Konten Media Partner

Rencana Pembangunan Landmark BKSDA Sumbar di Lembah Harau Tuai Kritik Masyarakat

2 November 2022 12:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tangkapan layar informasi resmi akun instagram BKSDA Sumbar terkait rencana pembangunan landmark di Lembah Harau.
zoom-in-whitePerbesar
Tangkapan layar informasi resmi akun instagram BKSDA Sumbar terkait rencana pembangunan landmark di Lembah Harau.
ADVERTISEMENT
Rencana pembangunan landmark di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Lembah Harau oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar menuai kritik dari masyarakat.
ADVERTISEMENT
BKSDA Sumbar melalui akun instagramnya, menginformasikan bahwa landmark akan dibuat menghadap ke arah kedatangan pengunjung dengan posisi landmark tergantung di sisi tebing.
“Tulisan terbuat dari bahan besi pelat setinggi 4 meter setiap hurufnya, tentu akan menjadi atraksi wisata baru yang menawan. Oh iya, tingginya kurang lebih 250 meter dari permukaan tanah loh, wow bukan?” Tulis mereka.
Semenjak informasi ini dirilis kemarin, Selasa (1/11/2022), tidak sedikit publik memberikan komentar berupa kritik hingga penolakan atas rencana ini.
“Tebing granit itu adalah landmark sesungguhnya, jangan menghilangkan keaslian dari lembah Harau itu sendiri. Semoga bisa dipahami bersama,” tulis akun @alexrizki12
Sanggahan lain juga disampaikan pemilik akun @rafkihidayat yang mempertanyakan urgensi dari pembangunan landmark ini.
ADVERTISEMENT
“Min, sedih melihat salah satu bagian paling ikonik dari Lembah Harau, bakal ditempel plang seperti itu. Untuk apa? Di jalan masuk kan juga sudah ada tulisan Selamat Datang di Lembah Harau. Sebaiknya gunakan anggaran untuk hal yang betul-betul berkaitan dengan fungsi utama BKSDA, yaitu konservasi sumber daya alam. Tidak ada hubungannya plang nama seperti itu dengan konservasi sumber daya alam,” sanggahnya.
Penjelasan pihak BKSDA terkait landmark yang disebut akan menambah atraksi wisata dan berdampak positif untuk ekonomi masyarakat setempat pun, masih dipertanyakan oleh publik.
“Nampaknya kebanyakan dari kita memang latah dan gagap terhadap landmark yang dianggap bisa menjadi atraksi wisata itu? Tulisan besar yang dianggap bisa menambah meningkatkan ekonomi masyarakat setempat? Biarkanlah Harau sebagaimana Harau mestinya. Tanpa landmark, Harau akan tetap hidup,” tulis akun @givo_alp
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, BKSDA Sumbar mengatakan, pihaknya telah mendapatkan dukungan dari ninik mamak, tokoh masyarakat, dan Wali Nagari Tarantang yang dituangkan dalam berita acara Persetujuan Pembangunan Landmark tersebut.
Diskursus atas wacana pembangunan landmark ini juga tak jauh-jauh dari perbedaan konsep "mempercantik" yang diklaim oleh pihak BKSDA dan versi publik yang menentangnya.
"Tolong jangan pasang tulisan seperti ini karena akan mengurangi kecantikan dari tempatnya. Justru lebih indah natural saja," tulis akun @asihsimanis