Konten dari Pengguna

Kampung Lali Gadget Solusi Praktis Usir Kecanduan

Latifah Ayu Kusuma
Blogger Copywriter Alumnus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
9 September 2023 14:48 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Latifah Ayu Kusuma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kampung Lali Gadget - Foto: Latifah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kampung Lali Gadget - Foto: Latifah
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gadget atau gawai atau handphone sudah menjadi kebutuhan primer bagi setiap orang. Anak sekolah butuh untuk menambah ilmu, karyawan butuh untuk menunjang pekerjaan, pengusaha butuh untuk melebarkan sayap pemasaran, ibu rumah tangga pun butuh untuk sarana komunikasi. Sayangnya masih banyak penyalahgunaan gadget oleh anak-anak, terutama mereka yang berusia sekolah.
ADVERTISEMENT
Tak jarang ditemui siswa sekolah dasar sudah kecanduan game online. Masih mending jika hanya game gratisan. Masalahnya banyak juga yang kecanduan game berbayar. Dampak negatifnya meluas hingga perang dunia antar anak dan orang tua. Biasanya anak cenderung minta uang jajan tambahan untuk top up.
Dilansir dari Cleveland Clinic, ada beberapa anak-anak kecanduan game online. Pertama, penurunan prestasi di sekolah. Wajar saja, waktu yang seharusnya dialokasikan untuk belajar justru digunakan untuk main game. Kedua, dari sisi psikologi anak akan sering meraa cemas, mudah marah, dan sedih berlarut-larut. Hal ini dikarenakan mayoritas game online yang digemari bernada kekerasan. Banyak sekali game aksi "saling serang" hingga "saling bunuh" yang dimainkan oleh anak sekolah.
ADVERTISEMENT
Ketiga, sering menghindar dari aktivitas sosial di sekitarnya. Ini yang paling berbahaya karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial. Manusia akan selalu berhubungan timbal balik dengan manusia lainnya. Interaksi, saling bantu, dan saling butuh sudah menjadi hal biasa. Jika anak sudah kecanduan game online  maka waktu berinteraksi dengan orang lain akan berkurang. Jika terus dibiarkan  ia akan menjadi tidak peka dan hidup egois.

Kampung Lali Gadget, Inspirasi yang Harus Dilestarikan

Achmad Irfandi, pemuda asal Desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo, Jawa Timur turut prihatin dengan kondisi di sekitarnya. Kecanduan gadget dan game online seakan sudah menjadi hal umum. Ia khawatir teknologi justru berpengaruh negatif terhadap tumbuh kembang anak-anak di sekitarnya. Oleh karena itu ia berinisiatif mendirikan Yayasan Kampung Lali Gadget (KLG).
ADVERTISEMENT
Terhitung sejak 1 April 2018, Irfan memanfaatkan halaman rumahnya untuk berkegiatan bersama anak-anak. Fokusnya yaitu program konservasi budaya untuk mengangkat permainan tradisional. Jika anak-anak sering bermain bersama temannya, diharapkan ia mulai mengurangi waktu bermain game online atau gadgetnya.
"Saya dibantu teman saya Mas Miko. Kita undang komunitas-komunitas, kawan-kawan yang bergelut di dunia literasi, dan sebagainya. Konsepnya sederhana sih, digital detoks, yaitu mendetoksifikasi pengaruh internet itu. Karena selain positif, ternyata HP juga ada dampak negatif, adanya internet, sosial media, dan game online," kata Irfan saat ditemui di Pendopo Yayasan KLG Minggu (24/7/22).

