news-card-video
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Alat Kontrasepsi: Beban Perempuan atau Tanggung Jawab Bersama?

Lara Acela Parlade
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Kristen Satya Wacana
2 Maret 2025 17:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lara Acela Parlade tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Edited by Lara Acela Parlade
zoom-in-whitePerbesar
Edited by Lara Acela Parlade
ADVERTISEMENT
Beberapa hari yang lalu, banyak cuitan di media sosial X mengenai perdebatan alat kontrasepsi. Banyak pengguna aplikasi X yang menyerukan pro dan kontra mengenai pemakaian alat tersebut. Berbagai perspektif diajukan sebagai opini untuk membandingkan perjuangan dari laki-laki ataupun perempuan di platform tersebut. Jadi, sebenarnya yang harus memakai alat ini itu siapa sih?
ADVERTISEMENT

Alat Kontrasepsi

Menurut web medineplus.gov kontrasepsi adalah penggunaan obat-obatan, alat, atau operasi untuk mencegah kehamilan. Alat ini memiliki banyak jenis pada penggunaannya, yaitu alat dengan Metode Penghalang (Kondom pria dan wanita, Spons Kontrasepsi, Spermisida), Metode Hormonal (Pil, Patch Kontrasepsi, Cincin Vagina, Suntik, Penanaman), Kontrasepsi Reversible Jangka Panjang, Sterilisasi (Ligase Tuba, Vasektomi).
Jenis-jenis di atas adalah jenis yang dapat digunakan ketika sebuah keluarga ingin menunda atau mencegah kehamilan. Hal ini biasanya dilakukan untuk mengatur angka kelahiran pada sebuah keluarga. Sebenarnya pemerintah pun telah menganjurkan penggunaan alat kontrasepsi loh!
Dilansir dari kemenkes.go.id pemerintah Indonesia telah meluncurkan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 1970. Program tersebut bertujuan untuk mengendalikan pertambahan jumlah penduduk, membatasi angka kelahiran, serta mengatur jarak kelahiran. Dalam program ini pemerintah melayani Vasektomi, Tubektomi, kontrasepsi IUD Nova T, serta Copper T sebagai pelayanan yang ditanggung oleh BPJS.
ADVERTISEMENT
Nah, dari sini lah ramai diperbincangkan mengenai penggunaan alat kontrasepsi. Banyak yang berpendapat selama ini yang memakai alat kontrasepsi hanya ditanggungkan kepada pihak perempuan. Dengan itu yang merasakan sakit, perubahan hormon, perubahan fisik, dan efek samping lainnya itu hanya pihak perempuan. Kemudian muncul pembelaan dari pihak laki-laki, mereka menyebutkan bahwa jika laki-laki menggunakan alat kontrasepsi kenyamanan akan berkurang dan merasa tidak berguna jika menjalani vasektomi.
Perdebatan di atas ternyata pernah diperjuangkan pada tahun 1990-an dengan gerakan yang disebut sebagai Feminisme Gelombang Ketiga.

Feminisme Gelombang Ketiga

Pada dasarnya feminisme merupakan ideologi yang berkembang pada kalangan Eropa Barat yang memiliki fokus dalam memperjuangkan persamaan antara dua jenis manusia, yaitu laki-laki dan perempuan. Gerakan ini telah mengalami beberapa gelombang, gelombang pertama, gelombang kedua, dan gelombang ketiga. Kali ini kita akan membahas gelombang ketiga yang ternyata memiliki kaitan dengan kasus di atas.
ADVERTISEMENT
Feminisme gelombang ketiga di inisiasi oleh para aktivis hak-hak perempuan yang mendambakan gerakan untuk melanjutkan para pendahulu sambal mengatasi perjuangan yang mereka hadapi saat itu. Para perempuan tersebut ingin menciptakan gerakan arus utama yang mencakup berbagai tantangan yang dihadapi perempuan dari berbagai ras, kelas, dan identitas gender. Kebebasan seksual serta kepemilikan tubuh yang sepenuhnya milik perempuan sendiri juga termasuk ke dalam perjuangan yang mereka suarakan.

Perdebatan Masa Kini

Perjuangan yang telah dilakukan puluhan tahun silam ternyata masih juga sebagai bahan perdebatan hingga saat ini. Seperti yang ramai pada platform X di atas yang menunjukkan bahwa perempuan masih sebagai subordinat bagi laki-laki. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya cuitan yang tidak berdasar ketika laki-laki diminta untuk menggunakan alat kontrasepsi sebagai bentuk perjuangan yang sama demi mencegah kehamilan.
ADVERTISEMENT
Masih banyak netizen yang menganut kepercayaan bahwa ketika laki-laki menjalani vasektomi, mereka tidak lagi disebut sebagai laki-laki sepenuhnya. Dengan berlandaskan hal tersebut, banyak dari mereka hanya menyuruh istri untuk memasang alat-alat kontrasepsi yang menimbulkan banyak efek samping pada tubuhnya. Ketika hal ini dijalani, banyak perempuan kemudian ditinggalkan karena perubahan fisik yang dialaminya. Kerugian yang diterima kaum perempuan seakan bertumpuk bahkan setelah menikah.
Dengan hadirnya alat kontrasepsi untuk masing-masing jenis kelamin, seharusnya kesetaraan yang sebelumnya diperjuangkan semakin mudah untuk dicapai. Ketika sepasang manusia sudah memantapkan diri untuk menjalin hubungan pernikahan, seharusnya mereka sadar bahwa kedua belah pihak memiliki tanggung jawab serta hak yang setara. Jadi, penggunaan alat kontrasepsi ini sudah seharusnya tidak hanya dibebankan kepada perempuan saja. Bagaimana dengan pendapatmu?
ADVERTISEMENT