Konten Media Partner

Dapur Dif_abel: Kafe yang Dikelola Penyandang Disabilitas dan Komunitas Sadila

11 Maret 2021 14:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ari Maliq dan bermacam makanan dan minuman di Dapur Dif_abel, Gotong Royong, Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung. Selasa (9/3) | Foto : Yogiez / Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Ari Maliq dan bermacam makanan dan minuman di Dapur Dif_abel, Gotong Royong, Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung. Selasa (9/3) | Foto : Yogiez / Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Dapur Dif_able adalah kafe yang didirikan atas inisiasi Komunitas Sadila (Sahabat Difabel Lampung) bersama YLS (Yayasan Langit Sapta).
ADVERTISEMENT
Kafe yang baru menggelar Soft Launching Senin (8/3) ini berlokasi di Jalan Diponegoro no 14, Gotong Royong, Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung.
Dapur Dif_able ini merupakan kafe yang dikelola oleh teman-teman penyandang disabilitas dan didampingi Komunitas Sadila.
Ety Muthmainah, pendamping teman-teman difabel juga sebagai Ketua Sadila mengatakan bahwa awal mula tercetus ide pembuatan kafe ini adalah dari para penyandang sendiri.
Lukisan dinding Dapur Dif_abel, Gotong Royong, Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung. Selasa (9/3) | Foto : Bella Sardio / Lampung Geh
"Kalau tercetusnya memang mereka dari teman-teman difabel," ucap Ety.
"Mereka bilang (menggunakan bahasa isyarat) ke saya, Ety di Pringsewu ada kafe temen-temen tuli, begitu katanya," lanjut Ety.
Di sisi lain, Ety menerangkan bahwa Ibu Sapta Rini yang sebagai pemilik YLS mengajak Komunitas Sadila untuk melakukan pemberdayaan bagi teman-teman difabel.
Tampak dari luar Dapur Dif_abel, Gotong Royong, Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung. Selasa (9/3) | Foto : Bella Sardio / Lampung Geh
"Ketemu Ibu Sapta Rini di tahun 2019, waktu itu kita jadi relawan kerjasama bareng dengan beliau. Ternyata kegiatan-kegiatan tersebut membekas di hati ibu, beliau mengajak kita untuk melakukan pemberdayaan. Momennya pas banget temen-temen difabel minta bantuan dan Ibu Saptarini menawarkan pemberdayaan ke kita ya akhirnya ngapain lagi jadi kita gabungkan untuk merintis Dapur Dif_able ini," jelasnya.
Tampak dari depan Dapur Dif_abel, Gotong Royong, Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung. Selasa (9/3) | Foto : Bella Sardio / Lampung Geh
Setelah menyatukan permintaan teman-teman difabel dan ajakan dari YLS, Ety dan komunitas Sadila mulai rencana pembuatan kafe di tahun 2020.
ADVERTISEMENT
"Dulu setelah ngaduk sama emak (Panggilan kepada Ibu Sapta Rini), kita mulai bulan Agustus 2020," kata Ety.
Perjalanan membuat kafe tersebut tidaklah semudah yang dibayangkan. Ternyata, Ety dan teman-temannya mengalami kesulitan dalam perintisan.
Aneka wadah minuman dari bambu yang sudah disterilisasi Dapur Dif_abel, Gotong Royong, Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung. Selasa (9/3) | Foto : Bella Sardio / Lampung Geh
"Contoh kayak goreng bawang gitu, temen-temen difabel masih gorengnya sampai gosong. Jadi, kita bingung juga. Sempat mau menyerah," ujar Ety.
Namum, Ibu Sapta Rini meyakinkan kembali kepada Ety dan teman-temannya. Akhirnya, Komunitas Sadila melanjutkan perintisannya dan membuat pembenahan apa yang kurang dari persiapan ini.
"Alhamdulillah, di bagian kulinernya dibantu sama temen-temennya Ibu (Sapta Rini). Waktu itu di Hotel Sheraton ngadain demo masak dan kita diajarin buat martabak telor dan nasi goreng. Dan juga diajarin Chef Bukit Randu untuk masak menu Nasi Kopi," terangnya.
ADVERTISEMENT
Ety juga mengatakan bahwa dalam pendirian kafe ini juga mendapatkan bimbingan dari Asosiasi Pengusaha Jasaboga Indonesia (APJI).
