Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengulik Downfall Venezuela, Negara "Terkaya" di Amerika Latin
7 November 2024 9:19 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Lara Vonny Eugene S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Negara Venezuela yang terkenal dengan air terjun Santo Angel -air terjun tertinggi di dunia dengan ketinggian 979m- saat ini tengah menyita perhatian masyarakat internasional dengan berbagai carut marut kehidupan politik di negara dengan cadangan minyak terbesar didunia itu. Kehadiran intrik politiknya dengan dualisme presiden menjadi bom waktu yang siap meledak kapanpun. Atau entahlah mungkin bom itu sudah selapis demi selapis terkelupas menyuarkan ledakan-ledakan yang mengguncang Venezuela.
ADVERTISEMENT
Dengan lebih dari 7 juta pengungsi pada tahun 2024, kejatuhan negara ini mulai dipertanyakan dan diperdebatkan oleh banyak pihak. Krisis politik di Venezuela meningkat di awal tahun 2000an ketika reformasi sosialis dan sentralisasi kekuasaan dibawah pemerintahan Hugo Chaves menimbulkan perpecahan. Setelah kematiannya pada tahun 2013, kemudian Nicolás Maduro menempati posisi presiden Venezuela setalah dinyatakan menang dalam pemilu. Namun transisi posisi kepala negara Venezuela diwarnai dengan protes ketidakpuasan pihak oposisi dan pendukung-pendukungnya dengan klaim kecurangan pemilu hingga mendapat kecaman dari dunia internasional. Maduro yang terpilih melalui proses pemilu yang disengketakan memicu protes besar dari Masyarakat Venezuela. Carut marut politik makin bertambah ketika Maduro membentuk Majelis Konstituante Nasional (ANC) pada tahun 2017 untuk menggantikan Majelis Nasional yang dipimpin oposisi, yang secara efektif mengkonsolidasikan kekuasaan. Maduro secara terang-terangkan menggulingkan kekuasaan dari badan legislative yang sah. Pembentukan ANC secara jelas mengabaikan lembaga yang sah dan menunjukkan bahwa Maduro mengambil alih kekuasaan legislatif. Pembentukan majelis “boneka” Maduro ini memungkinkannya untuk mengkonsolidasikan kekuasaan yang lebih besar dan menuju tanpa batas. ANC sendiri memiliki wewenang untuk merombak konstitusi dan mengesahkan undang-undang, yang berpotensi menghilangkan batasan-batasan terhadap kekuasaan presiden dan memperkuat kontrol otoriter terhadap negara. ANC menjadi alat bagi pemerintahan Maduro untuk menekan oposisi dan protes yang berlangsung di Venezuela. Dengan memberikan kekuasaan tambahan, ANC berfungsi untuk membungkam suara-suara dissent dan mengkriminalisasi tindakan-tindakan oposisi, yang berpotensi memperburuk situasi hak asasi manusia di negara tersebut. Tindakan Maduro untuk mengkonsolidasikan kekuasaan melalui ANC dapat menciptakan ketegangan politik yang lebih besar dan meningkatkan risiko kekacauan di negara tersebut. Penolakan masyarakat terhadap kebijakan tersebut dapat menyebabkan protes yang lebih besar dan potensi konflik sosial, yang pada akhirnya dapat mengancam stabilitas negara.
ADVERTISEMENT
Negara yang terkenal akan cadangan minyak terbesar didunia ini nyatanya tidak luput dari hyperinflation yang menyakitkan. Venezuela berhasil membuat dua kekuatan besar dunia berebut tempat politik di negara tersebut dengan dualism presiden yang masih berlangung hingga sekarang. Bahkan Amerika yang merasa kalah start dari Rusia mati-matian untuk menempatkan kekuatan dominasinya di wilayah emas ini. Rakyat Venezuela yang terpecah menjadi 2 kubu ini kemudian dimanfaatkan oleh AS dan Rusia untuk berebut tempat kekuasaan. Bukan hal yang mengherankan mengingat cadangan minyak berlimpah di negara ini yang membuat negara manapun akan mati-matian mendudukkan tonggak kekuasannya di negara yang pernah menjadi negara terkaya di Amerika Latin ini. Venezuela dengan segala carut marut politiknya berimbas kepada ekonomi yang memburuk. Hyperinflation yang diluar kendali menyebabkan lebih dari 7 juta masyarakat Venezuela mengungsi keseluruh dunia. Angka ini sekitar 25% dari keseluruhan populasi di Venezuela, menjadikannya salah satu negara dengan pengungsi terbanyak tanpa perang terbuka. Kondisi di Venezuela diperparah dengan banyaknya isu-isu pelanggaran hak asasi manusia yang ditolak untuk diterbitkan oleh media setempat. Laporan-laporan yang didapat dari kedutaan dan NGO-NGO disana menunjukkan tingginya angka penculilkan, perampasan hak-hak untuk hidup hingga perampasan nyawa. Kondisi ini membuat Venezuela dikecam berbagai negara-negara hingga organisasi internasional seperti AS, OAS dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Belum lagi permasalahan pelanggaran HAM yang banyak dilaporkan oleh organisasi-organisasi non pemerintah atau NGO disana yang tidak diberitakan oleh media-media dalam negeri yang telah dikontrol oleh presiden berkuasa. Dunia internasional mencurigai banyaknya jumlah pelanggaran HAM berat yang terjadi dikarenakan kekuasaan otoriter Maduro yang seolah enggan mundur meski telah diberi banyak ultimatum oleh negara-negara dan organisasi-organisasi internasional.