Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten Media Partner
Pekikan Buruh Perempuan Di Peringatan Hari Buruh Internasional
1 Mei 2019 14:07 WIB
![Orasi oleh Ketua Solidaritas Perempuan Sebay Lampung Armayanti Sanusi dalam aksi longmarch di Tugu Adipura, Rabu (5/1) | Foto: Kiki Novilia/Lampung Geh](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1556694121/c54dcv3gq0gi9wz3lm4m.jpg)
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Hari Buruh Internasional atau May Day yang jatuh pada hari ini, Rabu 1 Mei 2019 diperingati sekitar 500 orang buruh di Lampung. Para buruh tersebut turun ke jalan dan menggelar aksi longmarch dari Bambu Kuning Square hingga Tugu Adipura.
ADVERTISEMENT
Aksi yang mengangkat tema besar "Lawan Perbudakan Modern, Perkuat Persatuan Rakyat dan Bangun Politik Alternatif" tersebut dimaksudkan untuk memperjuangkan hak-hak para buruh yang sampai saat ini masih dinilai belum bisa mengakomodasi kebutuhan mereka, khususnya kaum perempuan.
Salah satu peserta Reny Desmiria mengaku mengikuti longmarch tersebut karena merasakan betul sulitnya menjadi buruh di perusahaan.
"Hak kita sebagai buruh kan harusnya dapat keringanan pada saat menstruasi dan dapat cuti melahirkan selama 3 bulan yang itungannya tetap dibayar. Tapi perusahaan nggak kasih hak itu ke kita," paparnya.
Kondisi buruh perempuan di Indonesia khususnya di Lampung harus mendapatkan perhatian khusus. Ketua Solidaritas Perempuan Sebay Lampung Armayanti Sanusi mengatakan tingkat kekerasan atau diskriminasi yang menimpa buruh perempuan di Lampung semakin meningkat dari tahun ke tahun.
ADVERTISEMENT
"Buruh perempuan masih rentan mengalami kekerasan, khususnya kekerasan seksual di tempat kerja. Jadi solidaritas perempuan di sini menuntut agar disahkannya undang-undang yang menjadi payung hukum bagi korban kekerasan seksual dan kami juga mendesak pemerintah untuk mencabut KEPMENAKER Nomor 260 Tahun 2015 karena kami menilai buruh migran di luar negeri rentan mengalami diskriminasi." Jelasnya saat ditemui Lampung Geh, Rabu (1/5).
Selain itu, aksi ini juga didukung oleh para mahasiswa dalam rangka kepedulian kepada nasib para buruh, yang salah satu fokus utamanya adalah perempuan.
"Perempuan itu tiang negara. Jika kekerasan diterima oleh para buruh perempuan meningkat, otomatis mereka tidak bisa berperan di keluarga secara maksimal karena tidak menutup kemungkinan mereka mengalami trauma. Kalau tiangnya bermasalah, sulit bagi kita untuk maju kedepannya." Jelas Koordiantor Forum Perempuan BEM Seluruh Indonesia sekaligus Menteri Pergerakan Pemberdayaan Wanita BEM Unila, Pina Kartina.
ADVERTISEMENT
---
Laporan Reporter Lampung Geh: Kiki Novilia
Editor : M Adita Putra