Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Pembelajaran Daring di Masa Pandemi: Sampai Kapan?
15 November 2020 5:41 WIB
Tulisan dari Laely Faizatun Fuadah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
oleh: Laely Faizatun Fuadah
Mahasiswa Pendidikan Kimia UIN Walisongo Semarang
ADVERTISEMENT
Wabah Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) tidak hanya memberikan dampak besar dalam bidang kesehatan namun juga berdampak pada berbagai bidang kehidupan lainnya, salah satunya pendidikan. Kehadiran COVID-19 secara tiba-tiba ini, mendesak berbagai elemen dalam dunia pendidikan beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang ada.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim mengambil beberapa langkah kebijakan untuk mengatasi kondisi saat ini. Dengan menerbitkan surat edaran kemendikbud Nomor 40 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19), Nadiem menetapkan kebijakan-kebijakan baru diantaranya: penghapusan Ujian Nasional, perubahan sistem Ujian Sekolah, perubahan regulasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), dan penetapan belajar dari rumah (pembelajaran daring/online). Nampaknya, penetapan pembelajaran daring menjadi salah satu kebijakan yang paling menuai pro dan kontra di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Perpindahan sistem belajar konvensional ke sistem daring/online secara tiba-tiba (karena pandemi COVID-19) tanpa adanya persiapan yang matang, menjadi sebuah masalah tersendiri baik itu bagi para pendidik, peserta didik, bahkan orangtua. Sebagian orangtua peserta didik masih ada yang belum memiliki perangkat smartphone atau komputer untuk menunjang pembelajaran daring, terlebih bagi peserta didik sendiri. Kemudian ketersediaan kuota (pulsa) guna memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring yang membuat para orangtua harus menyiapkan anggaran lebih.
Tidak hanya itu, beberapa peserta didik menghadapi kesulitan dalam mengakses jaringan internet karena tempat tinggalnya di daerah pelosok. Kalaupun ada akses internet, terkadang jaringannya tidak stabil karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Permasalahan-permasalahan tersebutlah yang kerap kali terjadi pada peserta didik selama pembelajaran daring, sehingga pelaksanaannya dinilai kurang efektif.
ADVERTISEMENT
Awalnya, penetapan pembelajaran daring menjadi langkah yang tepat untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. Namun setelah berlangsung selama kurang lebih 9 bulan (terhitung dari bulan Maret – November 2020) atau mungkin akan mengalami masa perpanjangan, kebijakan pembelajaran daring ini mulai memunculkan banyak keluhan bagi beberapa pihak yang menjalankannya.
Pertama, para peserta didik mulai merasa bosan dan jenuh jika harus belajar dengan sistem daring terus-menerus, terlebih bagi peserta didik yang baru memasuki tingkat satuan pendidikan (SD/SMP/SMA) di tahun ajaran 2020/2021. Mereka mungkin mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dan memahami materi pembelajaran, ditambah lagi dengan banyaknya tugas sekolah yang diberikan membuat mereka kewalahan.
Kedua, para guru yang mulai merasakan pembelajaran daring ini kurang efektif. Misalnya, untuk beberapa mata pelajaran seperti matematika, olahraga, kesenian dan lain sebagainya tidak bisa tersampaikan dengan baik. Selain itu guru juga harus berpikir lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan media pembelajaran yang bervariasi, agar tidak monoton itu-itu saja. Serta guru juga tidak mampu mengontrol 100% peserta didiknya dalam belajar seperti hal nya di sekolah.
ADVERTISEMENT
Ketiga, selama pembelajaran daring peran orangtua dirumah sangatlah penting. Mendampingi dan menemani sang anak belajar merupakan sebuah keharusan, sebab antara guru dan orangtua saling berkoordinasi untuk memastikan peserta didik tetap belajar selama di rumah. Para orangtua harus bisa membagi waktu untuk pekerjaannya dan kegiatan belajar anaknya. Bahkan mungkin untuk beberapa orangtua yang masih bekerja di luar rumah, nyaris tidak bisa memantau dan mendampingi anak-anaknya belajar.
Walaupun memunculkan banyak keluhan, sampai saat ini kebijakan pembelajaran daring masih menjadi salah satu pilihan bagi semua institusi pendidikan di tengah pandemi COVID-19, untuk tetap dapat memberikan pengajaran dan pembelajaran bagi para peserta didiknya juga melakukan upaya memutus rantai penyebaran virus corona. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim mengatakan, "kita harus jujur proses adaptasi ke online learning juga sangat sulit. Paling tidak masih ada pembelajaran terjadi daripada sama sekali tidak ada pembelajaran”.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran daring bukan sekadar mengubah belajar tatap muka dengan aplikasi digital, bukan pula membebani peseta didik dengan tugas-tugas, melainkan mampu mendorong peserta didik menjadi lebih kreatif mengakses dan mencari sumber pengetahuan, menghasilkan karya, serta mengasah wawasan mereka. Pembelajaran daring dilakukan hanya untuk melengkapi dan menambah variasi model pembelajaran yang ada, tetapi peran guru secara real dalam pembelajaran dengan adanya interaksi langsung, tidak akan pernah dapat tergantikan oleh teknologi secanggih apapun.
Bila kita lihat fenomena yang terjadi sekarang, sektor perekonomian seperti pasar, mall, tempat hiburan sudah kembali dibuka. Sektor pariwisata juga sudah mulai normal, tempat-tempat wisata sudah dipenuhi wisatawan. Tetapi mengapa sektor pendidikan masih belum juga dibuka? Entah sampai kapan kebijakan pembelajaran daring ini berlangsung, yang pasti kita semua menginginkan secepatnya kondisi ini bisa kembali normal. Jika fasilitas umum saja bisa dibuka kembali, sekolah pun bisa demikian, yaitu dengan kembali mengadakan pembelajaran tatap muka secara terbatas dan tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
ADVERTISEMENT
Untuk saat ini yang lebih penting, dengan mengambil kemungkinan bahwa pembelajaran daring akan terus berlanjut sampai waktu yang belum ditentukan, semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan baik itu pemerintah, instansi pendidikan, tenaga pendidik, peserta didik, dan juga orangtua saling bekerjasama untuk mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran daring agar menjadi lebih efektif kedepannya.
Referensi:
Afederasi. 2020. Titik Tengah Nasib Pendidikan di Saat Pandemi. [Online}. https://www.afederasi.com/kolom/titik-tengah-nasib-pendidikan-di-saat-pandemi/, diakses tanggal 11 November 2020.
Asmuni. 2020. Problematika Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 dan Solusi Pemecahannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. 7(4): 281-288.
Gusty, Sri, dkk. 2020. Belajar Mandiri: Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19. Yayasan Kita Menulis. Tersedia di: http://kitamenulis.id/.
IAP2. 2020. Pembelajaran Daring di Masa Pandemi, Solusi atau Masalah. [Online]. https://iap2.or.id/pembelajaran-daring-di-masa-pandemi-solusi-atau-masalah/, diakses tanggal 11 November 2020.
ADVERTISEMENT
Kemdikbud. 2020. Mendikbud Terbitkan SE tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Covid-19. [Online]. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/mendikbud-terbitkan-se-tentang-pelaksanaan-pendidikan-dalam-masa-darurat-covid19, diakses tanggal 11 November 2020.
Pusdatin. 2020. Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19, Tantangan yang Mendewasakan. [Online]. https://pusdatin.kemdikbud.go.id/pembelajaran-online-di-tengah-pandemi-covid-19-tantangan-yang-mendewasakan/, diakses tanggal 11 November 2020.