Konten Media Partner

Dihantam Pandemi, Tren Angkot Modif di Padang Berkurang

10 September 2022 19:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi dalam angkutan kota (angkot) rute Tabing-Pasar Raya kota Padang dilengkapi set audio dan aksesoris lampu pada plafon angkutan, Sabtu, (10/9/2022). Foto: Ariyanti.
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi dalam angkutan kota (angkot) rute Tabing-Pasar Raya kota Padang dilengkapi set audio dan aksesoris lampu pada plafon angkutan, Sabtu, (10/9/2022). Foto: Ariyanti.
ADVERTISEMENT
Semenjak pandemi Covid-19, tren angkutan kota (angkot) modif di Padang, Sumatera Barat, mulai berkurang. Pengusaha tidak punya biaya untuk modifikasi angkot karena pendapatan berkurang drastis.
ADVERTISEMENT
Ibnu, salah seorang sopir angkot rute Tabing-Pasar Raya, mengaku, tidak hanya jumlah angkot modif yang berkurang, pengusaha angkot pun banyak yang gulung tikar.
"Karena corona, banyak juragan yang jual angkot, yang mati tagak (tidak beroperasi) juga masih banyak sampai sekarang," ujarnya, Sabtu, (10/9).
Ia menambahkan, semenjak pandemi, nyaris tidak ada pengusaha angkot yang mau memodifikasi angkutannya.
"Ini mulai habis, tidak mampu modif sejak pandemi karena angkot nyaris tidak ada penumpang. Angkot ini kan ramainya karena anak sekolah, selama sekolah online, hampir semua angkot mengalami krisis di sini. Tidak ada penumpang, bahkan untuk beli minyak saja tidak tertutupi," katanya.
Angkot modifikasi di Kota Padang, aku Ibnu, pernah sangat populer sejak tahun 2004. Pengusaha angkot berbondong-bondong mempercantik armada mereka hingga mengeluarkan biaya puluhan juta rupiah.
ADVERTISEMENT
"Untuk satu angkot ini kemarin juragan saya habis 18 juta," kata Ibnu yang telah menjadi sopir angkot sejak 2007 ini.
Modifikasi angkot biasanya menghabiskan waktu hampir tiga bulan. Mulai dari cat, desain plafon, hingga pemasangan audio.
Ibnu memperkirakan, dari 100 armada angkot rute Tabing-Pasar raya, hanya tersisa separuh yang kini dimodifikasi.
Adapun alasan para pengusaha angkot melakukan modifikasi, dijelaskan Ibnu, karena kecenderungan penumpang yang notabene anak-anak sekolah ini, untuk memilih angkot yang lebih stylish.
Proses modifikasi angkot tidak hanya memakan biaya yang mahal, waktu pengerjaannya pun memakan waktu yang cukup lama.
“Biasanya dilakukan bertahap. Masing-masing untuk spesifikasi perbaikan cat, desain plafon, hingga pemasangan audio dilakukan di bengkel yang berbeda,” jelas Ibnu.
ADVERTISEMENT
Ia melanjutkan, dari keseluruhan biaya modifikasi, pengecatan dan rombak bodi angkutan ditengarai paling mahal.
“Biasanya yang paling mahal itu untuk cat dan rombak bodi mobil, bisa sampai 28 juta. Bayangkan untuk modif sebegitu mahal, di musim pandemi bahkan untuk isi minyak saja susah, itu kenapa sudah mulai berkurang sekarang,” pungkasnya.