Gosip dari Sudut Pandang Ilmiah: Mengapa Banyak Orang Gemar Bergosip?

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
11 Maret 2021 8:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rumor vs gosip
Rumor dan gosip adalah hal serupa, namun ada poin penting yang membuat dua hal ini berbeda. Rumor atau disebut juga desas-desus, adalah sepotong informasi yang belum terverifikasi kebenarannya. Rumor juga bisa didefinisikan sebagai informasi yang tersebar luas tanpa sumber yang dapat dipercaya. Informasi dalam rumor tidak selalu buruk dan negatif, rumor bisa mengandung informasi yang positif, seperti rumor tentang pernikahan seseorang, rumor kenaikan pangkat, rumor penghargaan, dll. Jika informasi tersebut belum bisa dibuktikan kebenarannya, maka informasi tersebut hanyalah sekedar rumor.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, gosip adalah ketika Anda menerima rumor –informasi yang belum diverifikasi− namun Anda sudah menyebarluaskannya. Ilmuwan sosial juga mendefinisikan gosip sebagai pembicaraan tentang ‘seseorang yang tidak hadir’ saat itu, biasanya tentang sesuatu yang menjurus pada penilaian penggosip tentang seseorang −moral judgment− dan seringkali menghibur –dalam artian, orang yang bergosip cenderung ingin berbagi dan mendengar informasi−
Ilustrasi orang bergosip | Image by Barbora Franzová from Pixabay
Hampir semua orang pernah bergosip
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2019 dalam Jurnal Social Psychological and Personality Science, melakukan penelitian tentang perilaku orang dewasa dalam bergosip. Penelitian tersebut mengamati percakapan verbal 467 orang dewasa melalui perekam elektronik selama dua hingga lima hari. Percakapan verbal dan konten gosip kemudian diklasifikasikan menjadi konten netral, negatif, dan positif.
ADVERTISEMENT
Hasil data menunjukkan bahwa hampir semua orang dalam pengamatan ini bergosip. Hanya 34 orang dari total 467 orang yang tidak bergosip sama sekali. Sebanyak 75% menggosipkan hal netral, dan sekitar 15% menggosipkan hal negatif. Wanita terlibat dalam gossip yang lebih netral daripada pria. Dan secara keseluruhan seorang yang lebih ekstrovert cenderung lebih sering bergosip dibandingkan dengan mereka yang introvert.
Mengapa banyak orang gemar bergosip?
Munculnya kebiasaan gosip diduga berawal sejak usia dini ketika anak-anak dibandingkan/membandingkan dirinya dengan orang lain. Anak-anak ingin terus menjadi favorit orang tua mereka, dan oleh karena itu salah satu jalannya adalah dengan merendahkan teman-teman mereka dengan mengatakan hal buruk tentang mereka.
Aspek lain adalah, gosip adalah wadah untuk berbagi kekhawatiran, mencari kepastian, dan dukungan. Gossip juga membangkitkan keingintahuan seseorang dan keinginan untuk membagikan informasi yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari NBCNews, Frank T. McAndrew, Ph.D., seorang psikolog sosial asal Amerika, mengatakan bahwa bergosip adalah sebuah social skill a.k.a. keterampilan sosial. Beberapa ahli bahkan memandang gosip sebagai bukti momen pembelajaran dan memberikan contoh hal-hal yang dapat diterima secara sosial atau tidak.
Namun begitu tetap saja, keterampilan ini harus digunakan dengan sangat hati-hati.
Orang yang terus menerus bergosip dan menyebar informasi negatif misalnya, dapat merusak reputasi mereka sendiri. Orang yang gemar bergosip negatif akan memberikan kesan sebagai orang yang tidak dapat dipercaya, dan masuk dalam golongan orang yang sering menghakimi orang lain. Gosip yang negatif harus dihindari, karena tidak ada pelajaran yang bisa diambil dan tidak ada yang diuntungkan dari gossip tersebut.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, pastikan untuk 1) berpikir dua kali sebelum bergosip, 2) jangan bergosip untuk keuntungan pribadi, dan 3) jangan mengubah dan melebih-lebihkan informasi.
Sumber: 1, 2, 3, 4, dan 5