Apa yang Terjadi Pada Iklim Dunia 5 Tahun Terakhir? (1)

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
16 Januari 2020 16:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada beberapa indikator perubahan penting yang dibahas oleh Badan Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) dalam laporannya tentang kondisi iklim global sepanjang 2015–2019.
ADVERTISEMENT
Perubahan ini diamati dan dicatat serta dibandingkan dengan kondisi iklim global pada periode lima tahun sebelumnya yakni pada tahun 2011–2015. Apa saja aspek yang signifikan berubah dalam lima tahun terakhir?
1. Peningkatan Konsentrasi Gas Rumah Kaca
Dalam lima tahun terakhir ada peningkatan signifikan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer terutama karbon dioksida sebagai gas utama yang menghasilkan efek rumah kaca sejak masa revolusi industri, diikuti oleh metana dan nitrogen dioksida.
Sumber Pixabay
Penyumbang utama dalam emisi gas rumah kaca seperti pembakaran bahan bakar fosil dan emisi dari sektor industri. Ditambah lagi dengan hilangnya simpanan karbon yang terjadi pada peristiwa kebakaran hutan dan lahan. Secara umum terjadi peningkatan emisi sebanyak 20 persen sepanjang 2015–2017 dibandingkan dengan emisi gas rumah kaca yang terjadi pada periode lima tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Pengukuran ini juga menunjukkan kadar gas rumah kaca terukur pada periode ini pun mencapai angka tertinggi sepanjang sejarah. Sebagai contoh pengukuran terhadap Karbon Dioksida di Mauna Loa Observatory, Hawaii pada tahun 2018 mencapai 408.52 ppm dan peningkatan yang terjadi sejak tahun 2017 adalah 1.97 ppm. Sedangkan peningkatan konsentrasi karbon dioksida sepanjang Januari–Agustus 2019 adalah 0.85 ppm.
Ilustrasi emisi gas rumah kaca. Sumber: Pixabay
2. Peningkatan Suhu secara Global
Ada tren peningkatan suhu udara global dan sepanjang 2015–2019 tercatat sebagai periode lima tahun terpanas. Selama empat tahun sejak 2015 hingga 2018 dan enam bulan pertama pada tahun 2019 yang menjadi dasar laporan WMO ini menunjukkan rata-rata suhu udara yang meningkat sebanyak 1.1 ± 0.1°C lebih tinggi dari suhu sebelum revolusi industri (1850 – 1900).
ADVERTISEMENT
Jika dibandingkan dengan suhu udara global pada periode lima tahun sebelumnya ada peningkatan sebesar 0.20 ± 0.08°C. Peningkatan suhu di atas daratan yang dihuni oleh manusia menunjukkan variabilitas terbesar dan lebih hangat dibandingkan dengan suhu udara di atas permukaan air.
Dalam lima tahun, peningkatan suhu udara tertinggi tercatat pada wilayah Amerika Serikat, termasuk Alaska, Amerika Selatan, sebagian besar Benua Eropa, wilayah Timur Tengah, bagian utara Benua Eurasia, Australia dan bagian selatan Gurun Sahara di Afrika.
3. Peningkatan Suhu dan Muka Air Laut
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, suhu air laut pun tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan suhu air laut pada periode lima tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kapasitas lautan sebagai penyimpan atau konduktor panas yang baik, sehingga panas bumi banyak disimpan oleh lautan yang menyebabkan peningkatan suhu air laut secara umum.
ADVERTISEMENT
Selain itu, muka air laut mengalami peningkatan cukup signifikan sebesar 90 mm sejak 1993. Variasi perubahan muka air laut banyak dipengaruhi oleh siklus interaksi atmosfer-lautan seperti El Nino atau La Nina. Peningkatan muka air ini dipengaruhi oleh kontribusi dari mencairnya es glasier.
Ilustrasi peningkatan muka air laut. Sumber: Wikimedia Commons
Selain itu selama kurun waktu lima tahun terakhir juga tercatat terjadinya asidifikasi lautan
4. Asidifikasi Lautan
Lautan menyerap sekitar 30 persen dari emisi karbon antropogenik ke atmosfer setiap tahunnya. Karbon yang diserap oleh lautan ini kemudian bereaksi dengan garam di lautan melalui proses kimia tertentu meningkatkan keasaman air laut. Karena reaksi ini mengubah komponen parameter karbon yang terserap.
Perubahan keasaman atau pH air laut ini kemudian secara langsung mempengaruhi kehidupan ekosistem lautan seperti mempengaruhi tingkat saturasi argonite, salah satu bentuk utama dari kalsium bikarbonat yang membentuk cangkang banyak makhluk laut.
Ekosistem lautan yang akan terpengaruh dengan peningkatan keasaman air laut. Sumber: Pixabay
Pengamatan selama 20 hingga 30 tahun menunjukkan adanya tren signifikan dalam penurunan tingkat pH yang disebabkan oleh peningkatan kandungan Karbon Dioksida di dalam air laut. Secara umum terdapat peningkatan keasaman air laut sekitar 26 persen dari kondisi di awal masa revolusi industri.
ADVERTISEMENT
Sumber: https://library.wmo.int/doc_num.php?explnum_id=9936