Kapal Tongkang Diduga Sedot Pasir di Sekitar Gunung Anak Krakatau

Konten Media Partner
30 Agustus 2019 17:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal yang sedang berdiam di laut sekitar Gunung Anak Krakatau (GAK) | Foto: Ist.
zoom-in-whitePerbesar
Kapal yang sedang berdiam di laut sekitar Gunung Anak Krakatau (GAK) | Foto: Ist.
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Lampung Selatan - Baru-baru ini, beredar video viral menampilkan sebuah kapal tongkang besar yang diduga melakukan aktivitas penyedotan pasir di sekitar Gunung Anak Krakatau (GAK).
ADVERTISEMENT
Umar Hadi, saksi mata kejadian yang juga merekam aksi itu, mengatakan bahwa ia bersama warga lain memergoki sebuah kapal tongkang yang diduga sedang beroperasi untuk menyedot pasir di sekitar GAK.
"Kami berkumpul dengan warga untuk menindaklanjuti dan kemarin sore kita datangi ke kapal itu. Tadinya kapal itu hanya 300 meter dari bibir pantai Pulau Sebesi, setelah kita tanya-tanya ternyata itu ada alat penyedot pasir, ada tongkangnya juga besar sama speedboat-nya," ungkapnya saat dihubungi Lampung Geh, Jumat (30/8).
Tongkang yang dibawa oleh kapal saat berdiam di laut sekitar Gunung Anak Krakatau (GAK) | Foto : Ist.
Umar Krakatau--sapaan akrabnya--menjelaskan bahwa sebelum ia memergoki kapal tongkang tersebut, warga Pulau Sebesi mendapatkan sosialisasi dari salah satu perusahaan yang akan mengeruk pasir di sekitar GAK.
"Sebelumnya datang dari pihak PT-nya itu PT LIP kepanjangannya Lautan Indonesia Persada. Itu sosialisasi dengan warga Pulau Sebesi untuk mengeruk pasir, setelah petemuan itu kami berkumpul di balai desa dan menyatakan tidak setuju," paparnya.
ADVERTISEMENT
Dalam pertemuan dengan warga Pulau Sebesi, pihak perusahaan berjanji tidak akan menyedot pasir di sekitar GAK.
"Sebelumnya juga mereka bilang kalau tidak akan mengeruk di dekat GAK, kami mengambil jarak 7 mil dari bibir GAK. Tapi kenyataannya kami lihat tidak 7 mil lagi dari GAK, jaraknya dekat sekali sekitar setengah kilometer," kata Umar.
Saat Umar dan warga lain mendatangi kapal tongkang tersebut, mereka hanya melihat dan memantau kegiatan para anak buah kapal.
"Kami sebagai warga tidak mau menyalahi aturan, tadinya kami mau naik ke kapal. Tapi kita melihat kegiatan mereka. Intinya kami warga masyarakat Pulau Sebesi tidak setuju dengan adanya penambangan pasir di laut kami," tegasnya.
Setelah didatangi, sambung Umar, para ABK kapal jadi agak ketakutan, sehingga langsung cabut jangkar. "Tapi enggak mungkin pergi dari area penggarapan mereka, saya yakin operasinya enggak mungkin siang pasti malam hari," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Atas kejadian ini, dirinya berharap kepada pihak manapun untuk saling menjaga kelestarian alam. Ia juga berpesan kepada pemerintah, apabila itu merusak ekosistem alam dan laut agar segera ditindak tegas.
"Kami sebagai masyarakat kecil Pulau Sebesi tidak mau terdampak dari tangan-tangan nakal mereka. Kepada Pak Arinal (Arinal Djunaidi, Gubernur Lampung), mohon ditindak tegas kepada orang-orang yang melanggar lingkungan hidup," ucap Umar.
Sementara itu, Kepala Seksi Koservasi Wilayah III Lampung BKSDA Bengkulu, Hifzon Zawahiri, membantah adanya aktivitas penyedotan pasir di sekitar GAK. Ia mengklaim aktivitas kapal tongkang tersebut jauh dari area GAK.
"Lokasi penyedotan pasir itu sangat jauh sekali dengan Gunung Anak Krakatau, terakhir kita memantau 5 kilometer dari batas cagar alam laut kita. Berarti kalau dari krakatau 7 kilometer, karena batas luar GAK itu 2 kilometer ditambah 5 kilometer jadi 7 kilometer," kata Hifzon.
ADVERTISEMENT
Ia juga menyebutkan, kapal tongkang tersebut sudah memiliki izin penyedotan pasir di Selat Sunda.
Sebelumnya, akun Instagram @umarkrakatau mengunggah video terkait aktivitas kapal tongkang yang berhenti di sekitar GAK pada Kamis (29/8). Dalam video tersebut juga terlihat beberapa warga dari Pulau Sebesi mendatangi kapal tersebut.
Namun para warga ini tidak melakukan aksi melainkan hanya melihat kapal tersebut yang masih berdiam di lokasi. (*)
----
Laporan reporter Lampung Geh Obbie Fernando Editor: M Adita Putra