Hasil Tangkap Ikan Berkurang, Nelayan Keluhkan Banyaknya Ubur-ubur

Konten Media Partner
9 Agustus 2019 15:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bangkai Ubur-ubur yang berserakan di salah satu pantai di Sungai Pinang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Foto: Irwanda/Langkan.id)
zoom-in-whitePerbesar
Bangkai Ubur-ubur yang berserakan di salah satu pantai di Sungai Pinang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Foto: Irwanda/Langkan.id)
ADVERTISEMENT
Langkan.id, Padang - Nelayan di Sungai Pinang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat keluhkan banyaknya Ubur-ubur yang memadati laut dan bibir pantai di daerah itu. Akibatnya, hasil tangkap ikan mereka berkurang.
ADVERTISEMENT
Diketahui, ribuan Ubur-ubur terdampar dan mati di beberpa bibir pantai serta pulau-pulau terdekat yang berada di wilayah Kota Padang dan Pesisir Selatan, bahkan juga di Kawasan Wisata Terpadu (KWT) Mandeh.
Jasman, seorang nelayan setempat menyebutkan, sejak adanya Ubur-ubur, hasil tangkap nelayan sangat berkurang, bahkan sampai nihil. “Ubur-ubur itu mengapung, hingga terjerat perangkap nelayan, jadi hasil tangkap ikan menjadi berkurang, bahkan sampai tidak ada sama sekali. Padahal, mata pencarian kami di sini, mencari ikan,” ujarnya kepada Langkan.id, Jumat (9/8).
Biasaya, kata Jasman, hasil tangkap nelayan di wialayah itu sekali melaut bisa mencapai empat ember, namun sejak fenomena ubur-ubur muncul, pendapatan nelayan berkurang. “Paling banyak biasa dapat empat ember, kalau sekarang, tidak ada. Di sini, kebanyakan ikan, jenis gabus, badar dan maco,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Diakui Jasman, fenomena munculnya Ubur-ubur, memang setiap tahun. Namun, kali ini jumlahnya sangat banyak, tidak seperti biasa.
Dikatakannya, kemunculan segerombolan Ubur-ubur itu sejak Mei 2019. Bahkan, selain berdampak terhadap hasil tangkapan ikan, munculnya ubur-ubur membuat masyarakat setempat harus lebih waspada untuk mengawasi anak-anak. Sebab, menurut masyarakat, efek terkena ubur-ubur membuat badan menjadi gatal.
“Kami melarang anak mandi-mandi di laut. Karena, efek terkena ubur-ubur itu, badan bisa gatal-gatal dan memerah, walaupun ubur-ubur itu sudah mati. Ya, kalau anak kami kena (Ubur-ubur), palingan obatnya dikasih air panas saja, air panas tawar,” ucapnya.
Ketua Anak Desa Sungai Pinang, David Andespin (Foto: Irwanda/Langkan.id)
Selain itu, Ketua Anak Desa Sungai Pinang, David Andespin menyebutkan, kehadiran segerombolan Ubur-ubur di daerah itu, masyarakat setempat hanya bisa pasrah dengan keadaan. Ia mengaku, masyarakat dan nelayan setempat tidak bisa berbuat banyak.
ADVERTISEMENT
“Ya, kami biarkan saja lagi, enggak bisa berburu apa-apa. Memang terdampak kepada tangkapan nelayan, tentunya bakalan berefek kepada pariwisata juga ya,” ujarnya saat diwawancarai Langkan.id, Jumat (9/8).
David mengklaim, sejak kemunculan ubur-ubur, wisatawan berkurang mengunjungi sepanjang pesisir laut Sungai Pinang. Ia tidak mengetahui akan sampai kapan kemunculan ubur-ubur ini terjadi.
“Kami hanya pasrah, memang wisatawan berkurang, mungkin takut karena ubur-ubur ini. Kan ada kemungkinan beracun,” ungkapnya.
Sementara itu, pantauan Langkan.id yang mendatangi bibir pantai Sungai Pinang, tampak bangkai ubur-ubur masih terdampar. Beberapa kapal nelayan terlihat tengah bersandar di tepian. Nelayan juga sibuk dengan aktivitas mereka, seperti memperbaiki pukat dan kapal. (Irwanda)