The Aral Sea: Tragedi Mengeringnya Danau Terluas Keempat di Dunia (1)

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
16 Juni 2019 16:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada tahun 1960, The Aral Sea atau Laut Aral tercatat sebagai danau terluas ke-empat di dunia. Luasnya dahulu mencapai 67500 km2 ─kira-kira luasnya setengah luas Pulau Jawa─ namun dalam kurun waktu 40 tahun semenjak tahun 1960, danau ini mengalami penyusutan secara drastis. Pada tahun 2014 luas Laut Aral tersisa hanya sekitar 10 persen dari ukuran awal. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Laut Aral pada tahun 1989 (kiri) dan 2014 (kanan). Sumber: Wikimedia Commons
Geografis
ADVERTISEMENT
Laut Aral, meskipun menggunakan istilah ‘laut’ dalam namanya, namun secara teknis adalah sebuah danau. Laut Aral terletak di tengah-tengah padang pasir di Asia Tengah, di mana bagian utara danau ini berada di Kazakhstan sedangkan bagian selatan danau berada di Uzbekistan.
Hidrologis
Laut Aral termasuk dalam sistem cekungan endorheik atau cekungan tertutup, dimana sistem ini memiliki aliran permukaan masuk (inflow) namun tidak memiliki aliran permukaan keluar (outflow). Sumber utama air Laut Aral berasal dari sungai dan air hujan. Dalam keadaan normal, seperlima bagian Laut Aral berasal dari air hujan, sedangkan empat per lima bagian air Laut Aral berasal dari dua aliran sungai utama. Aliran dua sungai utama tersebut yaitu Sungai Amu Darya dan Syr Darya, di mana masing-masing outlet sungai berada di utara dan selatan Laut Aral. Sementara itu ‘aliran keluar’ danau hanya berupa evaporasi. Kesetimbangan antara aliran masuk dan aliran keluar ini menjadi penentu utama level ketinggian permukaan air danau.
ADVERTISEMENT
Aktivitas di danau
Laut Aral mendukung aktivitas sektor industri perikanan dan transportasi regional utama. Pada awal 1960-an industri perikanan berkembang dengan sangat baik hingga mempekerjakan sekitar 60.000 orang. Namun pada tahun 1970an jumlah panen ikan menurun hingga 75 persen, dan pada awal 1980 industri penangkapan ikan besar banyak yang ditutup.
Salah satu kota legendaris yang dahulu dikenal sebagai kota pelabuhan laut yaitu Kota Muynak yang berada di Uzbekistan Barat. Hanya dalam jangka waktu 34 tahun semenjak tahun 1961 hingga 1995, permukaan air Laut Aral turun hingga 17 meter, dan garis pantai mundur sejauh 100 hingga 150 km. Kota Muynak kini berubah total menjadi lokasi kuburan kapal. Kapal-kapal yang dahulu berlayar kini dibiarkan dan ditinggalkan begitu saja menciptakan suasana kota yang tragis.
Bangkai kapal di Muynak. Sumber: Wikimedia Commons
Awal mula malapetaka
ADVERTISEMENT
Penyusutan air Laut Aral disebut-sebut sebagai salah satu bencana ekologis paling parah yang pernah terjadi di muka bumi. Bencana ini berawal dari keputusan Pemerintah Soviet yang dahulu dipimpin oleh Khrouchtchev ─saat itu Laut Aral masih termasuk dalam bagian Uni Soviet─ untuk mengalihkan aliran dua sungai utama yang memasok air ke dalam Laut Aral, ke wilayah gurun di sekitar Laut Aral. Pengalihan aliran sungai Amu Darya dan Syr Darya ini dimaksudkan untuk mengairi sistem irigasi sehingga dapat menghidupkan aktivitas pertanian di gurun di sekitar Laut Aral. Komoditas pertanian utama saat itu adalah kapas dan gandum.
Pengalihan dua aliran sungai utama ke kanal-kanal irigasi menimbulkan dampak negatif. Pada awal-awal tahun dijalankannya proyek pengalihan aliran sungai, jumlah air yang masuk ke dalam Laut Aral mulai berkurang drastis. Setidaknya permukaan air Laut Aral turun hingga 3 dalam tahun-tahun pertama. Sementara itu, proyek kanal-kanal yang dimaksudkan untuk mengairi sistem kanal irigasi berjalan tidak efisien. Diperkirakan air sungai terbuang sia-sia 25 hingga 75 persen karena proses terserapnya air ke dalam pasir gurun dan proses evaporasi selama perjalanan menuju lokasi yang dimaksudkan untuk dijadikan lahan pertanian.
ADVERTISEMENT
Berkurangnya volume air Laut Aral, menyebabkan kandungan garam dalam air ─atau disebut sebagai salinitas─ Laut Aral meningkat. Pada tahun 1960 tingkat salinitas Laut Aral tercatat 10 gram per liter, namun pada tahun 2014 kandungan garam dalam air meningkat hingga lebih ari 100 gram per liter. Sebagai perbandingan, tingkat salinitas rata-rata air laut adalah sekitar 35 gram per liter, sehingga peningkatan salinitas Laut Aral yang mencapai 100 gram per liter sudah melampaui batas rata-rata.
Sumber:
http://www.columbia.edu/~tmt2120/introduction.htm
https://earthobservatory.nasa.gov/images/1396/the-shrinking-aral-sea
https://orexca.com/muynak_uzbekistan.shtml
Micklin, Philip. 2016. The future Aral Sea: Hope and Despair. Environ Earth Sci (2016) 75:844.