga kurang mampu. Hal ini menyebabkan anak-anak dari keluarga kurang mampu lebih rentan terhadap putus sekolah. Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab utama kesenjangan pendidikan di Indonesia. Banyak keluarga miskin yang tidak mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka, mulai dari biaya sekolah, buku, hingga transportasi. Faktor Sosial juga sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan Indonesia. Diskriminasi terhadap kelompok minoritas, seperti anak berkebutuhan khusus atau anak dari keluarga marginal, dapat membuat mereka terpinggirkan dari dunia pendidikan. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan terutama di daerah pedesaan turut menyumbang pada rendahnya angka partisipasi sekolah.
ADVERTISEMENT
Dan masih banyak lagi faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi pendidikan berkualitas di negeri ini. Para institusi terkait pun seperti menteri pendidikan sudah melakukan banyak cara agar pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik dan tidak tertinggal oleh negara lainnya. Perlahan lahan pendidikan di Indonesia seharusnya membaik terlebih lagi Indonesia termasuk negara yang masih muda dibanding Amerika mengingat Indonesia juga masih menjadi negara berkembang yang masih memiliki banyak masalah yang tidak dapat di selesaikan dalam waktu yang singkat.
Kurnia Heinz Dwi Aulia Ristanto, Mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi Universitas Pancasakti Tegal.