Lima Saintis yang Pernah Menjadi Pemimpin Negara

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
21 Januari 2021 16:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat baru saja melaksanakan pelantikan presiden dan wakil presiden yang baru pada Rabu (20/01), yaitu Joe Biden dan Kamala Harris. Dalam sejarah perpolitikan negara-negara di dunia, mayoritas pemimpin negara memiliki latar belakang sosial politik, hukum, hubungan internasional, dan ilmu sosial lainnya. Hal tersebut wajar mengingat presiden harus bisa mengayomi semua warga negara yang dipimpinnya. Namun bukan berarti latar belakang ilmu sosial adalah syarat mutlak untuk menjadi seorang presiden. Ada beberapa pemimpin negara-negara di dunia yang merupakan saintis dalam ilmu alam. Tahukah kamu siapa saja mereka? Berikut adalah beberapa di antaranya.
ADVERTISEMENT
Angela Merkel, kanselir Jerman, ahli kimia kuantum
Angela Merkel. Sumber gambar: Wikimedia Commons.
Siapa yang tidak tahu Angela Merkel? Kanselir Jerman ini disebut-sebut sebagai perempuan paling berkuasa sedunia. Selama lebih dari 15 tahun memimpin Jerman, Merkel mampu membuat negara tersebut tetap menjadi negara yang kuat seperti sekarang. Ternyata Merkel bukan hanya memiliki kemampuan dalam memimpin sebuah negara, tapi juga sangat hebat dalam bidang sains, khususnya kimia kuantum. Ia mendapatkan gelar doktor dalam bidang tersebut. Selama Jerman Barat dan Jerman Timur masih terpisah, ia terus bekerja sebagai saintis. Setelah tembok Berlin runtuh dan kedua negara tersebut bersatu, ia pun berbelok menekuni karir dalam bidang politik.
Margaret Thatcher, perdana menteri Inggris, ahli kimia
Margaret Thatcher. Sumber gambar: Wikimedia Commons.
Mantan perdana menteri Inggris Margaret Thatcher mengambil jurusan Kimia selama empat tahun di salah satu universitas tertua di dunia, yaitu Universitas Oxford. Ia menjadi spesialis kristalografi X-ray di bawah asuhan Dorothy Hodking yang merupakan pemenang Nobel dalam bidang Kimia. Sebagai saintis ia berkontribusi dalam mengembangkan zat pengemulsi yang berguna untuk membuat es krim. Saat menekuni dunia politik dan menjadi perdana menteri Inggris, ia menjadi perempuan dan saintis pertama yang memegang posisi tinggi tersebut. Namun dikabarkan ia lebih bangga menjadi saintis pertama daripada perempuan pertama yang menjadi perdana menteri di negara yang dikepalai oleh Ratu Elizabeth II ini.
ADVERTISEMENT
Jimmy Carter, presiden Amerika Serikat, ahli fisika nuklir
Jimmy Carter. Sumber gambar: Wikimedia Commons.
Presiden AS ke-39 ini pernah berkuliah di Georgia Southwestern College, kemudian pindah ke Georgia Institute of Technology, sampai akhirnya masuk ke Akademi Angkatan Laut AS. Ia lulus mendapatkan gelar dalam bidang sains dan ditugaskan sebagai insinyur pada USS Seawolf, yaitu kapal selam nuklir milik AS. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya dalam fisika nuklir di New York’s Union College. Saat ia masih bekerja sebagai tentara, ayahnya meninggal. Kejadian tersebut membuat Carter harus menghentikan karir militernya dan mengambil alih kebun kacang milik keluarganya. Tapi menjadi petani bukanlah pekerjaan terakhir Carter. Ia mulai aktif dalam dunia politik dan menjadi presiden AS dari 1977 sampai 1981.
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus, kepala gereja Katolik dan Kota Vatikan, kimiawan
Paus Fransiskus. Sumber gambar: Wikimedia Commons.
Sebelum menjadi pemimpin gereja Katolik sedunia, paus Fransiskus pernah bekerja sebagai penjaga bar, pembersih kantor, dan seorang kimiawan. Ia pernah bersekolah di Escuela Técnica Industrial N° 27 Hipólito Yrigoyen dan mendapatkan ijazah sebagai teknisi kimia. Dengan kemampuannya tersebut ia pernah bekerja selama beberapa tahun di laboratorium ilmu pangan.
B. J. Habibie, presiden Indonesia, ahli pesawat terbang
B. J. Habibie. Sumber gambar: Wikimedia Commons.
Tentu kita semua kenal dengan tokoh ini. Latar belakang Habibie yang merupakan ahli pesawat terbang bukanlah rahasia lagi. Ia mendapatkan gelar doktor dalam bidang teknik penerbangan dari RWTH Aachen, Jerman. Setelah melakukan penelitian beberapa saat, ia ditawarkan untuk menjadi profesor di kampus tersebut. Pada kesempatan lain ia juga ditawarkan untuk bekerja pada Boeing dan Airbus. Namun, semua tawaran tersebut ditolaknya. Ia akhirnya menerima tawaran pekerjaan dari perusahaan pesawat terbang di Hamburg dan diangkat menjadi wakil ketua di perusahaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, Habibie pernah menjadi CEO Industri Pesawat Terbang Nusantara, Menteri Negara Riset dan Teknologi, dan akhirnya menjadi wakil presiden dan presiden Indonesia.