Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Dosen ITERA Perkenalkan Teknologi Komposter Biostarter di Desa Rawa Selapan
25 September 2023 18:36 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Lampung Geh, Lampung Selatan - Institut Teknologi Sumatera (ITERA) telah meraih sukses dalam program Pengabdian kepada Masyarakat yang difokuskan pada Pengolahan Limbah Pertanian Berbasis Fermentasi dengan Teknologi 'KOMBO' (Komposter dan Biostarter) di Desa Rawa Selapan, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, pada Senin (25/9).
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini telah membawa dampak positif yang signifikan bagi masyarakat desa, mengubah limbah organik menjadi termanfaatkan dengan baik dan berkelanjutan serta mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.
Pengabdian kepada Masyarakat merupakan salah satu langkah konkret dalam memperluas manfaat pengetahuan ilmiah kepada masyarakat sekitar. Kegiatan ini merupakan program Pengabdian kepada Masyarakat yang didanai Kemdikbud Ristek Tahun Anggaran 2023 pada skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat.
Diketuai oleh Dewi Chusniasih, S.Si, M.Sc (Dosen Prodi Biologi ITERA), tim Dosen ITERA yang beranggotakan Dr. Winati Nurhayu, S.Si (Dosen Prodi Biologi ITERA), dan Yunita Fahni, S.T., M.T. (Dosen Teknik Kimia ITERA), memberikan sosialisasi tentang bahaya penggunaan pupuk kimia terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dalam jangka panjang.
Sebagai alternatif yang berkelanjutan, tim ini memaparkan teknik pembuatan kompos dan biostarter dari limbah organik yang mudah didapatkan oleh masyarakat desa. Kegiatan ini mencakup demonstrasi penggunaan alat rotary biocomposter untuk pembuatan pupuk kompos dan alat biofermentor untuk produksi biostarter.
ADVERTISEMENT
Pupuk kompos dibuat menggunakan sampah daun kering yang sudah dicacah sebelumnya, dengan ditambahkan gula dan bioaktivator. Sedangkan bioaktivator dibuat menggunakan limbah basah sisa sayuran dengan ditambahkan air cucian beras dan gula merah.
Pupuk kompos dan bioaktivator dapat digunakan setelah proses fermentasi pada alat composter dan biofermentor setelah kurang lebih 10-14 hari.
Dwi Sujarwo, Kepala Desa Rawa Selapan, menyambut baik kegiatan ini dan berharap agar upaya pengabdian ini berlanjut agar tujuan utama, yaitu pengurangan penggunaan pupuk kimia, dapat terwujud.
Perwakilan dari beberapa kelompok tani juga turut serta dalam kegiatan ini dengan harapan ilmu yang diperoleh dapat diadopsi oleh kelompok mereka. Lebih dari 20 orang dari Desa Rawa Selapan berpartisipasi aktif selama kegiatan berlangsung.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, masyarakat di Desa Rawa Selapan belum sepenuhnya memahami risiko jangka panjang yang terkait dengan penggunaan pupuk kimia. Namun, setelah berakhirnya program pengabdian ini, tingkat pemahaman mereka telah meningkat, dan mereka berkomitmen untuk beralih ke penggunaan pupuk organik yang lebih aman dan berkelanjutan.
Dalam kegiatan ini, alat rotary biocomposter dan biofermentor, yang dibuat menggunakan dana hibah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, telah diserahkan kepada Desa Rawa Selapan sebagai dukungan lanjutan dalam usaha desa menuju pertanian yang lebih berkelanjutan.(Rls)