Nasi Diva, menu makanan Dapur Dif_abel, Gotong Royong, Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung. Selasa (9/3) | Foto : Bella Sardio / Lampung Geh
Setelah urusan terkait kuliner terselesaikan, pada kenyataannya hambatan berikutnya pun hadir dengan hal yang berbeda. Kini Ety dan teman-temannya bingung dimana tempat yang dapat dijadikan kafe bersama penyandang disabilitas ini.
"Kita bingung mau kemana, sewa mahal, di pinggiran jalan gak mungkin kan ini konsep kafe," kata Ety.
Namun, bersama kesulitan mereka meyakini pasti akan ada kemudahan mengiringi. Apa lagi rencana yang dibuat adalah untuk kebaikan pasti akan ada jalan keluarnya.
Nasi Hejo, menu makanan di Dapur Dif_abel, Gotong Royong, Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung. Selasa (9/3) | Foto : Bella Sardio / Lampung Geh
"Beberapa waktu kemudian, hasil usaha semua pihak dari pihak PLN memberikan support dengan memperbolehkan kita memakai tempat yang di sini," tutur Ety.
Sebelumnya, pihak PLN hanya memberi satu ruangan yang tidak begitu luas. Namun, akhirnya diberikan ruangan lagi yang ukuran ruangannya lebih luas (yang kini tempat pengunjung kafe menikmati hidangan).
ADVERTISEMENT
"Setelah melihat semangat temen-temen difabel, GM (General Manager) PLN bilang nggak papa kita renovasi yang dalem (untuk dijadikan kafe difabel)," katanya.
Akhirnya, kafe yang akan didirikan sudah mendapatkan tempat. Kemudian bernama Dapur Dif_able. Dimana di tempat ini tidak hanya tempat usaha kuliner, tetapi juga dijadikan sebagai pusat marketing untuk teman-teman penyandang disabilitas.
"Jumlah difabel yang di kafe ini ada 15 orang, tapi untuk di luar kafe 16 orang," kata Ety.
Bartender sendang meracik minuman coffe di Dapur Dif_abel, Gotong Royong, Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung. Selasa (9/3) | Foto : Bella Sardio / Lampung Geh
Dapur Dif_abel ini menyediakan beraneka menu makanan dan minuman. Menu makanannya, seperti Nasi Diva Rp 12 ribu, Nasi Kopi Rp 12 ribu, Nasi Goreng Tek Tek Rp 10 ribu, Mie Ayam Rp 12 ribu, Lontong Rp 12 ribu, Bakso Malang Rp 10 ribu dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, menu minumannya ada aneka kopi dan non kopi, seperti Ekspresso Rp 10 ribu, Americano Rp 12 ribu, Coffee late Rp 15 ribu, Jus Rp 10 ribu, wedang jahe Rp 8 ribu, dan lain-lain.
Pijat refleksi, salah satu bentuk usaha selain menghidangkannya kuliner di Dapur Dif_abel, Gotong Royong, Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung. Selasa (9/3) | Foto : Bella Sardio / Lampung Geh
Pembagian petugas di kafe semuanya dipegang oleh teman-teman penyandang disabilitas. Namun, kekurangan yang dimiliki bukan sebuah tanda berakhirnya waktu untuk berkarya.
Arif Fianto, Wakil Ketua dari Sadila yang juga pendamping teman-teman difabel memberitahu bagian-bagian tugas para penyandang difabel di Dapur Dif_able ini.
Meja kasir di Dapur Dif_abel, Gotong Royong, Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung. Selasa (9/3) | Foto : Bella Sardio / Lampung Geh
"Di tim 1 ada Chandra kasir dan bantu melayani, Lifah memasak, Ravi bartender, Elsa pramusaji, Riris pramusaji, Rizky cuci piring, dan Findi pramusaji," kata Arif.
Tempat duduk luar ruangan di Dapur Dif_abel, Gotong Royong, Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung. Selasa (9/3) | Foto : Bella Sardio / Lampung Geh
"Kemudian untuk tim 2 ada Ihsan sebagai kasir juga bantu melayani dan digital marketing, Lifah memasak, Heri bartender, Sani pramusaji, Taufik cuci piring, dan Deka pramusaji," tambah Arif.
ADVERTISEMENT
Informasi tentang Dapur Dif_abel bisa dengan mengunjungi akun Instagram resmi di @dapurdif_able.(*)