Aktivitas Menarik di Kampung Lali Gadget

Mulanya Irfan prihatin dengan kondisi anak-anak zaman now. Kebanyakan anak lebih asyik dengan gawainya masing-masing daripada bermain dengan temannya. Bahkan sangat jarang dijumpai permainan tradisional di sekitar pemukiman. Yang ada justru anak-anak pencari WiFi gratis untuk sekadar main game atau membuka sosial media.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu Irfan dan rekannya menyiapkan beberapa program menarik agar anak-anak mau berbaur dengan temannya dan mengurangi intensitas bermain gadget. Kampung Lali Gadget diisi dengan edukasi budaya, kearifan lokal, olahraga, edukasi satwa, dan permainan tradisional. Selain mengurangi kecanduan gadget, program ini diharapkan mampu memberikan edukasi tentang budaya agar tetap lestari.
"Saya ingin lebih memberi kesempatan anak-anak bermain dan punya pilihan permainan. Mereka kecanduan main game itu karena tidak punya pengetahuan soal permainan, tidak ada yang ngajak, dan kurangnya pilihan permainan," tambah Irfan.

Tantangan Pembentukan Yayasan KLG

Saat awal berdiri, Kampung Lali Gadget tak langsung mendapatkan anak untuk diajak bermain dan belajar. Prosesnya cukup sulit, Irfan harus mendatangi sekolah-sekolah terdekat untuk meminta tolong agar mengirimkan perwakilan muridnya ke KLG. Saat itu bangunan Kampung Lali Gadget masih semi terbuka dikelilingi sawah dan kebun serta jauh dari jalan raya.
ADVERTISEMENT
Biaya operasional juga menjadi masalah saat awal berdiri. Irfan harus gigih mencari dana untuk memberikan fasilitas terbaik bagi anak-anak. Biaya ini digunakan untuk membeli mainan dan peralatan penunjang lainnya.
Belum lagi sifat anak-anak yang mudah bosan. Irfan harus membuat rencana permainan yang berbeda setiap akhir pekan. Permainan yang disajikan juga fokus yang berbahan dari alam, misalnya egrang, klompen tali, gasing, yoyo, dan lain-lain.
"Dulu dua bulan sekali buat acara mengundang anak-anak untuk bermain di kebun, di sini (pendopo), sawah, dan lainnya. Kita menunjukkan upaya-upaya untuk mengimbangi gadget. Sampai akhirnya rutin ada agenda setiap minggu diikuti sekitar 30 anak, terbuka bagi umum," terang Irfan.
Kini Irfan menyebut program di KLG sebagai "beasiswa bermain" karena seluruh kegiatan tidak dipungut biaya. Namun demikian permainan yang disajikan sangat beragam. Mulai dari membuat karya dari daun, batu, hingga kerikil. Kemudian bermain di sawah, tangkap lele, main lumpur, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT

KLG Meraih Penghargaan SATU Indonesia Awards

Tak terasa perjuangan Irfan dan tim sudah membuahkan hasil. Selama 4 tahun berlayar, Kampung Lali Gadget berhasil meraih berbagai penghargaan. Salah satunya yaitu SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards 2021.
"Astra itu dari 11.148 pendaftar, 11 yang dipilih, KLG salah satunya," ucap Irfan bangga.
Sebagai informasi, SATU Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat di sekitarnya di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi.

KLG di Masa Depan

4 tahun berjalan, Irfan mengaku Kampung Lali Gadget tumbuh di luar prediksinya. Kini anak-anak rutin bermain dan belajar tanpa paksaan. Tiap akhir pekan selalu ramai anak-anak berinteraksi tanpa gadget untuk belajar dan berbahagia bersama.
ADVERTISEMENT
Tak disangkan aktris Luna Maya juga sempat mampir ke KLG dan berkontribusi untuk belajar bersama anak-anak. Oleh karena itu kedepannya Irfan ingin membuat lembaga pendidikan non formal berbasis kampung dan permainan tradisional. Namun sayangnya SDM yang ada masih minim.
Yang pasti usaha dan dedikasi Achmad Irfandi dan rekan akan terus bermanfaat bagi sesama, khususnya dalam hal perkembangan anak-anak. Semoga terbuka banyak jalan yang bisa mengantar KLG mencapai tujuannya.