news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kapal Selam Nuklir Mampu Memproduksi Oksigen Sendiri

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
1 Mei 2021 18:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berita tentang tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 masih menjadi duka bagi masyarakat Indonesia, khususnya keluarga dan teman-teman korban. Setelah kapal selam tersebut dinyatakan hilang dan dalam status pencarian, tim SAR nasional berlomba-lomba dengan waktu berusaha menemukan secepat mungkin di mana kapal tersebut berada. Sebelum diketahui bahwa KRI Nanggala terbelah menjadi tiga bagian, semua pihak masih berharap agar awak kapal selam tersebut masih bernyawa dan menunggu bantuan dari darat. Meskipun begitu, cadangan oksigen yang ada di dalam KRI Nanggala hanyalah cukup untuk 72 jam atau tiga hari sehingga proses pencarian pun harus dilakukan dengan cepat.
Kapal selam milik Rusia. Sumber gambar: Wikimedia Commons.
Cadangan oksigen yang terbatas ternyata bukanlah masalah yang dimiliki oleh semua kapal selam. KRI Nanggala 402 yang berbahan bakar diesel memang tidak memiliki oksigen yang berlimpah layaknya di darat. Namun, kapal selam bertenaga nuklir ternyata memiliki teknologi yang mampu memproduksi oksigennya sendiri saat sedang berada di dalam air. Artinya, awak kapal yang sedang ikut menyelam dengan kapal selam tersebut tidak perlu khawatir bahwa cadangan oksigen akan habis.
ADVERTISEMENT
Tanpa oksigen, manusia dapat mati dalam hitungan menit. Oleh karena itu, atmosfer di dalam kapal selam dimonitor dan dikontrol dengan sangat hati-hati. Kapal selam itu sendiri merupakan sebuah tabung yang besar dan tertutup yang tidak memiliki sirkulasi udara yang cukup baik. Di dalam kapal selam juga tidak ada tanaman yang dapat mendaur ulang karbondioksida sehingga produksi oksigen dalam kapal selam nuklir dilakukan dengan mengandalkan teknologi yang tinggi.
Kapal selam memproduksi oksigen dengan menggunakan air laut melalui sebuah proses yang disebut dengan elektrolisis. Biasanya kapal selam juga memiliki beberapa tangki oksigen besar yang dapat digunakan untuk meningkatkan konsentrasi oksigen secara cepat jika sistem kapal bermasalah. Konsentrasi oksigen di dalam kapal selam itu sendiri lebih rendah jika dibandingkan dengan di darat. Hal tersebut untuk mengurangi risiko penyebaran api. Ada banyak sensor di kapal selam yang digunakan untuk memonitor konsentrasi oksigen dan karbondioksida.
ADVERTISEMENT
Dalam proses pernapasan, selain menghirup oksigen manusia juga mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Sama halnya dengan tubuh manusia, karbondioksida ini juga harus dikeluarkan dari kapal selam karena dapat menjadi racun bagi awaknya. Hal ini bukanlah hal yang mudah. Untuk melakukannya, senyawa organik yang dikenal dengan nama amina digunakan. Amina akan menyerap karbondioksida ketika dingin dan mengeluarkannya ketika panas. Limbah karbondioksida tersebut akan dikeluarkan ke laut saat memungkinkan.
Amina sendiri memiliki bau yang tidak terlalu enak. Tapi bagi mereka yang sudah terbiasa bekerja di dalam kapal selam, bau amina bukanlah hal yang mengganggu lagi. Nyatanya, ada banyak bau di dalam kapal selam, mulai dari bau makanan, minyak hidrolik, sampah, dan lain sebagainya. Bau tersebut terjebak karena tidak ada jendela yang dapat membawa bau itu pergi.
ADVERTISEMENT
Lalu, jika kapal selam termutakhir dapat membuat oksigennya sendiri, apakah berarti awak kapal tersebut dapat tinggal selama-lamanya di dalam air? Tentu saja tidak. Karena selain oksigen masih ada masalah lain, yaitu makanan. Kapal selam masih belum bisa membuat makanan sendiri untuk awak kapalnya.