Rokok vs Minuman Keras. Mana yang Lebih Berbahaya? (2)

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
16 Mei 2021 8:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Risiko minuman keras
Dalam beberapa tahun terakhir, kabar mengenai minuman keras dan dampak positifnya pada kesehatan menyebar cukup luas. Kabar tersebut didukung dengan beberapa penelitian yang menggembor-gemborkan manfaat konsumsi alkohol −dalam jumlah ringan hingga sedang, dua gelas per hari untuk pria dan satu gelas per hari untuk wanita− bagi kesehatan seseorang. Namun penelitian terbaru mematahkan penelitian tersebut.
Dikutip dari laman p2ptm, seorang peneliti dari Institute for Health Metrics and Evaluation di Seattle, Washington, mengungkapkan bahwa tidak ada takaran aman konsumsi alkohol. "Secara keseluruhan, risiko kesehatan yang terkait dengan alkohol meningkat sejalan dengan jumlah alkohol yang dikonsumsi setiap hari."
Selain itu studi lain juga menunjukkan bahwa alcohol bertanggung jawab atas 4% penyakit di seluruh dunia, berkontribusi pada lebih dari 60 kondisi medis yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Alkohol dapat mengganggu otak manusia, mengganggu kemampuan pengambilan keputusan dan penilaian seseorang. Dapat menyebabkan orang melakukan praktik seksual yang tidak aman −dapat menyebabkan sejumlah penyakit menular seksual, serta menempatkan orang pada risiko pelecehan seksual. Menurut Journal of American College Health, lebih dari 80 persen pelecehan seksual di kampus melibatkan alcohol. Belum lagi masalah pengemudi mabuk yang sering menyebabkan kecelakaan lalu lintas dan merugikan orang lain.
Alkohol termasuk zat adiktif dan psikoaktif. Seseorang pecandu yang sudah tahu bahwa alkohol telah membahayakan kesehatan dan kehidupan mereka, akan tetap ketagihan minum dan sulit untuk berhenti.
Ilustrasi pecandu miras | Image by Michal Jarmoluk from Pixabay
Risiko rokok
Studi menunjukan bahwa rokok berkontribusi pada 10% dari total kasus kematian dunia, terutama pada negara berkembang dan negara miskin. Angka yang sangat tinggi, lebih tinggi dari kematian yang disebabkan oleh alkohol yaitu sebesar 3.8%.
ADVERTISEMENT
Meski rokok tidak psikoaktif seperti alcohol, namun rokok bisa membuat seseorang merasa ketagihan. Ada 4000 zat kimia yang dapat ditemukan di dalam satu batang rokok, yang utama adalah nikotin. Medical News Today menjelaskan bahwa ketika sebatang rokok dihisap, nikotin akan mencapai otak hanya dalam waktu 15 detik setelah hisapan pertama. Faktanya, nikotin adalah zat ketiga paling adiktif di dunia setelah heroin dan kokain, alkohol berada di urutan keempat.
Sebagian besar bahan kimia dalam batang rokok pun cukup mematikan. Bahan kimia seperti aseton, dapat merusak mata, hidung, dan tenggorokan. Paparan aseton dalam jangka panjang dapat merusak hati dan ginjal. Selain itu kadmium, adalah karsinogen yang dapat mempengaruhi kerja otak, ginjal, dan hati. Selain itu kresol dan nikel, dapat merusak sistem pernapasan dan dapat menyebabkan asma bronkial.
ADVERTISEMENT
Seperti kebanyakan zat adiktif, komponen genetik pada perokok akan berpeluang menghasilkan gen kecanduan/tergantung pada kebiasaan merokok. Jurnal South Dakota Medicine menunjukkan bahwa ternyata ada gen yang menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan untuk menjadi kecanduan nikotin.
Bagaimana, bagi para pecandu, apakah Anda mulai berniat untuk pensiun dari rokok dan miras? Yuk, segera berhenti dan mulai jalani gaya hidup yang sehat dan bermanfaat. (f.as)
Sumber: 1, 2, dan 3